""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
Beberapa minggu setelah ulang tahun Arga, semester kuliah memasuki fase yang sangat menegangkan. Tugas-tugas akhir dan ujian praktikum mulai menumpuk, membuat Nina dan Arga merasa stres. Mereka berdua berusaha keras untuk menyelesaikan tugas kuliah dan mempersiapkan ujian, namun kesibukan tersebut sering membuat mereka merasa lelah dan kewalahan.
Suatu sore, Nina duduk di meja belajarnya, dikelilingi oleh tumpukan buku dan catatan. Dia sedang berusaha menyelesaikan proyek desain interior yang rumit. Ponselnya bergetar, dan dia melihat pesan dari Arga.
Arga: "Hei, Nina. Aku lagi stres banget dengan tugas akhir ini. Kamu ada waktu buat ketemu?"
Nina membalas pesan itu sambil menghela napas.
Nina: "Aku juga lagi stress, tapi aku bisa mampir ke kost kamu setelah ini. Kita bisa saling dukung."
Arga: "Thanks. Aku tunggu di kost."
Setelah menyelesaikan beberapa tugasnya, Nina bergegas menuju kost Arga. Ketika dia sampai, dia melihat Arga duduk di meja dengan wajah yang lelah dan penuh kecemasan. Nina merasa prihatin dan langsung menghampirinya.
Nina: "Hei, Arga. Kamu kelihatan capek. Ada yang bisa aku bantu?"
Arga mengerutkan kening dan mengangguk.
Arga: "Aku bingung dengan bagian terakhir proyek ini. Rasanya seperti semua usaha aku sia-sia."
Nina duduk di samping Arga, membuka laptopnya, dan mulai memeriksa proyek yang sedang dikerjakan Arga. Mereka mulai bekerja bersama, saling berdiskusi tentang ide-ide dan solusi. Nina memberikan pandangan baru dan membantu Arga menyusun ide-idenya dengan lebih baik.
Ketika malam semakin larut, mereka berdua merasa lebih baik setelah saling mendukung. Nina memperhatikan betapa Arga berusaha keras dan merasa perlu memberikan dorongan lebih.
Nina: "Arga, aku tahu ini berat, tapi kamu sudah bekerja sangat keras. Kamu pasti bisa menyelesaikannya."
Arga: "Aku hanya merasa semua usaha ini belum cukup."
Nina memegang tangan Arga dengan lembut.
Nina: "Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Kamu punya bakat dan kemampuan. Ingat, aku percaya sama kamu."
Arga tersenyum tipis dan merasa terhibur dengan kata-kata Nina. Mereka melanjutkan bekerja bersama, berbagi ide dan berusaha menyelesaikan tugas akhir dengan lebih tenang.
Ketika mereka akhirnya menyelesaikan pekerjaan mereka, Arga merasa sangat berterima kasih atas dukungan Nina. Mereka duduk santai di sofa, merasa lega setelah mengerjakan proyek yang menuntut.
Arga: "Terima kasih banyak, Nina. Tanpa kamu, aku mungkin masih bingung."
Nina tersenyum.
Nina: "Sama-sama, Arga. Kita saling dukung, kan?"
Beberapa hari kemudian, ujian akhir tiba. Nina dan Arga merasa tegang, tetapi mereka saling memberikan semangat. Mereka sering menghabiskan waktu di perpustakaan kampus untuk belajar bersama dan mempersiapkan ujian.
Suatu pagi, sebelum ujian terakhir mereka, Nina dan Arga memutuskan untuk sarapan bersama di kafe favorit mereka. Mereka duduk di meja dengan secangkir kopi dan beberapa makanan ringan.
Arga: "Nervous banget, ya? Tapi aku rasa kita udah siap."
Nina: "Iya, aku juga. Yang penting kita udah berusaha maksimal."
Mereka berbicara tentang strategi ujian, saling mengingatkan materi-materi penting, dan memberikan dorongan satu sama lain. Sarapan pagi itu terasa menyenangkan dan membantu mereka merasa lebih siap.
Setelah ujian selesai, mereka merayakan dengan makan malam bersama di restoran terdekat. Mereka merasa lega dan puas karena telah melewati periode ujian dengan baik, dan mereka menyadari betapa pentingnya dukungan dan kerjasama dalam hubungan mereka.
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Sebelah Kost
Ficción GeneralCinta di Sebelah Kost mengisahkan perjalanan emosional Nina, seorang mahasiswi seni yang kehidupannya berubah ketika bertemu Adrian, seniman muda yang tinggal di sebelah kostnya. Melalui lokakarya melukis, pameran seni, dan percakapan mendalam, mere...