║Bab; 11.║

716 69 13
                                    

Suo menatap lurus kedepan. Raut wajahnya sedingin lantai yang dia pijak. Pemuda itu tampak sedang dalam mood yang buruk, dari sisi manapun itu akan terlihat jelas. Bahkan, guru yang sebelumnya mengisi pembelajaran tidak berani berbicara dengannya dan memilih melimpahkan segalanya pada Nirei Akihiko yang merupakan Wakil Ketua Kelas. Ada yang bilang; orang yang tenang biasanya menjadi paling berbahaya. Kesampingkan soal guru, bahkan teman-teman sekelasnya tidak berani mendekat. Suo tampak jelas dalam mode 'senggol? bacok'.

Sebenarnya apa yang terjadi? Padahal beberapa hari yang lalu dia masih dalam keadaan bagus hingga wajahnya bersinar beberapa hari. Itu bahkan sampai membuat Nirei ngeri sementara Kiryu dan Tsugeura dibuat kebingungan setengah mati. Kedua orang yang telah mengenal Suo semenjak dari bangku SMP itu belum pernah melihat Suo sesenang itu. Dia jelas pernah merasa gembira, namun belum pernah sampai menunjukkan itu hingga berhari-hari lamanya. Kejadian ini benar-benar sangat langka. Siapa yang menyangka hari ini ekspresi itu akan terbanting kearah yang sangat buruk.

“E-eto, Suo-san一”

“Apa?”

Ketika Suo menoleh dengan wajah tanpa ekspresi, Nirei nyaris merasakan jantungnya merosot turun. Pemuda itu jelas sangat ketakutan pada Suo saat ini, terlebih aura yang dikeluarkan pemuda berambut coklat itu terasa sangat mengerikan.

Nirei takut sampai dia pikir dia akan mati.

Sejak awal Nirei tidak pernah berpikir untuk mendekati pemuda itu. Apalagi dia tahu situasi sedang tidak baik-baik saja di sekitar pemuda Hayato tersebut. Namun keadaan benar-benar memaksanya. Dia mendapatkan mandat dari guru Matematika untuk memberikan informasi pada Ketua Kelas soal dia yang absen mengajar di jam kedua nanti. Bilangnya ada urusan penting dirumah. Dan Ketua Kelas harus menyebarkan informasi itu kepada seluruh anggota kelas. Bahwa mereka harus mengerjakan tugas dan dikumpul di atas mejanya saat jam pelajaran berakhir.

Kenapa juga guru satu itu tidak mengatakan pada Suo langsung? Dia juga tidak salah sih dengan memberitahu Nirei karena dia adalah Wakilnya. Tapi tetap yang pertama tahu, 'kan harusnya Ketua Kelas itu sendiri! Dia jadi harus berhadapan dengan Suo yang menakutkan sekarang. Memang sedang apes saja dia hari ini, sepertinya.

“Itu, ehm, guru Matematika hari ini tidak bisa mengajar, jadi ketidakhadirannya diganti dengan tugas. Itu dari halaman 73 sampai 75. Kita disuruh untuk memberitahu teman-teman yang lainnya.”

“Oh,” Ekspresi Suo segera menjadi sedikit melunak. Pemuda itu menatap Wakilnya yang tampak berdiri dengan tubuh sedikit bergetar. Suo sebenarnya sedikit merasa geli akan hal tersebut. Pemuda itu terlihat seperti seekor tikus yang tengah berhadapan dengan kucing yang siap memangsanya.

Nirei disisi lain, mengerjap. Oh? Hanya itu saja?! Serius?! Pemuda itu meringis dalam hati. Namun apa yang bisa diharapkan dari pemuda Hayato ini. Sifatnya terkadang mengingatkannya pada Sakura Haruka. Mereka ini memang asli mirip, pantas jodoh. Nirei berpikir. Namun sesaat kemudian seolah ditampar kuat-kuat. Dia sadar akan sesuatu. Sudah pasti alasan dibalik mood Suo Hayato yang memburuk ada hubungannya dengan Sakura Haruka! Karena pemuda itu kembali bertingkah seolah-olah menghindari Suo semenjak kemarin. Padahal sebelumnya dia biasa-biasa saja. Bahkan setelah absen sekali, keesokan harinya dia masuk ke kelas dengan tampang seperti biasa. Suo juga waktu itu menjadi sangat aneh karena terus-menerus tersenyum dengan wajah yang tampak cerah. Namun itu mulai runtuh usai Sakura menghindar kembali.

“Kenapa masih berdiri disini? Kamu masih ingin mengatakan sesuatu?”

“Eh?”

Nirei mengerjap. Seolah tersadar, pemuda itu langsung tertawa gugup. Sial, dia kebanyakan melamun.

“Tidak ada lagi kok. Hanya itu saja.”

