“Apa kamu akan terus diam saja seperti patung? Biarkan juga aku masuk seperti yang kamu lakukan pada gadis itu.”
Suara Suo yang terdengar sangat berat itu memecah lamunan Sakura. Pemuda itu merasakan merinding sekujur tubuh saat dia bersitatap dengan delima milik Suo. Itu sedikit gelap dan seperti menyimpan sesuatu.
Sialan, Sakura benci dengan tubuhnya yang seolah tunduk pada pemuda itu. Seolah-olah hanya dengan berdiri berhadapan seperti ini, membuat Sakura melemah dan melemah. Sakura bahkan tidak mampu untuk mengucapkan banyak hal, dia hanya dengan patuh menyingkir dari jalan. Membiarkan pemuda bernama Hayato itu masuk.
Kepalanya terasa kosong kala itu, Sakura selalu kehilangan kegesitan dan juga perlawanannya jika itu berhadapan dengan Suo Hayato.
Sial, sial, sial, apakah dirinya memang selemah itu sekarang?! Didepan pemuda sialan ini?!
一o0o一
Keheningan yang panjang adalah sesuatu yang selalu Sakura benci. Dia hanya merasa itu memuakkan dan tidak diperlukan. Apalagi dia harus mengalami itu bersama Suo Hayato, berdua.
“Kenapa juga aku membiarkanmu masuk?”
Pada akhirnya suatu pikiran yang ada di otaknya mencuat keluar lewat mulutnya. Baik Sakura maupun Suo cukup terkejut akan itu. Terlebih Sakura yang baru saja mengucapkannya.
“Aku juga memiliki pertanyaan serupa; kenapa juga kamu membiarkan gadis itu masuk?”
Suo memperhatikan wajah Sakura dengan baik. Saat mereka duduk di ruang tamu dengan hanya dibatasi satu meja kecil. Pemuda itu bahkan sempat melihat piring yang masih menyisakan sedikit noda makanan. Muncul banyak pertanyaan didalam benaknya kala itu, namun Suo menyingkirkan itu jauh-jauh. Tidak ada gunanya memberikan pertanyaan terlalu banyak pada seorang Sakura Haruka. Jadi Suo memilih langsung ke intinya.
“Untuk apa aku menjawab pertanyaanmu itu? Itu bukan urusanmu, 'kan?” Sakura membalas, suaranya terdengar ketus. Melihat ekspresi Suo yang sedikit berubah, pemuda itu sekilas dibuat tergagap.
“Aku pikir kamu lupa akan sesuatu.” Suo menopang dagunya, sementara matanya lurus menatap pada mata dwiwarna milik Sakura. “Bahwa segalanya tentang dirimu akan menjadi urusanku juga, tepat setelah ciuman waktu itu di akhiri.”
Sakura melebarkan kelopak matanya. Sialan, kenapa juga pemuda ini menyinggung soal kejadian memalukan itu?! Sakura berdehem, memalingkan wajah demi menyembunyikan rona yang muncul disana. Namun sesaat kemudian dia kembali menatap Suo Hayato. Yang ternyata masih dalam posisi semula, menatapnya dengan pandangan yang tidak bisa Sakura mengerti.
“Kau harus menjawab pertanyaanku. Untuk apa kau datang kemari? Nirei memberitahumu sesuatu?”
“Kamu tidak hadir ke sekolah dengan dalih tidak enak badan. Namun aku yakin betul kalau kamu sebenarnya tidak begitu. Makanya aku datang kesini untuk melihat fakta yang ada.”
“Lalu? Mau apa kau setelah melihatnya?” Sakura menantangnya.
“Aku tidak perlu melakukan apapun. Hanya bocah yang bertingkah seperti itu.” Suo tersenyum asimetris, “Aku hanya tidak habis pikir denganmu... Mau sampai kapan kamu akan bertindak seperti bocah SD? Yang senang memberikan alasan hanya untuk menghindari proses belajar serta segala urusan disekitarmu?” saat dia melanjutkan kalimat itu, Suo cukup terkejut karena Sakura langsung menerjangnya hingga dirinya terjatuh terlentang diatas lantai, dengan pemuda itu yang duduk diatas perutnya, menunjukkan ekspresi marah yang belum pernah Suo lihat sebelumnya.
一o0o一
“Kau, kau,” Sakura mencengkeram kerah seragam Suo. “Tahu apa kau tentang diriku? Hidupku? Jangan pernah bicara seolah-olah kau tahu dan bahkan memiliki urusan dengan itu!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Call My Name | SuoSaku [✓]
Fanfiction"Belajarlah untuk menjadi dewasa, Sakura. Perhatikan tingkahmu, perhatikan cara bicaramu. Tidak semua orang bisa menjadi toleran." Suo menatapnya dengan sayu. Ekspresinya sedatar tembok dibelakang mereka. "Ha? Apasih maksudmu一" "Atau kamu ingin aku...