++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Pagi itu, sinar matahari masuk melalui jendela kamar Nina, membangunkannya dengan lembut. Burung-burung berkicau di luar, memberikan suasana tenang yang menyambut hari baru. Nina membuka mata dan sejenak merasakan kedamaian pagi, sebelum ingatan tentang kejadian kemarin kembali menghampirinya. Namun, kali ini, perasaan itu tidak seberat sebelumnya. Ada semacam ketenangan yang menyelimuti dirinya, seolah dia telah menerima kenyataan yang ada.
Nina bangkit dari tempat tidurnya, merenggangkan tubuh sebelum menuju kamar mandi. Setelah mandi dan berpakaian, dia duduk di depan meja belajarnya. Di sana, terletak jurnal yang dia tulis semalam. Dia membukanya, melihat halaman yang dia tulis dengan penuh perasaan. Sambil menghela napas, Nina menulis beberapa kata tambahan:
"29 Juli
Pagi ini terasa berbeda. Ada perasaan damai dan lega. Mungkin karena akhirnya aku bisa menerima kenyataan bahwa Arga akan pergi. Aku tahu ini adalah kesempatan untuk memulai babak baru dalam hidupku. Aku berterima kasih untuk teman-teman seperti Sarah dan Adrian yang selalu ada untukku. Mereka membuatku merasa tidak sendirian."
Nina menutup jurnalnya dan tersenyum kecil. Hari ini, dia merasa lebih kuat dan siap untuk menjalani hari.
Nina berjalan keluar kamar dan menuju dapur, di mana Sarah sudah sibuk menyiapkan sarapan. Sarah, dengan rambut diikat dan mengenakan pakaian santai, sedang menggoreng telur sambil mendengarkan musik dari ponselnya. Ketika melihat Nina, dia tersenyum lebar.
Sarah: "Pagi, Nina! Gimana tidurmu?"
Nina: "Pagi, Sarah. Tidurku cukup nyenyak. Terima kasih sudah selalu mendukungku."
Sarah menatap Nina dengan perhatian.
Sarah: "Itu hal yang teman lakukan. Lagipula, kamu sudah banyak membantu aku juga selama ini. Jadi, apa rencanamu hari ini?"
Nina berpikir sejenak sambil menuang teh ke cangkirnya.
Nina: "Aku belum tahu pasti. Mungkin aku akan pergi ke perpustakaan atau sekadar jalan-jalan. Aku ingin mencari sesuatu yang baru untuk dilakukan."
Sarah meletakkan telur yang sudah matang di piring dan duduk di sebelah Nina.
Sarah: "Itu ide bagus. Kadang, melakukan sesuatu yang baru bisa membantu menyegarkan pikiran. Kalau kamu butuh teman, aku bebas setelah siang nanti."
Nina mengangguk, merasa senang dengan tawaran Sarah.
Nina: "Aku akan lihat nanti. Terima kasih, Sarah."
Mereka berdua sarapan sambil bercanda dan berbicara tentang hal-hal ringan. Percakapan mereka mengalir dengan santai, membuat Nina merasa lebih ringan dan siap untuk memulai hari dengan semangat baru.
Setelah sarapan, Nina memutuskan untuk pergi ke toko buku yang tidak jauh dari kost. Dia selalu menyukai suasana toko buku yang tenang dan menenangkan. Toko itu adalah tempat favoritnya untuk mencari inspirasi dan menemukan buku-buku menarik. Nina mengenakan jaket tipis, mengambil tasnya, dan berpamitan kepada Sarah sebelum berangkat.
Di sepanjang perjalanan, Nina merasa bersemangat. Udara pagi yang sejuk dan pemandangan hijau di sekitar kampus memberikan suasana yang menyenangkan. Ketika dia sampai di toko buku, Nina langsung disambut oleh aroma khas buku baru dan suasana tenang yang dia sukai.
Nina berjalan di antara rak-rak buku, menjelajahi berbagai genre dan judul. Dia mengambil beberapa buku, membolak-balik halamannya, dan merasakan ketenangan dari aktivitas sederhana ini. Ada sesuatu yang menenangkan dalam mencari buku yang tepat, seolah-olah dia sedang mencari bagian dari dirinya sendiri yang hilang.
Saat Nina sedang sibuk melihat-lihat di bagian sastra, dia tiba-tiba mendengar suara yang familiar.
Adrian: "Hai, Nina! Aku tidak menyangka akan bertemu kamu di sini."
Nina menoleh dan melihat Adrian berdiri di dekatnya, memegang sebuah buku. Dia tampak santai dengan senyum hangat di wajahnya. Kejutan ini membuat Nina tersenyum lebar.
