""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
Beberapa hari setelah pertemuan di taman, Nina dan Arga tetap berhubungan. Mereka sering bertukar pesan singkat, mulai dari pertanyaan seputar tugas kuliah hingga obrolan ringan tentang kehidupan sehari-hari. Meski kesibukan kuliah cukup menyita waktu mereka, keduanya tetap meluangkan waktu untuk saling menyapa dan bertukar cerita.
Pada suatu sore, Nina sedang duduk di balkon kostnya, menikmati segelas teh sambil membaca buku. Sementara itu, Arga yang baru pulang dari kampus, melihat Nina dari kejauhan. Ia melambai dan tersenyum ketika mata mereka bertemu. Setelah beberapa saat, Arga memutuskan untuk mengajaknya keluar.
Arga: "Hei, Nina! Lagi sibuk?"
Nina melihat ke arah Arga dan tersenyum.
Nina: "Nggak, cuma lagi santai aja. Ada apa?"
Arga menaikkan suaranya sedikit agar terdengar dari bawah.
Arga: "Aku mau ke kafe baru di dekat sini. Katanya ada live music dan makanan enak. Mau ikut?"
Nina terdiam sejenak, berpikir. Ia merasa senang dengan undangan itu karena bisa menjadi kesempatan bagus untuk menghabiskan waktu bersama di luar kost.
Nina: "Boleh juga. Tunggu sebentar, aku siap-siap dulu."
Arga: "Oke, aku tunggu di sini."
Nina segera masuk ke dalam kamar, menutup bukunya dan meletakkan gelas tehnya. Ia merasa sedikit gugup, tetapi juga bersemangat. Setelah berganti pakaian dengan yang lebih kasual namun tetap rapi, ia turun ke lantai bawah. Arga sudah menunggunya dengan mengenakan kaos dan jaket ringan. Mereka berjalan bersama menuju kafe yang tidak terlalu jauh dari kost.
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
Kafe yang mereka kunjungi ternyata sangat nyaman dan memiliki suasana yang hangat. Dekorasi kayu dan lampu temaram menciptakan atmosfer yang menyenangkan. Ada panggung kecil di sudut ruangan tempat seorang musisi sedang memainkan gitar akustik, mengisi ruangan dengan musik yang lembut. Pengunjung tampak menikmati makanan dan minuman mereka sambil mendengarkan musik.
Mereka memilih meja di dekat jendela, dengan pemandangan jalanan kota yang mulai gelap diterangi lampu jalan. Pelayan datang membawa menu, dan mereka mulai memilih makanan.
Arga: "Aku sering denger tempat ini dari teman-teman, katanya makanannya enak. Kamu suka apa?"
Nina melihat menu dengan antusias.
Nina: "Hmm, aku suka pasta. Mungkin aku akan pesan spaghetti carbonara. Kamu?"
Arga: "Kayaknya aku mau coba burger spesial mereka. Dan mungkin minum kopi hitam."
Setelah memesan, mereka berbincang-bincang sambil menunggu makanan. Percakapan mereka mengalir dengan mudah, membahas berbagai topik mulai dari film favorit hingga rencana masa depan. Arga berbicara tentang bagaimana ia ingin merancang jembatan-jembatan besar dan kokoh, sementara Nina berbagi tentang impiannya mendesain ruang-ruang interior yang penuh karakter.
Nina: "Kamu punya cita-cita yang keren, Arga. Desain jembatan itu pasti menantang banget."
Arga tersenyum sambil mengangguk.
Arga: "Iya, tantangan itu yang bikin seru. Lagipula, aku suka ngeliat sesuatu yang nyata dari hasil kerja keras kita. Seperti jembatan yang kokoh, itu kan bisa dilihat dan dipakai banyak orang."
Nina: "Setuju. Aku juga pengen desain ruangan yang bisa bikin orang merasa nyaman dan terinspirasi."
Tidak lama kemudian, makanan mereka datang. Spaghetti carbonara Nina terlihat lezat, dengan saus krim yang melimpah dan daging asap renyah di atasnya. Burger Arga juga tampak menggiurkan, dengan daging tebal dan berbagai topping segar. Mereka menikmati makanan sambil terus berbicara dan tertawa.
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
Setelah makan, mereka memutuskan untuk duduk lebih lama, menikmati suasana kafe yang hangat. Musik live semakin membuat suasana menjadi romantis dan menyenangkan. Sesekali, mereka terdiam, hanya menikmati musik dan kebersamaan.
Arga: "Aku senang kita bisa hangout kayak gini. Rasanya nyaman aja."
Nina tersenyum, merasakan hal yang sama.
Nina: "Aku juga. Senang bisa ngobrol lebih banyak sama kamu."
Arga: "Kalau ada waktu, mungkin kita bisa jalan-jalan lagi. Mungkin nonton film atau apa aja yang seru."
Nina mengangguk setuju, merasa senang dengan ide tersebut.
Nina: "Pasti. Aku juga pengen ngelakuin banyak hal di kota ini."
Mereka menghabiskan waktu di kafe hingga larut malam. Ketika waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, mereka memutuskan untuk pulang. Kafe mulai sepi, dan suasana di luar semakin tenang.
Dalam perjalanan pulang, mereka berjalan berdampingan, bercanda dan tertawa. Angin malam yang sejuk membuat suasana semakin nyaman. Sesampainya di depan kost, mereka berhenti sejenak.
Arga: "Thanks udah mau ikut, Nina. Aku senang banget malam ini."
Nina tersenyum dengan tulus.
Nina: "Aku juga senang. Terima kasih udah ngajak."
Arga: "Kalau gitu, sampai jumpa besok, ya."
Nina: "Iya, sampai jumpa. Selamat malam, Arga."
Mereka berdua melangkah masuk ke kost masing-masing dengan perasaan puas dan bahagia. Malam itu menjadi salah satu malam yang tak terlupakan bagi mereka. Keduanya merasa bahwa pertemuan dan percakapan mereka semakin mendalam, membuka peluang untuk hubungan yang lebih dekat di masa depan. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, tetapi mereka tahu bahwa mereka menikmati setiap momen yang mereka habiskan bersama.
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Sebelah Kost
Ficción GeneralCinta di Sebelah Kost mengisahkan perjalanan emosional Nina, seorang mahasiswi seni yang kehidupannya berubah ketika bertemu Adrian, seniman muda yang tinggal di sebelah kostnya. Melalui lokakarya melukis, pameran seni, dan percakapan mendalam, mere...