Keesokan paginya, Nina terbangun lebih awal dari biasanya. Cahaya matahari yang lembut masuk melalui jendela kamarnya, memberikan nuansa hangat yang menenangkan. Dia duduk di tepi tempat tidurnya, masih merasakan dampak emosional dari pameran semalam. Namun, ada sesuatu yang berbeda pagi ini—perasaan tenang dan siap untuk memulai sesuatu yang baru.Setelah bersiap-siap, Nina memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar kompleks kost. Udara pagi yang segar dan suara burung-burung yang berkicau menciptakan suasana yang damai. Nina merasa lebih ringan, seolah-olah beban yang dia rasakan selama beberapa bulan terakhir perlahan mulai menghilang.
Nina berhenti di depan sebuah kafe kecil yang baru saja dibuka di dekat kampus. Kafe ini memiliki desain yang unik, dengan dekorasi seni yang menarik perhatian. Di luar, terdapat papan tulis yang menggambarkan menu spesial hari itu dengan gambar-gambar kreatif yang mencerminkan suasana kafe.
Dia memutuskan untuk masuk dan memesan secangkir kopi. Saat dia menunggu, dia melihat sekeliling, menikmati atmosfer yang nyaman dan inspiratif. Dinding kafe dihiasi dengan karya seni lokal, menciptakan ruang di mana kreativitas dan komunitas saling bertemu.
Sambil menyesap kopi panas, Nina membuka buku sketsa yang selalu dia bawa. Namun, alih-alih mulai menggambar, dia menulis sebuah daftar kecil—daftar hal-hal yang ingin dia capai di masa depan. Daftar ini bukan hanya tentang kariernya sebagai seniman, tetapi juga tentang hal-hal kecil yang bisa membuat hidupnya lebih bermakna: belajar keterampilan baru, menemukan waktu untuk diri sendiri, dan membangun hubungan yang lebih dalam dengan orang-orang di sekitarnya.
Saat Nina tenggelam dalam pikirannya, pintu kafe terbuka dan Arga masuk. Dia terlihat sedikit terkejut melihat Nina di sana, tetapi segera tersenyum hangat. Arga mengambil kopi dan dengan sopan bertanya apakah dia boleh duduk bersama Nina.
Nina mengangguk, dan mereka duduk bersama di meja yang sama, di mana mereka berbagi suasana yang nyaman dan tenang. Kali ini, tidak ada ketegangan di antara mereka—hanya percakapan yang ringan dan penuh pengertian.
Arga: "Aku lihat kamu sudah mulai menulis rencana baru?"
Nina tersenyum, merasa senang bahwa Arga memperhatikan.
Nina: "Iya, aku merasa ini waktu yang tepat untuk memulai sesuatu yang baru. Mungkin ini saatnya aku mengeksplorasi lebih banyak hal, mencoba hal-hal yang belum pernah aku lakukan sebelumnya."
Arga mengangguk, seolah-olah mendukung setiap kata yang Nina ucapkan.
Arga: "Kamu benar, Nina. Kadang, awal baru datang dari hal-hal kecil yang kita pilih untuk lakukan setiap hari. Aku senang melihat kamu begitu bersemangat."
Percakapan mereka berlanjut dengan santai, tanpa tekanan. Mereka membicarakan banyak hal—tentang seni, kehidupan kampus, dan bahkan rencana masa depan. Tidak ada pembicaraan tentang masa lalu yang menyakitkan atau keputusan yang sulit. Ini adalah percakapan yang menandakan bahwa mereka berdua sudah siap untuk melangkah maju, apapun bentuk hubungan mereka ke depannya.
Setelah menghabiskan waktu yang menyenangkan di kafe, Nina dan Arga berpisah dengan janji untuk tetap menjaga komunikasi. Namun, kali ini, mereka berdua merasa bahwa tidak ada tekanan untuk segera menentukan arah hubungan mereka. Mereka tahu bahwa apapun yang terjadi, mereka akan selalu mendukung satu sama lain.
Nina melanjutkan harinya dengan penuh semangat. Dia mengunjungi beberapa galeri seni lain di kota, bertemu dengan seniman-seniman baru, dan bahkan mengikuti workshop singkat tentang teknik melukis baru yang ingin dia pelajari. Setiap langkah yang dia ambil, meskipun kecil, terasa bermakna dan memberinya energi baru.
Di sore hari, dia kembali ke kamarnya di kost, merasa puas dengan semua yang dia capai hari itu. Sebelum tidur, dia membuka buku sketsanya lagi dan menambahkan beberapa ide baru untuk proyek seni berikutnya. Kali ini, ide-ide tersebut lebih personal, lebih mendalam—sebuah refleksi dari perjalanan batinnya selama ini.
Malam itu, sebelum memejamkan mata, Nina merenungkan semua yang telah terjadi. Dia sadar bahwa perjalanan hidupnya baru saja dimulai, dan masih banyak hal yang bisa dia capai. Namun, dia juga tahu bahwa tidak ada yang perlu dia buru-buru. Setiap langkah, setiap momen, memiliki nilai tersendiri.
Dengan perasaan damai di hatinya, Nina tidur dengan senyum di wajahnya, siap untuk menghadapi apapun yang akan datang di hari-hari mendatang. Dia tahu bahwa masa depan penuh dengan kemungkinan, dan apapun yang terjadi, dia akan terus melangkah maju, dengan keyakinan dan harapan yang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Sebelah Kost
General FictionCinta di Sebelah Kost mengisahkan perjalanan emosional Nina, seorang mahasiswi seni yang kehidupannya berubah ketika bertemu Adrian, seniman muda yang tinggal di sebelah kostnya. Melalui lokakarya melukis, pameran seni, dan percakapan mendalam, mere...