SEPULUH

45 8 3
                                    

Rei, Heeseung, dan Riki tengah dalam perjalanan menuju TK dimana bocah laki-laki berusia lima tahun itu bersekolah.

Setelah drama tidak ingin berpisah dengan Mama Rei yang dilakukan Riki kemarin, dengan sedikit paksaan akhirnya bocah itu mau ikut pulang bersama Jake. Dan Heeseung bertugas mengantar pulang Rei ke rumahnya.

Seperti yang dijanjikan, sebagai imbalan jika Riki bersedia pulang dengan Om Jake-nya, besok paginya alias hari ini, Rei akan ikut mengantar Riki ke TK.

Maka, dengan demikian, satu keluarga bahagia itu duduk bersama dalam satu mobil. Heeseung duduk di kursi kemudi, menyetir. Rei di kursi penumpang sebelah Heeseung. Di belakang, ada Riki yang tak henti-henti bicara mengenai betapa bocah itu senang akan suasana saat ini.

Rei memerhatikan jalanan padat di sebelahnya, pikiran kembali pada reaksi janggal sang Ibu semalam. Ketika Rei menceritakan mengenai pertemuan dramatisnya dengan Riki di kantor.

Rei ingin lebih jauh bertanya, tetapi sang Ibu langsung masuk ke kamar dengan alasan kepalanya sakit dan harus segera diistirahatkan.

Rei balas tersenyum ketika Riki menunjukkan cengiran khas miliknya.

"Mama ikut ke dalam ya? Sebentar saja! Iki mau kasih lihat Ibu Guru, Mamanya Iki sekarang ada di sini, antar Iki sekolah," pinta Riki.

Tanpa sedikitpun raut keberatan, Rei menyetujui permintaan putranya.

Dengan digendong si Papa Heeseung, dan tas mungil ditenteng Rei, sang Mama. Riki memasuki gedung sekolahnya dengan sangat bahagia.

Sesampainya di depan kelas tempat Riki harus belajar, bocah itu diturunkan Heeseung, tas bergambar kartun bus warna biru ditangan Rei sudah kembali pada gendongan si bocah.

"Miss!" panggil Riki.

Miss Juliette, Guru yang mengajar di kelas Riki yang masih dalam perjalanan menuju ruang kelas balas menyapa bocah favoritnya itu.

Miss Juliette dengan style warna-warni khas Guru TK itu mengusap kepala Riki. "Halo Riki," sapa Miss Juliette.

"Miss, kenalin! Ini Mamanya Iki!" pekik Riki, kelewat senang.

Miss Juliette menatap wajah perempuan yang berdiri di sebelah pria yang sangat dikenalinya sebagai Papa si bocah aktif.

Gaun merah muda lengan pendek yang panjangnya sampai lutut dikenakan si Nyonya Naoi muda dipercantik dengan bagian renda putih di setiap perpotongan kain. Dengan sopan Juliette mengulurkan tangannya.

Rei balas menjabat tangan perempuan di depannya. "Naoi Rei, Mamanya Riki," ucap Rei, penuh percaya diri.

"Juliette, Guru Riki," balas Juliette. "Senang akhirnya saya bisa bertemu langsung dengan Anda Nyonya. Riki selalu menceritakan tentang Anda."

"Oh iya? Apa yang diceritakan Riki tentang saya?" Rei penasaran. Dirinya ini hilang ingatan, dan selama tiga tahun tidak berada di dekat sang anak.

Di usia dua tahun, apa yang bisa diingat Riki tentang dirinya?

Juliette hendak bicara, sebelum tangannya ditarik Riki. Perempuan yang hanya berbeda 5 tahun lebih tua di atas Rei itu merunduk, mendekatkan telinganya ke bibir Riki.

Heeseung dan Rei sama-sama kebingungan dengan interaksi imut di hadapan mereka. Rei menatap Heeseung, minta sedikit penjelasan, tetapi pria itu juga sama tidak tahunya.

"Maaf sekali, tapi saya terikat perjanjian dengan Riki. Ini rahasia kami berdua," sesal Juliette, wajahnya sarat akan menahan geli.

Heeseung dan Rei kompak tertawa mendengar kalimat tersebut. Satu-satunya pria dewasa dalam lingkup pembicaraan itu merunduk, berjongkok di hadapan Riki yang cengengesan, imut.

Kilometer 40++ [S2 DTN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang