ENAM

39 8 8
                                    

Taxi berwarna biru yang lumrah berlalu-lalang di jalanan padat kota-kota besar Indonesia, kini salah satunya tengah berkendara menuju satu alamat sesuai yang dikatakan pria bernama Lee Heeseung.

Bersama Rei di sebelahnya yang sibuk melihat-lihat sekitar, sekaligus mencoba menggali ingatan lamanya tentang kota kelahirannya sendiri.

Mereka baru sampai setengah jam lalu di Jakarta melalui bandara internasional. Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan taxi menuju rumah tempat tinggal Rei.

Sampai saat ini, Nyonya Naoi tidak diberitahu mengenai kejadian yang menimpa putrinya di Berlin. Polisi berkata, mereka kesulitan menghubungi wanita berusia lebih dari setengah abad itu.

Entah kenapa.

Dan Heeseung sendiri tidak punya akses untuk menghubungi mantan mertuanya tersebut. Semua kontak pribadi, bahkan mungkin sosial media milik pria itu pun diblokir pihak Ibu Rei.

Pada mulanya, Heeseung ingin membawa Rei langsung ke rumahnya. Mempertemukan perempuan yang tengah duduk di sebelahnya itu dengan sang putra, Riki.

Namun, setelah dipikir-pikir hal itu kelihatan terlalu agresif.

Mau tidak mau, Heeseung harus mengantarkan Rei ke rumah perempuan itu terlebih dahulu. Mungkin, apabila Nyonya Naoi berkenan, dirinya akan menjelaskan secara singkat kronologi sampai pada akhirnya Rei bisa bersamanya.

Seusai menyerahkan sejumlah uang, Heeseung dibantu si Sopir taxi itu sendiri, mengeluarkan barang-barang bawaan keduanya termasuk koper mungil milik Heeseung.

Pria Lee itu memandang lama rumah mewah di hadapannya. Kediaman keluarga Naoi, yang hampir setiap bulan dia datangi untuk bertemu Rei.

Tetapi sekarang, dirinya kembali ke sini bersama orang yang sebelumnya ingin dia temui di dalam rumah. Ternyata, Nyonya Naoi tidak bohong mengenai tidak adanya Rei di dalam bangunan itu.

Diketuknya pintu kayu di depan mereka tiga kali, di detik ke-15 barulah pintu itu terbuka ke arah dalam. Seorang wanita tua dengan pakaian khas ART menjadi yang pertama dilihat keduanya.

ART tersebut mulanya tersenyum ramah, setelah dia sadar siapa orang yang ditatapnya kini, barulah Mbok Yeo membelalak hingga mulutnya terbuka lebar.

"NYONYA BESAR! NYONYA BESAR!" teriak Mbok Yeo, teramat menggelegar dari bibir keriputnya.

"NYONYA BESAR, NONA NAOI PULANG!"

"NYONYA BESAR!"

Mbok Yeo, meninggalkan Rei dan Heeseung yang terdiam bingung di teras rumah. Heeseung jadi yang pertama sadar jikalau kupingnya berdengung akibat teriakan nyaring ART milik keluarga Naoi.

Ibu Rei, dengan usia tidak lagi muda namun masih terlihat sangat bugar turun dari lantai dua agak tergesa, meski tetap mengutamakan keselamatan dirinya sendiri.

Persis reaksi pertama Mbok Yeo, Nyonya Naoi mematung cukup lama di anak tangga terakhir setelah netranya menangkap persepsi putrinya.

Naoi Rei, putrinya yang hilang kabar kurang lebih tiga minggu lamanya. Tidak ada yang bisa dihubungi, membuat Nyonya Naoi panik dan was-was setiap detiknya.

Kini, perempuan yang ditunggu kabarnya berdiri di depan rumah mereka. Bersama pria yang kehadirannya sangat amat tidak diinginkan Nyonya Naoi.

Rei ada di teras sana, bersama Lee Heeseung si mantan suami.

Nyonya Naoi agak berlari demi cepat sampai kepada putrinya. Tanpa mengatakan apapun, wanita itu mendekap erat tubuh Rei. Secara natural, air matanya luruh bersamaan dengan pelukan yang kian erat.

Kilometer 40++ [S2 DTN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang