42-Dursala Story

289 42 0
                                    

Semenjak kebenaran akan identitas aku dan Gayatri terbongkar, semua kakak-kakak menjadi dingin. Aku tidak tau, mengapa kakak-kakak menyalahkan ku?

Kak Duryudana yang selalu memanjakan ku menjadi membenci ketika menatap ku, dia selalu berkata sinis bahwa aku menikmati apa yang seharusnya menjadi milik Gayatri. Ini membuat ku frustasi, ditambah ibu kandung ku. Aku tidak tau bagaimana keadaannya? Apa dia dihukum berat? Tidak ada lagi kabar darinya, selanjutnya Ibu Gandari selalu menghindari ku, seolah aku mengingatkannya pada pengalaman yang menyakitkan.

Aku paham jika memang aku telah mendapatkan kenikmatan seorang tuan putri dan segalanya dengan identitas Gayatri, tetapi aku tidak memiliki kesalahan apapun disini! Mengapa aku juga dihukum?

Ini semua ulah ibu kandung ku, aku tidak terlibat! Aku sungguh-sungguh tidak terlibat, tapi kalian...

Para Pandawa menyayangi Gayatri, adik perempuan mereka seperti biasanya. Lalu mengapa kakak-kakak ku malah membenci ku? Apa salah ku?

Kehidupan ku berubah secara drastis, semua orang hanya peduli pada Gayatri!

Gayatri!

Gayatri!

Nama ini seperti kutukan yang melekat pada nama ku! Para pelayan yang selalu memuji dan menyanjung ku menghilang satu persatu, aku dapat melihat mereka memberikan tatapan mengejek, seolah aku adalah penjahat keji!

Mengapa?!

Ini bukan salah ku, aku....

"Permisi? Mengapa kamu menangis?"Wulan menatap gadis cantik yang bersimpuh penuh kesedihan.

Awalnya dia dan para Pandawa akan pergi bertemu Ratu Kunti, tetapi itu tidak berhasil karena Ratu Kunti telah berpesan pada pelayan yang menjaga pintu bahwa dia akan keluar setelah doa-nya selesai. Kita tidak bisa mengganggunya, karena itu aku memutuskan untuk berkeliling sebentar. Kebetulan para Pandawa dan Kurawa cukup baik, dia mengijinkan ku berkeliling kemanapun itu. Aku sampai bertanya-tanya apa mereka tidak khawatir aku orang jahat? Mereka sangat lugu dan mudah mempercayai orang~

Baiklah, itu bukan masalahnya untuk saat ini. Sekarang aku berhadapan dengan gadis cantik yang sepertinya sangat bersedih. Aku tidak tau apa alasannya?

"Hallo? Mengapa kamu melamun?"

Wajah tertegun Dursala menjadi dingin, dia menatapnya dengan tatapan tidak suka dan akhirnya segera berdiri dan menamparnya.

"Kenapa kamu muncul lagi?! Selalu saja muncul dalam halusinasi! Kamu menganggap ku remeh, karena telah menikmati kehidupan sejahtera dengan identitas mu?!"marah Dursala, Wulan mengelus pipinya yang ditampar. Dia tidak percaya ini, aku peduli padamu. Mengapa kamu menampar?

"Apakah kamu tidak waras?! Mengapa kamu menampar orang yang baru pertama kali kamu temui?!"kesal Wulan, dia tidak menyangka bertemu orang gila di istana Hastinapura.

"Berhenti bermain-main! Aku benci kamu, yang mencuri kakak-kakak ku, ayah, ibu, bahkan Paman Sangkuni yang memanjakan ku malah menyayangi mu!"marah Dursala, dia merasa dunianya akan runtuh, segala yang dia miliki direnggut dan bahkan tidak ada yang tersisa.

Seseorang yang memelihara binatang saja, akan menyayangi binatang itu. Lalu mengapa aku di abaikan? Apa aku lebih buruk dari binatang?

"Gayatri?"Wulan berkedip sebentar, ah.... Apa dia salah paham aku Gayatri?

"Aku bukan Putri Gayatri! Wajah ku memang mirip tapi aku hanya seorang pelayan dengan nama dan identitas yang berbeda "

"Apa?"Dursala berkedip beberapa saat, kemudian berpikir jika tamparan tadi sangat nyata. Maka dia seharusnya bukan halusinasinya, apakah dia hanya seseorang yang mirip Gayatri?

"Anda sepertinya salah paham, saya pelayan dari Kerajaan Madra, anda bisa memanggil saya Wulan"

"Begitu, tapi tetap saja. Bagaimana bisa seseorang begitu mirip?"gumamannya penuh keraguan.

"Daripada ragu, bukankah kamu seharusnya minta maaf? Tamparan ini sangat sakit "

"Maafkan aku! Ini salah ku, apa sakit?"tanya Dursala menyesal, Wulan mengangguk. Tentu saja sakit, suara tamparan itu keras~ dia bukan besi, dia juga bisa sakit.

"Wulan! Kamu dimana?"Nakula dan Duryudana mencari-cari keberadaannya. Dia sedikit menyesal membiarkan berkeliling sendiri, dia tidak tersesat kan?

"Sepertinya disana!"Nakula menunjuk Wulan yang berbincang-bincang dengan Dursala.

"Kamu sebenarnya kemana saja? Aku mencari mu kemana-mana, semuanya juga ikut mencari....apa ini?!"Duryudana mengelus pipi Wulan yang memerah, itu adalah bekas tamparan. Selanjutnya dia menatap tangan Dursala yang juga memerah, Duryudana paham jika Dursala memiliki kulit yang tipis, sehingga itu pasti bekas dia memukul sesuatu. Jika ini digabungkan maka dia dapat membuat kesimpulan. Wulan ditampar, dan Dursala menampar dengan seluruh kekuatannya.

"Bagus sekali, aku membiarkan mu duduk manis menikmati kursi Tuan Putri sampai sekarang karena mengingat kita pernah menjadi kakak beradik, tapi sekarang kamu berani menamparnya?"Duryudana menatapnya dengan tatapan tajam, Dursala bergetar ketakutan. Dia ingin menjelaskan ini kesalahpahaman, tetapi semuanya sia-sia. Bahkan Nakula mengepalkan tangannya, menahan amarah yang memuncak.

***

Bersambung ~

See you

Variabel Mahabharata_[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang