BAB XII Kata Terakhir

129 16 3
                                    

BAB XIIKATA TERAKHIR

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB XII
KATA TERAKHIR

Vanessa duduk disebelah kasur yang sedang ditiduri oleh ibu Vanessa yang kini masih belum sadar dari masa kritisnya yang baru saja berlalu, sedangkan Teddy kini sudah pergi ke batalyon untuk mengurus beberapa hal penting disana, entah kenapa kebiasaan Teddy yang tiba tiba mendapatkan panggiilan darurat dari Batalyon sudah menjadi hal yang biasa bagi Vanessa.

Vanessa sudah sedikit tenang saat melihat monitor detak jantung di hadapan nya, Vanessa ingin sekali melihat ibu membuka mata dan melihatnya untuk sekali saja, Vanessa sangat rindu dengan tatapan itu dan berharap bisa melihat nya.

Vanessa kembali melihat kepala ibunya yang sudah tidak berambut sedikitnya pun, kemoterapi yang sudah ibu lakukan berkali kali membuat beberapa sel di tubuhnya mati dan merontokkan rambut indahnya, Vanessa yang memberikan rambut palsu kepada ibunya supaya ibunya tidak bersedih dan masih mau berjuang untuk melawan penyakit nya.

"Ibu... Jangan tinggalin Vanessa ya. " Ujar Vanessa menggenggam tangannya yang hangat.

Tanpa Vanessa sadari ibu Tarasari melihat nya yang sedang berbaring diatas tubuhnya, ibu Vanessa tersenyum dan melihat Vanessa dari ujung matanya.
Van,essa terbangun dan mengusap matanya dan terkejut melihat ibunya yang sudah membuka mata.

"Ibu? "

"Vanessa." Ujar Ibu Tarasari yang sedikit lemah.

"Kenapa buk? Ada yang sakit? Vanessa disini, bilang sama Vanessa ibu mau apa. " Ujar Vanessa begitu antusias dan dibalas oleh gelengan kepala oleh ibu.

"Nak." Ujar ibu Vanessa dengan lemah, Vanessa bisa saja menangis jika mendengar suara ibunya yang seakan akan penuh dengan rasa sakit.
Vanessa kembali menggenggam tangan ibu nya dan mengigit bibirnya berusaha menahan isakan tangisnya.

"Ibu, udah senang lihat kamu semakin dekat sama nak Indra, jangan bikin ibu kecewa ya? Ibu harap keinginan mendiang ayah kamu senang melihat kamu bisa berjodoh dan bertunangan dengan abdi negara seperti dirinya, kini ibu sudah tenang. " Ujar ibu Vanessa secara perlahan, bahkan untuk mendengar rangkaian kata itu sudah mampu menjatuhkan air mata Vanessa.

"Ibu. Jangan ngomong begitu ya? Ibu belum bisa kalo gak ada ibu. " Ujar Vanessa.

"Kan ada nak Indra. " Ujar ibu Tarasari.

"Ibu.... " Ujar Vanessa yang kini sudah dipenuhi kesedihan dengan isakan tangisan yang sedang ia tahan dari tadi.

"Nak. Bahagia selalu ya... " Ujar ibu Vanessa sesaat setelah dengungan layar monitor ICU yang mengeluarkan suara melengking dan merubah grafik detak jantung menjadi garis vertikal membuat Vanessa panik dan menekan tombol darurat.

I WILL SURVIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang