17-Murid Guru Drona

339 44 0
                                    

"Nak, dengarkan nasehat ku. Hanya kaum Brahmana dan Ksatria yang di ijinkan memegang senjata"nasehat Drona pada Gayatri.

"Aku sudah mengatakannya, Tuan.
Saya tidak akan berdebat dengan anda, mana yang benar ataupun mana yang salah.

Saya hanya ingin mengatakan, setiap orang adalah manusia. Baik dia dari kasta Sudra, Brahmana, ataupun Ksatria. Setiap manusia pasti memiliki sesuatu yang ingin di lindunginya. Untuk itu....

Aku membutuhkan pengetahuan senjata, karena yang ku lindungi, memiliki musuh-musuh yang tangguh"jelas Gayatri.

"Musuh-musuh yang tangguh? Apa itu seratus Kurawa?"tanya Drona dengan tajam, bagaimana anak ini bisa sangat berani.

Mengatakan jika Pandawa bermusuhan dengan Kurawa?

Ini dapat dianggap penabur perselisihan, dan akan dihukum dengan hukuman yang berat.

"Aku tidak mengatakannya, Tuan sendiri yang menebaknya. Kenapa anda terlihat marah?"Gayatri menatap langit dengan pandangan takjub.

"Lihatlah langit itu, dia memiliki warna cerah untuk saat ini. Tetapi kita tidak tau, apakah langit cerah ini akan bertahan selamanya?

Kita tidak tau jalannya masa depan, karena itulah kita membutuhkan payung untuk melindungi kita dari derasnya hujan.

Untuk melindungi kakak-kakak ku, aku harus menjadi payung itu, dan untuk menjadi payung, aku perlu seorang guru yang dapat membentuk bakat ku.

Apa kamu pernah denger?
Air yang jernih pada sungai, akan tetap digunakan. Tanpa peduli dari mana air itu berasal.
Apa alasannya?
Itu karena kita membutuhkannya untuk bertahan hidup.

Seseorang yang memiliki potensi untuk mengangkat senjata. Kenapa kita mendiskriminasi dirinya hanya karena asalnya?

Padahal jika kita melatihnya, mungkin dirinya adalah permata diantara para murid-murid mu, Guru Drona "ucap Gayatri dengan senyuman, Drona menatapnya sangat lama.

Tidak ada yang menyangka, anak sekecil dirinya telah memiliki pikiran yang luas seperti itu.

"Meskipun yang kamu katakan adalah sebuah kebenaran, tetapi bisakah kamu melawan pandangan masyarakat?"

"Pandangan? Kenapa aku tidak bisa melewatinya? Aku terbiasa berjalan di bara api, tidak sulit untuk menghadapi pandangan buruk orang lain "

"Jika memang benar adanya, aku akan memberikan kamu tes. Selama kamu dapat melewati semuanya, kamu adalah murid ku"

***

"Jadi apakah aku lulus?"tanya Gayatri dengan senyuman tulusnya.

"Berilah penghormatan pada Guru mu, Sri Gayatri "ucap Drona dengan senyuman lembutnya.

Gayatri menduduk menyentuh kaki Guru Drona, untuk meminta berkat.

"Semoga kemenangan selalu menyertai mu"

***

"Gayatri diterima menjadi murid, Guru?!"seru Arjuna bahagia.

"Jika begitu, maka kita akan bertemu dengannya setiap hari!"Nakula tidak kalah senang.

"Hmph! Bagaimana bisa anak dari kaum Sudra berani menjadi murid ayah ku?!"marah Aswatama.

"Perhatikan ucapan mu!"Bima meninju wajah Aswatama, dan terjadilah pertengkaran diantara keduanya.

"Hentikan!"Drona tidak menyangka murid-muridnya ini akan bertengkar, padahal dirinya hanya meninggalkan mereka dalam beberapa hari.

"Guru!"

"Ayah"

Akhirnya mereka berdua menghentikan pertengkaran diantara mereka.

"Jangan bertengkar, lihatlah murid baru yang akan menjadi teman kalian. Sri Gayatri, ayo keluar"

Gayatri keluar dari tandunya, awalnya dia ingin menaiki kereta ataupun kuda.

Tetapi Destarasta bersikeras membiarkannya naik tandu, karena perjalanannya akan sangat jauh~

Lupakan saja~

Selama dia dapat sampai ketempat ini, maka Gayatri tidak peduli naik apapun itu.

"Senang bertemu dengan kalian semua!"Gayatri memberi salam perkenalan dengan senyuman.

***

Bersambung ~

See you

Variabel Mahabharata_[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang