Selepas kejutan luar biasa yang keluar dari mulut Suo dengan entengnya, masing-masing tidak ada yang berbicara. Hanya membiarkan suara batuk dari mulut Sakura dan sesekali hela nafas yang hanya menjadi latar belakang.
Kiryu dan Nirei memilih menyibukkan diri mereka pada segelas jus yang terhidang didepan mata, berusaha abai saat mereka melirik sebentar pada raut wajah Sakura yang tampak memerah, sementara kedua mata tampak seperti ingin menelan pemuda yang duduk disampingnya bulat-bulat. Mereka tidak ingin ikut campur dan berakhir menerima resiko, jadi diam adalah pilihan. Namun sesekali mereka akan melirik pada Suo yang merupakan pemicu, menemukan pemuda itu tampak sangat santai dan seperti tidak ada yang terjadi, mereka sekilas merasakan ngeri naik di belakang tenggorokan.
Sementara itu, ketiga senior mereka tampaknya masih sedikit terguncang terhadap apa yang baru saja mereka dengar.
Sampai kemudian sebuah tawa menguar di udara. Meledak dalam intonasi yang cukup tinggi hingga nyaris memekakkan telinga.
“Luar biasa! Kelas satu tahun ini memang benar-benar luar biasa, haha!” Umemiya Hajime tertawa sambil menutup separuh wajahnya. Tidak tahu apakah dia benar-benar merasakan kegembiraan seperti halnya nada bicaranya, karena ekspresi wajahnya yang sama sekali tidak terlihat lantaran tertutup oleh telapak tangan.
Tsubakino dan Hiragi melirik kearahnya, tampak sedikit terkejut akan respon laki-laki itu. Mereka diam-diam mundur satu langkah sedikit menjauhi Umemiya saat tawanya mereda.
“Sayang sekali ... Padahal kupikir Sakura itu adalah seseorang yang bisa ku jadikan calon pacar. Karena setelah dia menyelamatkan Kotoha, aku mulai merasa tertarik. Namun nampaknya itu sia-sia sekarang.” Umemiya dapat mendengar beberapa hela nafas tertahan dari beberapa penjuru, namun dia memilih abai. Laki-laki penyandang marga Umemiya itu menunduk, memandang pada Sakura yang menolehkan kepala, untuk menatapnya dengan pandangan terkejut bercampur bingung. Sorot mata miliknya tampak menunjukkan beberapa hal yang rumit, namun segera dia menjadi sedikit cemberut saat menemukan mata lain yang menatapnya seolah-olah Umemiya adalah pengganggu.
“Namun, yeah, aku senang kalau adik-adik kelasku memiliki seseorang yang mereka cintai disisi mereka. Sebagai seorang kakak kelas, aku harus mendukung, bukan? Benar tidak, Hiragi, Tsubaki?” Umemiya menegakkan badan. Melirik pada kedua sahabatnya yang terdiam sejak tadi. Matanya cukup lama berlabuh pada laki-laki berpenampilan wanita yang berdiri tepat dibelakangnya, dimana dia tampak memandangnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Namun itu tidak lama karena setelahnya bibir bergincu perlahan terbuka, meloloskan kalimat yang ingin dia dengar.
“Kamu benar ... Ume.”
“Uh, yeah.” Hiragi disisi lain, menatap kearah lain saat dia menjawab begitu.
Suo tidak peduli sedikitpun pada omong kosong mereka semua. Atau begitulah dia menginginkannya. Pemuda itu langsung memalingkan pandangan untuk menatap kembali pada sang kekasih, kesenangannya sekejap terjun ke titik terbawah akibat perkataan demi perkataan kurang ajar Umemiya Hajime. Dia adalah seseorang yang paling bagus dalam mempertahankan ketenangan, begitulah seharusnya dia dan Suo tidak akan melakukan hal konyol yang berlebihan untuk merusak hal tersebut.
Disela-sela keheningan itu, Suo menggerakkan tangannya ke bawah meja. Merenggut jemari Sakura yang terbebas, dimana pemuda itu segera memandang kearahnya dengan pertanyaan yang tampak jelas di wajahnya, sementara sisanya adalah rasa malu dan kesal akibat skinship di tempat umum. Namun dia hanya menerima dan menerima. Terlebih saat dia merasakan genggaman Suo yang cukup kuat disana.
“Baguslah kalau begitu. Akan sangat merepotkan kalau sampai terjadi sesuatu hal yang konyol seperti perebutan untuk mendapatkan seseorang yang disukai.” Namun Suo adalah seseorang yang memiliki mulut pedas dan jujur, siapapun yang mengenalnya akan menyetujui fakta itu tanpa berpikir panjang. Sekali sesuatu melintas dalam benaknya, dia benar-benar akan melontarkannya keluar. Terlebih dia merasakan bahwa dia seharusnya memang memberikan jawaban seperti itu kepada kakak kelasnya itu. “Dan meskipun suatu saat memang harus ada perebutan, Sakura hanya akan tetap berakhir menjadi milikku, tidak yang lain.” Suo menatap pada sang kekasih, nada bicaranya serius berikut raut wajahnya. Itu adalah penampilan yang cukup jarang muncul disana. Karenanya mereka semua yang ada disana hanya mampu terdiam, tidak memiliki sesuatu untuk memberikan balasan pada perkataan pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call My Name | SuoSaku [✓]
Fanfiction"Belajarlah untuk menjadi dewasa, Sakura. Perhatikan tingkahmu, perhatikan cara bicaramu. Tidak semua orang bisa menjadi toleran." Suo menatapnya dengan sayu. Ekspresinya sedatar tembok dibelakang mereka. "Ha? Apasih maksudmu一" "Atau kamu ingin aku...