DELAPAN BELAS

17 4 0
                                    

Riki memandang lama anak perempuan berumur tiga tahun yang di duduk di sebelah Ibu bocah itu, yang mana juga tepat di sebelah Mamanya. Riki duduk di tengah-tengah Mama dan Papanya.

Melihat itu, Heeseung yang sebelumnya diberi kode oleh Rei memindahkan tubuh berisi anaknya ke sisi lain Rei, yang bersebelahan dengan bocah tiga tahun yang terus dipandang putranya itu.

Riki memasang raut wajah terkejut atas tindakan Papanya. Bergerak ribut di tempat duduk baru dan memeluk erat sang Mama.

"Eh, kenapa? Tadi dilihat terus Iroha-nya," goda Rei. Riki menggeleng, masih dengan memeluk erat pinggang sang Mama.

Rei dan Wonyoung sama-sama terkekeh melihat tingkah laku menggemaskan milik si bocah Lee.

Setelah pertanyaan mengejutkan yang diajukan Rei secara tiba-tiba, suasana yang berubah canggung seketika itu segera diatasi Wonyoung dengan ajakan makan siang bersama di restoran paling dekat tempat pertemuan mereka.

Sebuah restoran Jepang menjadi pilihan, dua keluarga kecil itu duduk di salah satu meja persegi yang kursinya ditata membentuk sudut siku-siku.

Di masing-masing ujung kursi ada Heeseung dan Sunghoon, lalu di tengah-tengah Rei dan Wonyoung, kemudian tepat di sudut siku-siku yang terbentuk ada Riki dan Iroha.

Makanan sudah dipesan oleh masing-masing pihak, tinggal menunggu pesanan tersebut diantarkan oleh pelayan.

Rei terus membujuk Riki agar melepaskan pelukan erat bocah itu pada pinggangnya. Namun Riki terus menolak di menit-menit pertama. Barulah setelah makanan tiba, Riki mau melepaskan pelukannya.

Iroha Park, merupakan anak pertama dan mungkin akan jadi satu-satunya dari pasangan Park Sunghoon dan Wonyoung Park. Pasalnya, sepasang suami-istri itu mulai berpikir jika tanggung jawab membesarkan satu anak saja sudah sangat besar.

Bocah yang saat ini belum genap berumur tiga tahun itu kini berbalik memandang bocah laki-laki di sebelahnya, yang sedang disuapi sushi oleh Mamanya. Dirinya pun sama, disuapi oleh sang Ibu.

Setiap satu sumpit makanan masuk ke mulut, Iroha akan melanjutkan acara mengamati anak laki-laki di sebelah.

Dengan rambut yang masih tipis namun dibuat dua kuncir pohon kelapa oleh sang Ayah, serta netra bulat berkilau khas anak-anak, Iroha benar-benar bocah yang menggemaskan.

Riki balas menatap, hanya beberapa detik. Iroha dengan manisnya tersenyum, oh, bukan. Iroha memamerkan deretan gigi yang mulai tumbuh dalam mulutnya.

Riki kembali berbalik, kemudian menubrukan wajahnya ke perut sang Mama. Tawa kecil keluar dari bilah bibir bocah laki-laki itu. Diikuti oleh tawa khas bayi milik Iroha.

Benar-benar dua bocah menggemaskan.

"Ayo, ajak berkenalan," tutur Rei. Riki menggeleng dalam dekapannya.

Setelah makanan dua bocah habis, barulah para orang tua bisa tenang menyantap makanan mereka. Riki dan Iroha dibiarkan saling berdekatan, beberapa kali terdengar pekikan khas, mungkin mereka sedang mengobrol.

Secara bersamaan, Iroha dan Riki mulai bersandar pada lengan Ibu mereka, pertanda sudah mengantuk. Sunghoon dengan sigap meraih tubuh putrinya, pria itu berdiri, mendekap Iroha dan memposisikan kepala bocah itu bersandar di bahunya dengan nyaman.

Sunghoon membuat gerakan kecil dengan tubuh jangkungnya. Salah satu lengan yang bebas dari menahan tubuh Iroha digunakan untuk menepuk-nepuk bokong sang anak agar lebih cepat tidur.

Di sisi lain, ada Heeseung yang mengeluarkan selimut dari tas kepunyaan Riki. Digunakan untuk melapisi bagian paha Rei yang tidak tertutup pakaian, barulah kemudian Riki duduk menghadap tubuh Mamanya.

Kilometer 40++ [S2 DTN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang