you don't have to be perfect, you just have
to try your best🍁
"You're coffee"
"Thanks" kursi di hadapan meja ikut berdecit disela seruputan pertama si pelanggan. "Tidak lanjut bekerja?"
"Mau bercerita? Masih ada 5 menit sebelum cafe benar-benar buka"
Yah, jelas itu bukan sebuah jawaban.
"Kau terlalu peka, Maura. Well, kau tau sekarang aku sudah di fase terlalu capek mencoba. I lost my scholarship.. again"
Hening menyapa dua orang yang duduk di sisi jendela besar.
"Ini sudah kelima kalinya semenjak PKM tahun lepas, haruskah aku menyerah?"
"Halaman 118" Maura menarik buku bersampul biru tua milik si pemuda. "Sudah membacanya?" sekali lagi bukan jawaban yang terlontar
"Yeah. Tapi apa kau tau? Kata-kata memang dapat menginspirasi, pikiran dapat memprovokasi, tetapi hanya tindakan yang benar-benar bisa membantumu lebih dekat dengan mimpi. Benar, kan?" pemuda itu menyeruput kembali cairan bernama Hot Latte di hadapannya
Sebuah anggukan diterima. "Take the risk or lose the chance" si hazel melirik teman shift kerjanya yang sedang mengganti bunga di meja outdoor
"Mengejar mimpi ibarat menggali harta karun. Capek, stress, kehilangan arah dan harapan sepertinya memang hal wajar yang sering kita dapatkan. Masalahnya kadang diri ini belum siap" ujar Maura
"Tapi merasa marah pada takdir Tuhan juga tidak memberi jawaban. It may be that you hate something, even though it is very good for you and it may be that you like something, even though it is very bad for you. Allah knows, while you do not know" Maura mengulurkan buku di tangannya kepada sang pemilik
"Jangan berhenti, terus lakukan yang terbaik, tidak peduli berapa lama lagi kau harus menggali. Karena siapa yang tau? Ketika kau ingin berhenti menggali, mungkin cuma butuh satu–dua galian lagi untuk sampai pada harta karun itu"
"Tidakkah semua akan sia-sia? Maksudku, aku memikirkan sebuah kemungkinan terburuknya" sahut Keyfan
"Melanjutkan usaha yang belum tampak hasilnya bukanlah suatu kesia-siaan. Menghentikannyalah yang sia-sia. Memang hanya tertera di buku, tapi aku yakin kau juga akan setuju" ujar Maura sembari beranjak membalik tanda close menjadi open pada pintu
"Apa hidupmu selalu lurus seperti itu?" Keyfan menatap lurus bunga di atas meja
"Tidak. Dalam ceritamu, mungkin aku terlihat seperti sosok yang angkuh, kutu buku, dan menjalani hari seperti biasa seolah tak memiliki beban. Begitu pula pikiranku ketika melihat kehidupan orang-orang di luaran" si hazel berjalan melewati meja mereka
"Kenyataannya dalam skenario yang sudah Tuhan buat, aku tidak seperti yang kau bayangkan. Kau hanya perlu menempatkan diri sesuai kondisi sekitar. Aku juga memiliki masalah, tidak bercerita bukan berarti aku baik-baik saja. Walau diam tak bisa menyelesaikan masalah tapi aku nyaman berada di sana. Disaat hanya keheningan yang menemaniku dalam doa" secarik bill dari kantung celemeknya, Maura letakkan
"Kita tidak pernah tau bagaimana keadaan atau pikiran seseorang. Tapi dari gestur dan aura yang mereka pancarkan, bisa saja kita tau apa yang mereka butuhkan seperti.. seorang yang bisa mendengarkan, maybe?"
"Begitu yang kau lakukan kepada ku selama ini?"
Maura tersenyum penuh arti. "Habiskan pesananmu, aku kembali ke dapur"
Keyfan memakukan pandang pada gadis itu. "Jujur saja, kau juga butuh teman untuk mendengarkan keluh kesah mu kan? Lalu kenapa tidak bilang? Ku pikir kita sudah jadi teman" ungkapan sedih itu terujar di dalam kepalanya saja
Nyatanya, Keyfan terlalu takut menjadi pendengar yang baik untuk Maura. Dia.. takut tidak bisa membantunya.
"Bagus. Terus jadilah pecundang, Keyfan" maki dia
🎞
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURITY DAN PERTEMUAN HARI INI
General FictionInsecurity bukan hanya tentang kita yang mudah tidak percaya diri. Bukan hanya tentang kita yang melihat sesuatu lalu berpikir : Oh tidak! Aku tidak akan bisa lebih baik dari mereka. Tidak. Insecurity bisa menjadi lebih dari apa yang kita pikirkan. ...