DUA PULUH

18 3 0
                                    

'Gue ada waktu dua hari di Jakarta, sebelum terbang lagi ke Bali. Gue mau ketemu Riki, di kantor 'kan?'

Heeseung selesai membaca pesan yang baru saja diterimanya dari sang sahabat. Yang entah sudah berapa tahun tidak bertemu secara langsung.

Manusia paling sibuk sedunia nomor dua, setelah Jay Park. Pria tiga puluh enam tahun itu, entah kenapa sampai detik ini belum terdengar memiliki hubungan serius dengan satu wanita.

Padahal, semasa SMA persatu bulan bisa tiga sampai empat gadis yang pernah didekati.

Mungkin, Choi Beomgyu hanya terlalu sibuk melakukan penerbangan ke seluruh penjuru dunia untuk memperkaya dirinya sendiri tanpa sempat memikirkan lagi soal wanita.

Ya, siapa yang tahu 'kan?

Awalnya, Heeseung berpikir demikian. Tetapi, setelah kedatangan pria dengan tubuh jantan serta surai hitam agak panjang yang tidak ditata rapih itu ke kantornya di siang bolong, Heeseung merutuki prasangka baiknya.

Serupa dengan Watanabe Haruto si kawan seperjuangan di kampus, atau Jake Sim si sepupu seper-bobrok-an.

Choi Beomgyu pun sama saja.

Pria yang kekayaannya berkali-kali lipat dibandingkan dirinya itu, lebih memilih berlari menghampiri Rei yang duduk tenang di meja kerjanya dari pada menjawab pertanyaan sederhana Heeseung yang berpapasan di tangga lantai dua.

"Gimana kabar lo?"

Dianggap angin lalu oleh Beomgyu, untunglah pria itu masih memberikan sapaan singkat dengan memeluk Heeseung.

Heeseung memutar tubuh jangkungnya 180°, memandang kosong dua insan berbeda proporsi badan yang tengah berpelukan, mesra.

Hanya Beomgyu yang memeluk erat Rei sebetulnya, perempuan satu tahun di bawah yang lebih tua masih belum bisa mencerna apa yang sedang terjadi.

Rei segera melepaskan diri ketika kecupan manis mendarat di pundaknya yang terbuka. Menatap kikuk pria yang terlihat tidak begitu terusik dengan penolakan spontan Rei.

"Ah, maaf. Kamu terkejut, Sayang?" Beomgyu terkekeh dibuatnya.

Sementara Rei semakin bingung. Menatap Heeseung yang berdiri dari jarak cukup jauh, tapi bisa ditebak, mantan suaminya itu juga sedang memerhatikan momen tersebut.

Rei menyempatkan diri melirik Haruto yang tidak banyak bertindak di mejanya.

"Apa kita saling mengenal? Maaf sebelumnya, tapi ingatanku hilang." Rei berujar kikuk.

"Aku tahu. Dan, kita memang saling mengenal. Aku Beomgyu, dan aku sangat mencintaimu sejak dahulu," kenal Beomgyu. Meraih sebelah tangan Rei, untuk kemudian dikecup lama punggung tangan mulus wanita itu.

"Boleh aku memelukmu lagi? Dan aku mohon, balas," pinta Beomgyu.

Rei mengangguk tanpa sama sekali merasa keberatan. Perempuan itu lebih dulu merangkul leher pria di hadapannya, yang kini mulai meraih pinggangnya, hangat.

Pria bernama Beomgyu ini memiliki tinggi hampir mirip dengan Heeseung, bedanya, Heeseung punya tubuh yang lebih kurus sementara Beomgyu punya bentuk tubuh yang kekar, dada bidang dan kedua tangannya penuh otot.

Bukan yang terlalu berotot dan menyeramkan. Hanya kekar dan pas, untuk ukuran dipeluk oleh perempuan semungil Rei.

Heels 10 cm yang digunakan Rei perlu diakui kontribusinya. Membuat Rei tidak terpaut terlalu jauh.

"Aku selalu membayangkan pelukan seperti ini sejak lama. Hm, sesuai dugaan, bahkan melebihi ekspektasi. Sangat hangat dan nyaman, aku tidak rela jika harus melepasnya," bisik Beomgyu.

Kilometer 40++ [S2 DTN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang