DELAPAN

45 9 16
                                    

Rei menatap kagum bangunan luas di depannya. Perempuan itu baru saja turun dari mobil, masih dengan dibukakan pintu oleh pria Lee yang membawanya.

ReHLeey's

Adalah nama perusahaan yang terpanggang dalam ukiran pada tembok di gerbang depan, yang sempat dibaca Rei, sebelum mulai memasuki area parkir depan.

Gedung dua lantai ini didominasi warna biru langit, merah muda, dan putih. Cukup berwarna untuk itungan sebuah pabrik yang lumayan besar.

"Cat tembok sesuai permintaan kamu. Kamu bilang, barang-barang yang kita jual itu colorful dan lucu-lucu, jadi gedung perusahaannya juga harus ikut colorful," kata Heeseung.

Pria Lee itu mengajak Rei berjalan di sisinya. Keduanya mulai memasuki gedung dari pintu masuk utama, yang biasa digunakan anak-anak kantor, sementara pintu masuk anak-anak produksi alias pekerja pabrik ada di samping kiri dan kanan agar lebih cepat sampai.

Rei langsung disuguhkan ruangan teramat luas, masih dengan warna-warninya dunia. Di lantai satu bagian kanan ini, terdapat kantin dan ruang makan yang lumayan, beberapa toilet dan ruang ibadah bagi pekerja Muslim.

Sementara di bagian kiri, tersusun rapih rak-rak tinggi serta etalase berisi barang dagang mereka. Sudah ada banyak karyawan yang mulai mengerjakan tugas masing-masing.

Rei yang masih senang-senangnya memerhatikan gudang terbuka di sebelahnya, terpaksa menghentikan kegiatan mengangumi kerja kerasnya sendiri.

Karena Heeseung mulai membawa Rei ke pintu besar yang peletakannya sejajar pintu masuk utama. Sejauh mata memandang, hanya ada kegiatan produksi barang dan bising suara mesin.

Heeseung menerima lengan Rei, membantu perempuan itu menuruni beberapa buah anak tangga, pemisah antara gedung utama dan pabrik produksi.

"Berapa luas pabrik ini?" tanya Rei, pasalnya, mereka sudah berjalan lima menit dan belum juga sampai ke bagian paling ujung.

Heeseung di sebelah yang tengah sesekali balas menyapa para pekerja menoleh. Kemudian pria itu mengangkat bahunya, tidak tahu. "Gak tahu pastinya, tapi ini standar buat luas bangunan pabrik besar sih, katanya," jawab Heeseung.

Setelah sampai di bagian paling ujung, mereka berbalik. Memulai langkah menuju pintu awal. Kenapa demikian? Karena ini sesuai urutan produksi. Agar lebih jelas saja.

"Di ujung sini, adalah awal semua proses. Lihat pintu besar itu?" Heeseung menunjuk pintu yang terletak di sebelah kanan mereka. "Dari sana, pekerja menerima alat dan bahan untuk diproduksi dari truk-truk perusahaan bahan yang sudah bekerjasama bersama kita cukup lama."

"Pekerja akan memeriksa semua bahan dengan cepat namun tetap teliti. Kalau ada bahan atau alat yang gak sesuai, bakal dikembalikan ke perusahaan asal. Barulah, setelah lolos pemeriksaan, bahan tadi akan di steril dan mulai dipotong. Di sini." Heeseung kini menunjuk bagian kiri mereka.

Omong-omong, pabrik yang entah luasnya berapa ini dibagi antara kiri dan kanan. Kemudian di bagian tengah dikosongkan untuk jalan, agar para pekerja yang bertugas mengecek proses produksi lebih dimudahkan.

Di bagian kiri, para pekerja sedang memotong bahan-bahan kain, kulit, dan bahan lainnya sesuai model yang diinginkan.

Semua terlihat tertata dengan baik. Per bagian, diberi sekat-sekat agar tidak tercampur.

"Dari sini, sampai ujung sana (Heeseung menunjuk bagian pintu mereka masuk) adalah tempat produksi barang kita. Semua dipisah sesuai apa yang dibuat. Tas, sepatu, sandal, celana, rok, pakaian wanita dan pria."

Heeseung tidak pernah berpikir menjelaskan hal semacam ini akan terasa menyenangkan. Jika ada yang datang untuk wawancara, baik dari pelajar SMK, mahasiswa/i dari kampus-kampus terdekat, Heeseung selalu menyuruh Manager perusahaan untuk maju.

Kilometer 40++ [S2 DTN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang