22.

675 55 2
                                    

Jungwon menangis histeris kala mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, bayi yang selama ini dia inginkan harus pergi begitu saja karena kecerobohan dirinya sendiri. Jay hanya bisa memeluk tubuh mungil Jungwon yang masih menangis kencang bahkan dia juga merasakan betapa pedihnya hati Jungwon.

"Aku terlalu bodoh"

"Aku ceroboh"

"Aku pembunuh" Begitulah yang Jungwon ucapkan sambil memukul dirinya sendiri.

"Harusnya aku juga mati" tangisannya semakin histeris dan Jay semakin erat memeluk tubuh orang yang paling dia sayang.

"Tidak sayang, ini semua bukan salahmu, ini sudah takdir yang harus kita lalui jangan hanya menyalahkan dirimu, tapi aku juga sama, aku ceroboh, aku tidak memperhatikan mu, aku tidak menjagamu dengan baik, maafkan aku sayang" Ucap Jay. Pria berwajah tegas dengan tatapan mata elangnya itu pun tidak kuasa menahan air mata, kekasihnya masih dalam pelukan dan dia sadar hati Jungwon lebih hancur dari pada dirinya, namun semua ini sudah takdir yang harus mereka lalui.


Setelah menangis dengan histeris, kini keadaan Jungwon tidak sadarkan diri dalam pelukan Jay, pria itu semakin menangis dan terus berkata "Maaf".







Jay telah memanggil dokter dan membaringkan Jungwon di bangsalnya, dirinya hanya terdiam menatap ke arah orang yang sangat dia cintai, hatinya terluka kala melihat kondisi Jungwon yang juga terluka atas kehilangan bayi mereka.

Di saat itu sang Ayah datang untuk menjenguk keduanya.

"Jay" pria yang usianya kini tak muda lagi itu menepuk pundak sang putra yang tengah duduk di sofa sambil menatap Jungwon yang tengah berbaring di sana.

Jay melirik sebentar, lalu tatapannya kembali ke arah depan, mengusap wajahnya kala air mata menetes.

"Bagaimana kondisi Jungwon?" tanya sang Ayah.

"Dia begitu sedih saat tau jika dia kehilangan bayinya" ucap Jay dengan nada bergetar menahan agar tidak menangis, Ayahnya tau kondisi putranya juga tidak baik-baik saja tapi dia bangga pada putranya, dia tetap tegar demi membuat Jungwon juga tegar.

"Percayalah semuanya akan kembali membaik jika kau bisa membuatkan kembali ceria"

"Iya, tapi aku tidak tega saat Jungwon terus menerus menyalahkan dirinya untuk insiden ini, aku ingin dia juga bisa merelakannya dan ini semua sudah takdir" sang anak begitu lelah dengan keadaanya.

"Ayah tau, tapi ayah ingin kau tetap tegar demi Jungwon, ayah percaya kalian bisa" Sang Ayah memeluk putranya yang kini menangis dalam pelukannya, mengelus punggung Jay agar lebih membaik.

"Kamu harus janji pada diri kamu sendiri, jika mulai sekarang kamu akan menjaga Jungwon dengan lebih baik lagi"

"Jay janji ayah, Jay janji tidak akan pernah mengabaikan Jungwon lagi, Jay menyesal" Sang Ayah terus mengelus punggung putranya hingga dirinya cukup tenang.

Sekitar 30 menit Jay menenangkan diri dalam pelukan ayahnya.

"Jay, putraku" Sang eomma juga datang menyusul mengelus puncak kepala putranya.

"Jungwon butuh kamu" saat eomma mengatakan itu, Jay yang sedang dalam pelukan Ayahnya kini menatap ke arah bangsal milik Jungwon, di sana Jungwon sudah terbangun dan menatapnya. Jay menghapus air matanya lalu menghampiri Jungwon dengan segara.

"Sayang, kamu sudah bangun" tangan Jay menggenggam tangan Jungwon dan mengelusnya dengan lembut.

"Daddyy" Suaranya begitu lihir membuat Jay kembali menitikkan air mata. Jungwon mengangkat tanganya menggenggam wajah Jay lalu menghapus air mata yang mengalir di pipi Jay.

BABY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang