19

194 49 3
                                    

Jangan lupa vote + komen hehe

Mentari pagi baru saja mengintip dari balik tirai jendela kamar, menyusupkan sinar hangat ke wajah Arlian. Bunyi alarm di atas meja membangunkannya dari tidur nyenyak semalam. Ah, lebih tepatnya tidur nyenyak setelah 'pertempuran panas' yang tak sengaja ia lakukan dengan Calisa.

Dengan mata setengah terbuka, Arlian menguap panjang dan meregangkan tubuhnya, lalu menoleh ke sebelahnya. Tangannya terulur mengusap lembut wajah Calisa, menghapus jejak keringat sudut kening istrinya itu.

"Cal, bangun," ucapnya pelan.

Calisa sedikit melenguh dan mengerjapkan matanya ketika merasakan sesuatu yang hangat menyentuh kelopak mata miliknya.

Ketika matanya terbuka dengan sempurna, Calisa terkejut ketika mendapati wajah Arlian hanya berjarak beberapa cm dengannya.

"Arlian!" geramnya.

"Iya, sayang?" balas Arlian. "Capek ya gara-gara semalam? Maaf ya aku udah bikin kamu kec—"

Arlian tak melanjutkan ucapannya ketika Calisa tiba-tiba mendorongnya. "ARLIAN, SEMALEM KITA NGAPAIN?" pekik Calisa seraya kembali menggulungkan selimut untuk menutupi tubuhnya yang sedikit terekspos.

Arlian terkekeh. "Cal, kita udah suami istri. Ya, kita melakukan hal yang seharusnya dilakukan oleh pasangan suami istri," jawab Arlian enteng.

Calisa kembali mengingat-ingat apa yang terjadi semalam, ia benar-benar pusing dibuatnya.

"JANGAN BILANG KAMU JEBAK AKU, AR?" teriak Calisa.

"Kamu sendiri yang minum sampai mabuk, Calisa. Kamu sendiri yang lebih dulu memancing naluri saya sebagai seorang pria," ucap Arlian.

"GILA KAMU! DASAR EGOIS! KENAPA NGGAK—"

cup....

"Sssttt, semalam kamu juga menikmati, Calisa sayang," bisik Arlian.

Calisa memejamkan matanya, berusaha meredam emosinya yang memuncak. Tangannya sudah terangkat, bersiap menampar pria di depannya itu. Tapi, dengan cepat, Arlian menahannya.

"Lepasin!" ucap Calisa seraya berusaha menghempas tangan Arlian.

"Bisa, nggak usah lebay, Calisa?" ucap Arlian.

Calisa menatap Arlian tak percaya. "Lebay kamu bilang? Kamu udah renggut sesuatu yang berharga dari aku tanpa persetujuan aku, Arlian. Kamu bilang lebay?" ucap Calisa tak terima.

"Aku tekankan sekali lagi, kita suami istri, Calisa. Kalau kamu hamil pun, kamu punya suami," ucap Arlian.

"Tapi, pernikahan kita beda," ucap Arlian.

"Beda? Beda tujuannya kan? Tapi, pernikahan kita tetap sah di mata agama dan negara. Lalu, yang kamu permasalahkan itu apa?" ucap Arlian.

"Argh... Percuma ngomong sama kamu," ucap Calisa seraya beranjak dari tempat tidurnya.

"Mau kemana? Biar aku antar, Cal. Kamu pasti kesusahan jalan," ucap Arlian.

"Nggak usah, nggak butuh!" balas Calisa jutek.

Tapi, Calisa sedikit terhuyung, dan kembali terduduk ketika merasakan kesulitan untuk berjalan karena ia merasakan sakit di area sensitifnya.

"Bandel sih," ucap Arlian sedikit terkekeh.

"Aku mau mandi," ucap Calisa tanpa menatap Arlian sama sekali.

"Terus? Mau mandi bareng?" tanya Arlian jahil.

"MANDI BARENG MATAMU! BANTUINNN, BUKAN MAU MANDI BARENG," sentak Calisa yang membuat Arlian terbahak.

Tanpa berkata apa-apa lagi, di sela tawanya, Arlian menggendong Calisa menuju kamar mandi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LDR || Love Death RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang