BAB XIX Her

104 10 0
                                    






BAB XIX
HER

Vanessa kembali menjalani rutinitasnya seperti biasa. Bangun pagi, menyiapkan diri dan pergi ke kantor dengan suasana hati yang masih sama seperti biasanya setelah kejadian itu terjadi. Banyak perkataan dalam pikiran nya untuk berhenti berharap lebih pada pria seperti Teddy, namun move on bukanlah hal yang gampang dilakukan.

Dari sini Vanessa paham, tidak mungkin orang sesempurna Teddy akan mau dengan dirinya, kemarin hanyalah rasa kasihannya terhadap ibu nya yang sudah dalam keadaan kritis. Lalu Teddy membantunya dengan sedikit ungkapan lamaran dan ungkapan cinta baginya.

Namun mengapa harus sampai memberinya harapan? Bukan harapan, tetapi kenapa tidak beri tau saja dari awal jika dirinya tidak ingin menjalaninya bersama Vanessa dan bukan nya menjadi pahlawan dan kini mulai menyakiti hatinya secara perlahan.

Tin...

Suara klakson mobil dan sebuah seretan ban mobil di atas terdengar sangat renyah setelah Vanessa tersadar dari lamunannya. Vanessa menepuk jidatnya dan merasa bersalah karena tidak fokus mengendarai mobil sehingga hampir saja menerobos lampur merah dan menabrak seorang pengendara sepeda motor.

"Aduhhh Vanessa! " Ujar Vanessa menyalahkan dirinya sendiri.

Vanessa membuka kaca jendela mobil nya dan mengeluarkan kepalanya kearah pengendara sepeda motor yang hampir ia tabrak.
"Mas. Maaf ya, saya kurang fokus tadi. " Teriak Vanessa.

Pengendara motor itu hanya tersenyum dan melambaikan tangannya guna memberi tahu bahwa sebenarnya dia tidak apa apa. Melihat itu Vanessa kembali ke posisi semula dan terlihat sangat lega, karena Vanessa pikir akan ada terjadi keributan yang sangat besar disini.

Vanessa kembali memfokuskan dirinya pada jalanan yang ia lewati hingga sampai ke kantor dengan selamat dan langsung memasuki kantor.

Vanessa memasuki kantornya dan menuju lift untuk ke tempat ruang kerjanya, di pertengahan bulan ini Vanessa dikagetkan dengan beberapa berkas bertumpuk di sebelah komputer mejanya dan langsung menekan saraf otaknya yang tiba tiba terasa sakit.

"Lama Lama gua resign kalo dikasih kerjaan begini terus. Stress aku. " Ujar Vanessa dengan pelan.

Vanessa kembali duduk dan membuka beberapa berkas tersebut dan kembali mengerjakan apa yang seharusnya ia kerjakan sebagai karyawan tetap di perusahaan itu.

"INNES! " Teriak perempuan yang suaranya begitu nyaring hingga menganggu Vanessa, Siapa lagi kalo bukan Elvi yang selalu memanggilnya dengan sebutan tersebut?

"Pagi pagi gak usah nambah kepala gua mumet ya vi. " Ujar Vanessa sedikit kesal.

"Yaelah nes, ceria napa. Pagi pagi udh gak mood, baru di kasih kerjaan begitu doang udh kayak baru ditinggal sama cowo aja. " Ujar Elvi

"Emang." Ujar Vanessa.

"Apa? Bilang sekali lagi nes? Emang? Emang apaan? " Tanya Elvi yang sedikit shock.

"Gak ada, udah deh lo ke meja kerjaan loh, Lama lama gua usir juga lo. " Ujar Vanessa.

"Iyeee bawel! " Ujar Elvi yang langsung beranjak dari tempat duduk Vanessa.

I WILL SURVIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang