Sakura tidak tahu jelas sudah berapa lama waktu berlalu. Yang dia tahu, bahwa kedua matanya selalu terbuka, demi memandang delima yang tampak semakin pekat dan pekat. Bibir mereka masih tertaut dengan erat, sesekali akan terlepas demi kebutuhan oksigen, namun seolah-olah tiada lelahnya, itu kembali terjalin dalam intens. Seolah-olah mereka butuh dan butuh, Sakura merasakan pusing akibat sentuhan demi sentuhan yang terasa memabukkan.
Pemuda itu sedikit melenguh, saat Suo mengusap pipinya dalam sentuhan seringan bulu. Sakura akhirnya memutuskan untuk menggerakkan kedua tangannya untuk menyentuh helai demi helai milik Suo yang ternyata terasa sangat halus dikulit jemarinya. Meremasnya sekilas saat dia merasakan gigitan kecil dibelah bibirnya.
Sakura bahkan tidak menolak dan hanya mengikuti saat tubuhnya akhirnya ditarik oleh Suo, membuatnya dalam posisi duduk dengan paha milik pemuda itu sebagai bantalan. Dia membiarkan Suo untuk mengecap segala rasa di bibirnya. Mendominasi, dimana yang Sakura lakukan hanyalah menerima dan mengikuti. Sejak awal dia telah begitu. Jarum jam yang bergulir adalah apa yang menjadi pengiring kegiatan mereka sejak awal. Hingga dia merasakan sesuatu terasa menyentuh sedikit dibagian bawah tubuhnya, ciuman mereka dilepas begitu saja oleh Suo.
“Ah, sial.” Suo mendesis. Sesaat setelah pemuda itu melepaskan ciuman mereka, dia menunduk sedikit. “Ini benar-benar akan membuatku gila.” Dia bergumam. Sementara Sakura sendiri terdiam sambil sesekali terengah. Dia tidak bodoh untuk mengetahui apa yang baru saja menyentuh tubuh bagian bawahnya tadi. Dan dia merasa malu dan senang untuk suatu alasan yang membingungkan.
“Uh, itu,”
“Kamu benar-benar sangat cantik, kamu tahu?”
“Eh?”
Suo menyentuh kulit bibir yang merah dan basah, mengusapnya dengan perlahan. Menikmati ekspresi malu dan lelah yang berbaur di wajah Sakura. Sakuranya. “Kamu yang terengah dengan ekspresi seperti ini terlihat sangat cantik sampai aku nyaris kehilangan kendali.” Dia berbicara kembali, yang mana membuatnya dihadiahi satu buah pukulan yang terasa sangat ringan dari Sakura di pundaknya.
“B-bicara apa kau ini, hmph.”
Suo tertawa, untuk pertama kalinya dengan sangat bagus hingga membuat wajahnya terlihat semakin tampan dan tampan. Sakura bahkan sejenak tercengang saat dia melihatnya.
Pemuda itu memalingkan wajahnya kesamping sambil memegang bibirnya yang masih terasa hangat dan basah akibat kegiatan yang baru saja terjadi. Sial, selain jantungnya yang bertalu-talu sampai membuat ngilu, tubuhnya pun bergetar akibat terlalu gugup. Ini adalah sesuatu yang sangat baru baginya. Abaikan soal ciuman pertama yang sangat jelek dan di tempat yang jelek pula. Waktu itu Sakura bahkan tidak merasakan hal yang bagus sama sekali akibat terlalu syok akan perilaku dadakan Suo yang mencengangkan dan kurang ajar, menurutnya. Sangat jauh berbeda dengan sekarang. Eh, dia ini memikirkan apasih!
Sakura ingin menampar wajahnya bolak-balik. Padahal awalnya dia keukeuh soal orientasi yang selurus jalan tol, namun siapa sangka kalau dia akan berakhir melakukan sesuatu yang dari segi manapun itu, membuatnya terlihat gay dan gay! Dan itu dengan Suo Hayato pula!
Sakura malu hingga rasanya ingin mati.
Pemuda itu lantas melirik sedikit pada Suo, yang ternyata tengah memandangnya. Posisi mereka masih belum berubah sedikitpun. Dan itu semakin membuat Sakura merasa malu hingga ke ubun-ubun.
Pemuda itu dengan cepat bangkit. Dia melakukan gesture seperti mengusap wajah dan rambutnya demi menyembunyikan rasa malu. Yang mana itu tidak berpengaruh untuk Suo sedikitpun.
Pemuda Hayato itu tersenyum lebar, saat dia mengubah posisinya untuk duduk bersila, dengan satu tangan yang bergerak untuk menopang sisi wajahnya yang tampak lebih bersinar. Dia jelas tengah berada di puncak kebahagiaan.
“Kamu ini memang sangat lucu, Sakura.”