Nina: "Hai, Adrian! Aku juga tidak menyangka. Kamu suka baca buku juga?"
Adrian mengangguk, menunjukkan buku di tangannya.
Adrian: "Iya, aku suka sekali membaca, terutama buku-buku filosofi dan psikologi. Aku datang ke sini untuk mencari inspirasi baru."
Mereka berbicara sejenak tentang buku-buku favorit mereka dan alasan mengapa mereka suka membaca. Percakapan ini mengalir dengan alami, dan Nina merasa semakin nyaman dengan kehadiran Adrian.
Setelah berbicara sebentar, mereka melanjutkan pencarian buku masing-masing. Nina menemukan sebuah buku tentang perjalanan dan eksplorasi diri, sebuah tema yang sangat relevan dengan apa yang dia rasakan saat ini. Dia merasa tertarik untuk membacanya, mungkin ini bisa menjadi inspirasi untuk langkah berikutnya dalam hidupnya.
Adrian juga menemukan buku yang menarik perhatiannya, sebuah buku tentang seni dan kreativitas. Mereka memutuskan untuk membeli buku-buku tersebut dan melanjutkan hari mereka.
Setelah membeli buku, Adrian mengajak Nina untuk duduk di kafe kecil di dalam toko buku tersebut. Mereka memesan minuman—Nina memilih teh hijau dan Adrian memilih kopi hitam. Mereka duduk di meja dekat jendela, menikmati pemandangan luar yang indah dan suasana tenang di dalam kafe.
Adrian: "Jadi, apa rencanamu selanjutnya, Nina? Apa yang ingin kamu eksplorasi?"
Nina berpikir sejenak, menatap secangkir tehnya.
Nina: "Aku ingin mencoba hal-hal baru. Mungkin belajar sesuatu yang baru, atau bahkan memulai hobi baru. Aku ingin fokus pada diriku sendiri dan mencari tahu apa yang benar-benar membuatku bahagia."
Adrian tersenyum, tampak senang mendengar rencana Nina.
Adrian: "Itu terdengar bagus. Aku yakin kamu akan menemukan banyak hal yang menarik. Kalau kamu butuh teman untuk mencoba hal-hal baru, aku selalu siap membantu."
Nina merasa terharu dengan tawaran Adrian. Dukungan dan persahabatan yang dia tawarkan sangat berarti baginya.
Nina: "Terima kasih, Adrian. Aku menghargai itu. Aku akan mengingatnya."
Mereka melanjutkan percakapan mereka dengan berbicara tentang impian dan harapan masing-masing. Adrian berbagi tentang mimpinya untuk mengeksplorasi seni lebih dalam, sementara Nina berbicara tentang keinginannya untuk menemukan passion baru. Percakapan mereka semakin mendalam, membuat Nina merasa lebih terhubung dengan Adrian.
Setelah menghabiskan waktu yang menyenangkan di kafe, mereka berdua akhirnya memutuskan untuk kembali. Sebelum berpisah, Adrian memberi Nina senyuman hangat dan berkata,
Adrian: "Aku senang kita bisa bertemu dan menghabiskan waktu bersama hari ini. Semoga buku yang kamu beli bisa memberikan inspirasi yang kamu cari."
Nina membalas senyumannya, merasa lebih baik setelah percakapan mereka.
Nina: "Aku juga senang. Terima kasih banyak, Adrian. Aku akan menghubungimu kalau aku butuh teman untuk mencoba hal-hal baru."
Mereka berpisah dengan perasaan positif, dan Nina berjalan kembali ke kost dengan perasaan yang lebih ringan dan hati yang penuh harapan. Dia tahu bahwa perjalanan ke depan mungkin masih penuh dengan tantangan, tetapi dengan teman-teman yang mendukung dan semangat untuk mengeksplorasi hal-hal baru, dia merasa lebih siap untuk menghadapi apa pun yang datang.
Malam itu, Nina membuka buku barunya dan mulai membacanya, merasakan semangat baru untuk menemukan dirinya dan dunia di sekitarnya. Dia tahu bahwa setiap akhir adalah awal dari sesuatu yang baru, dan dia siap untuk menjalani petualangan ini dengan penuh semangat dan keberanian.
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Sebelah Kost
General FictionCinta di Sebelah Kost mengisahkan perjalanan emosional Nina, seorang mahasiswi seni yang kehidupannya berubah ketika bertemu Adrian, seniman muda yang tinggal di sebelah kostnya. Melalui lokakarya melukis, pameran seni, dan percakapan mendalam, mere...