""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
Malam itu, Nina sedang menyelesaikan tugas orientasi yang diberikan oleh kampus. Ia duduk di meja belajarnya, dengan laptop terbuka dan beberapa buku berserakan di sekitarnya. Udara malam yang sejuk masuk melalui jendela yang terbuka, menciptakan suasana yang tenang. Namun, ketenangan itu tiba-tiba terganggu saat lampu kamar Nina padam, diikuti oleh suara kecil dari panel listrik.
Nina terkejut dan bingung. Ia melihat sekeliling, memastikan apakah hanya kamarnya yang padam atau seluruh kost. Setelah memeriksa koridor, ternyata hanya kamarnya yang gelap. Nina panik. Sebagai penghuni baru, ia belum familiar dengan peralatan dan fasilitas di kost tersebut. Ia mencoba menyalakan kembali lampu, tetapi tidak berhasil.
Dengan perasaan cemas, Nina keluar dari kamarnya dan berjalan ke arah pintu depan. Ia berdiri sejenak di ambang pintu, ragu untuk meminta bantuan. Namun, ia mengingat bahwa Arga, tetangganya di kost sebelah, mungkin bisa membantu. Nina mengumpulkan keberanian dan berjalan keluar menuju kost putra di sebelah.
Setelah beberapa langkah, Nina tiba di depan pintu kost Arga. Ia mengetuk pintu dengan pelan. Tidak lama kemudian, pintu terbuka, dan Arga muncul dengan ekspresi terkejut namun ramah.
Arga: "Hai, Nina. Ada apa?"
Nina merasa sedikit canggung, tetapi ia menjelaskan masalahnya dengan cepat.
Nina: "Maaf, mengganggu. Listrik di kamarku padam tiba-tiba, dan aku nggak tahu harus gimana. Bisa bantu aku?"
Arga tersenyum, merasa senang bisa membantu.
Arga: "Tentu, nggak masalah. Biar aku ambil senter dulu."
Arga kembali ke kamarnya sebentar, lalu keluar lagi dengan senter di tangan. Mereka berjalan bersama menuju kost Nina. Sesampainya di sana, Arga langsung memeriksa panel listrik di luar kamar Nina. Dengan cekatan, ia memeriksa sekering dan menemukan bahwa salah satu sekering telah terputus.
Arga: "Oh, sepertinya sekeringnya putus. Untung aku bawa sekering cadangan. Ini hal kecil kok, gampang diperbaiki."
Dengan hati-hati, Arga mengganti sekering yang putus dengan yang baru. Setelah selesai, ia menghidupkan kembali saklar utama. Seketika, lampu kamar Nina menyala kembali. Nina merasa lega dan sangat berterima kasih.
Nina: "Wah, makasih banget, Arga. Aku benar-benar nggak tahu apa yang harus kulakukan tadi."
Arga tersenyum, sedikit merona karena senang bisa membantu.
Arga: "Nggak apa-apa, itu hal kecil. Sekarang udah beres, kamu bisa melanjutkan aktivitasmu."
Nina mengangguk, merasa sedikit malu karena harus meminta bantuan di malam hari. Namun, ia juga merasa senang karena bisa mengandalkan Arga.
Nina: "Beneran makasih, ya. Kalau nggak ada kamu, mungkin aku bakal panik semalaman."
Arga: "Jangan sungkan, Nina. Kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungi aku. Aku tinggal di sebelah, kok."
Mereka berdua berdiri sejenak di depan kamar Nina. Momen ini terasa sedikit canggung tapi juga hangat. Nina merasa beruntung memiliki tetangga yang baik seperti Arga.
Nina: "Sekali lagi, terima kasih. Semoga malam kamu menyenangkan."
Arga tersenyum dan melambaikan tangan.
Arga: "Kamu juga. Sampai ketemu lagi, Nina."
Setelah Arga pergi, Nina kembali ke kamarnya. Ia menutup pintu dan duduk di tepi tempat tidurnya, masih memikirkan kejadian barusan. Ia merasa lega karena masalahnya sudah teratasi, tetapi ada perasaan hangat di hatinya karena bantuan Arga. Malam itu, Nina tidur dengan perasaan tenang, berpikir bahwa mungkin, hidup di kost ini tidak akan sepi dan kesepian seperti yang ia bayangkan sebelumnya.
""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Sebelah Kost
General FictionCinta di Sebelah Kost mengisahkan perjalanan emosional Nina, seorang mahasiswi seni yang kehidupannya berubah ketika bertemu Adrian, seniman muda yang tinggal di sebelah kostnya. Melalui lokakarya melukis, pameran seni, dan percakapan mendalam, mere...