“Ha? B-bicara apa sih, kau ini?! Pulang sana! Ngapain masih duduk disana?!” Sakura berteriak padanya. Dia bahkan berkacak pinggang sambil memelototi Suo seperti penagih hutang. Berpura-pura marah. Namun, wajah yang memerah malu terlihat sangat jelas tidak bisa menipu.
Suo mengerjap, “Eh? Serius? Aku diusir? Setelah kegiatan kita yang menyenangkan?”
Sialan, mulut pemuda satu ini memang selalu blak-blakan.
Sakura menggigit bibirnya, sesaat mendesis akibat ngilu. Sial, dia lupa bibirnya dalam kondisi bengkak.
“Bodo amat! Cepat pulang!” Sakura menarik tangan Suo, membuatnya berdiri dengan paksa.
“He? Lalu bagaimana dengan kelanjutan hubungan kita?”
“Hah? Memangnya apalagi? Kau mau kita menikah, hah?! Baru ciuman saja sudah besar kepala!”
Suo terbahak. Sial, Sakuranya ini lucu sekali. Perilakunya saat sedang salah tingkah benar-benar membuatnya tertawa.
“Jadilah kekasihku. Aku serius.”
Langkah Sakura yang tengah menyeret Suo menuju pintu utama seketika berhenti. Pemuda itu tampak mengulum bibirnya, sementara wajahnya memiliki gurat-gurat merah yang makin lama makin jelas. Banyak hal terasa berkecamuk, baik itu di kepala maupun di dalam dada. Namun satu hal yang pasti, Sakura tidak memiliki perasaan yang buruk untuk itu.
“Uh, hanya beri aku waktu untuk berpikir.” Dia bicara, dengan intonasi yang sedikit kecil.
Suo sendiri tampak sedikit kecewa lantaran digantung begitu saja. Padahal dia pikir hari ini mereka akan jadian dan langsung memegang title 'sepasang kekasih'. Namun nampaknya dia harus menunggu sedikit lebih lama lagi untuk itu.
“Itu tidak akan lama. Hanya, tunggu saja ... Suo.”
Suo mematung. Nyaris menyerupai stupa candi. Tidak tahu apa reaksi yang paling tepat untuk mengungkapkan, namun dia kali ini merasa ingin jungkir balik saking senangnya mendengar namanya disebut dengan sangat lembut oleh bibir milik Sakura Haruka.
Sakura Haruka yang itu.
Yang hanya tahu berteriak dan mengumpat.
Suo Hayato berdehem, berusaha menjaga kewarasannya agar tetap utuh. Dia tidak boleh kehilangan ketenangan dan sikap dewasa miliknya begitu saja. Biarkan hal konyol hanya muncul didalam hati, diluar harus tetap tenang dan santai. Sial, dia ingin tersenyum lebar hingga giginya kering.
“Uh, oke.”
Jadi yang dia lakukan hanyalah menyahut singkat dengan kalimat yang dipersantai.
一o0o一
“Itu tidak akan lama. Hanya, tunggu saja ... Suo.”
Sakura Haruka menampar pipinya berulang kali saat dia berdiri di depan wastafel yang tersedia di kamar mandi. KENAPA DIA BILANG BEGITU TADI?! KENAPA JUGA DIA MEMANGGIL NAMA PEMUDA ITU DENGAN NADA YANG SANGAT BUKAN DIRINYA SEKALI!?!
Sakura meremas rambutnya sambil memandang pantulannya sendiri di cermin besar yang ada di hadapannya. Berusaha sekuat mungkin untuk mengenyahkan ingatan yang terjadi beberapa jam yang lalu.
Jantungnya terasa ingin meledak. Sakura membenturkan wajahnya pada tembok disebelahnya dengan cukup kuat, berusaha mengenyahkan ingatan itu jauh-jauh. Namun sensasi bibir Suo yang masih terasa di bibirnya membuat segalanya menjadi kacau dan kacau. Bahkan Sakura tidak bisa melupakan bagaimana delima itu selalu memandangnya saat milik mereka menyatu dengan gerakan yang seirama.
“SIALANNN! KENAPA KAU TERLIHAT SANGAT TAMPAN SAAT ITU SUO HAYATO!!”
Sakura berteriak, sesaat kemudian menjatuhkan diri kebawah, bergerak kesana-kemari bagai cacing kepanasan. |tbc.|
note : wkwkwkkwkwk suo dan sakura benar-benar punya sisi yang membuat terkejut.
komentar untuk chapter ini, guys?
KAMU SEDANG MEMBACA
Call My Name | SuoSaku [✓]
Fanfiction"Belajarlah untuk menjadi dewasa, Sakura. Perhatikan tingkahmu, perhatikan cara bicaramu. Tidak semua orang bisa menjadi toleran." Suo menatapnya dengan sayu. Ekspresinya sedatar tembok dibelakang mereka. "Ha? Apasih maksudmu一" "Atau kamu ingin aku...