Suo mengangguk. “Oke. Karena jika kamu berlama-lama, Kiryu mungkin saja akan salah paham dan berakhir mencekikku ditempat sepi. Lihat, dia cemburu sampai matanya melotot menatap kesini.” Dia mengerling pada sosok Kiryu yang duduk di belakang sana. Dimana sejak tadi pemuda itu ternyata memandang interaksi mereka layaknya Agen Intel. Kiryu pasti berpikir Suo tidak menyadari pandangannya itu. Sayangnya dia salah, karena sejak awal Suo tahu dengan jelas bahwa dia sedang diawasi.

Nirei mengerjapkan kedua matanya beberapa kali. Merasa gugup sampai ke ubun-ubun. Dia pikir Suo mengerjainya, namun saat dia menoleh kearah bangku milik Kiryu, pemuda itu benar-benar tengah memandang kearah sini. Namun saat dia menemukan pandangan Nirei, Kiryu segera memalingkan wajah sambil pura-pura bersiul.

Nirei mengulum bibirnya, menahan keinginan untuk menjerit. Kenapa pemuda berambut pink itu terus-menerus berlaku seperti itu kepadanya? Apa dia tidak pernah berpikir bahwa Nirei mungkin saja akan dibuat terlena oleh itu semua?

“Oi, Nirei, kau lihat charger ponselku一”

“Eh?”

“...”

Sakura terdiam. Bisa-bisanya dia melupakan sesuatu. Padahal tadi pagi masih dalam mode petak umpet, namun karena baterai handphonenya habis dan sialnya chargernya tidak ada di kantong celana, Sakura pun kembali ke kelas sambil melupakan fakta bahwa dia sedang menghindari Suo.

Alasannya simpel, Sakura takut ditagih jawaban yang telah di tunggak selama berhari-hari. Kemarin-kemarin dia masih bisa bersikap santai menghadapi Suo, namun lama-lama dia malah kepikiran bahwa menghindar untuk sementara lebih bagus.

Dia hanya perlu memikirkan perasaannya lebih jauh lagi. Dia tidak ingin tergesa-gesa.

“Kamu一!”

Suo belum sempat menyelesaikan kalimatnya saat Sakura langsung kabur dari sana. Berhubung tempat duduk Suo dekat dengan pintu masuk, pemuda itu menjadi mudah untuk melarikan diri.

Suo terbengong. Nirei apalagi.

Pemuda itu!

“Aku akan mengejarnya!”

“He?!”

Nirei menoleh sampai lehernya sakit. Dan sosok Suo sudah menghilang dari balik pintu. Pemuda itu jelas sedang mengejar Sakura yang berusaha kabur lagi.

Nirei memijit keningnya yang terasa pening, hubungan aneh nan konyol mereka berdua membuat kepalanya sakit.

一o0o一

Sakura rupanya berlari menuju atap. Pemuda itu kakinya cukup cepat dalam bergerak, untung saja Suo mampu untuk mengimbangi. Jadi tepat saat Sakura hendak membuka pintu atap, Suo segera meraih lengannya. Menggenggamnya kuat sambil berbalik untuk menarik pemuda itu ke atap sekolah.

Tepat setelah pintu berayun menutup, Suo tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menghempaskan tubuh Sakura ke tembok yang ada disamping pintu. Memerangkap tubuh itu diantara tembok dan tubuhnya sendiri.

“Kamu ini benar-benar...”

Suo bicara sambil terengah-engah saat dia menghirup oksigen.  Sakura dihadapannya melakukan hal serupa. Wajah pemuda itu bahkan sampai sedikit memerah dan mengeluarkan keringat akibat berlari terlalu kencang.

“Hah... Lama-lama aku akan benar-benar dibuat gila olehmu.”

Suo meletakkan kepalanya dibahu Sakura. Ada tarikan nafas yang terdengar cukup jelas saat itu, dimana itu datang dari Sakura yang merasakan kegugupan lantaran kembali berada dalam jarak sangat dekat dengan Suo Hayato.

“Kamu tahu konsekuensinya jika melarikan diri dariku lagi, bukan?” Saat Suo bicara setengah berbisik ditelinganya, tubuh Sakura menegang. Pupil matanya mengecil dengan ekspresi kaku yang terpasang diwajahnya kala itu. Sakura menggigit bibirnya erat saat dia merasakan kecupan demi kecupan di bawah cuping telinganya. Itu membuatnya nyaris menjerit kalau saja dia tidak mampu untuk mengendalikan diri.

Ngh,” Sakura meremas lengan Suo sedikit kencang, berusaha meredam suara yang muncul akibat rasa perih bercampur ngilu yang muncul di lehernya sesaat setelah Suo menghisapnya disana.

Sial! Sial! Sial! Sebenarnya apa yang tengah mereka lakukan ini?! |tbc.|

note : ehe. ehe. ehe. (⁠ ⁠ꈍ⁠ᴗ⁠ꈍ⁠)

reviewnya, guyss?

Call My Name | SuoSaku [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang