you don't have to be perfect, you just have
to try your best🍁
Dewasa ini selalu menuntut setiap insan untuk terus berkembang. Berkembang dalam pemikiran, finasial, tindakan, maupun berkembang menjadi orang yang selalu good–looking disetiap kesempatan. Well, bukan rahasia umum jika yang good–looking lebih menarik untuk dipandang bukan? Walaupun untuk sebagian orang kata good–looking hanyalah sebuah formalitas. Namun sebagian yang lainnya akan menganggap itu sebagai suatu prioritas. Hal yang harus mereka perhatikan, tidak peduli berapa banyak cuan yang akan dikeluarkan. Sebenarnya tidak masalah, hanya saja apa good–looking memang perlu menjadi tujuan? Bukankah seseorang yang good–looking terkadang juga tidak ingin terlalu dilihat seperti itu? Atau hanya perasaanku?
"Tidak, setidaknya aku sedikit setuju jika kau yang bilang begitu dan—aaa.. kenapa dramanya sudah selesai" untuk kesekian kalinya suara rengekan terdengar
"Maura. Kau belum selesai?"
Yang ditanya menggelengkan kepala. "30 menit lagi.. maybe"
"Hey! Kau yakin tidak mau melihat Song Jong Ki? Tidak seru jika aku hanya melihatnya sendiri" pertanyaan gadis berhoodie navy membuat pena si hazel berhenti
"Apakah sekarang om-om menjadi seleramu, Ji?"
TAK
Sebuah sentilan pelan langsung mendarat indah di dahi Maura. "Aku tidak bicara tentang usianya but.." Jia menyodorkan ponselnya. "He's so handsome and good–looking right?"
Maura memincingkan mata. "Bukankah beberapa menit lalu kau bilang setuju dengan perkataanku tentang good–looking itu?"
"Yeah, tapi aku bilang hanya sedikit. Lagipula coba pikirkan, jika kau memiliki pasangan yang good–looking, bukankah kau akan lebih percaya diri mengenalkannya pada orang lain? Kepada orangtua atau sanak saudara misalkan? So, menjadi good–looking bisa menjadi hal positif juga" kibasan tangan menjadi tanda tidak kepedulian
Sudut bibir Maura terangkat, ia alihkan pandangannya pada seseorang yang sedang berjalan sendiri di sisi lapangan. "Bagaimana dengan dia?" asal Maura yang membuat kedua pupil Jia melebar
"What? That's guy? Are you sure? He's not my type. Look! Kacamata, kemeja, buku tebal, dan rambut mengkilap. No no no no! Thank you Maura, next"
Maura memangku dagunya, memandang sang sahabat bicara lalu memperhatikan laki-laki yang menjadi objek pembicaraan. Benar, dia memang tidak menarik jika dilihat. Nerd. Tapi bukankah dia pintar? Maura pernah melihat fotonya tertempel di mading sebagai pemenang Olimpiade Internasional dan semua penjuru kampus tahu siapa dia. Apa itu tidak cukup menjadi nilai plus baginya?
"You don't have to be beautiful, you can be educated and that's still beautifull in some ways" dengan akhir kalimatnya Maura beranjak
"Mau kemana?"
"Perpustakaan, bukankah itu tujuan kita bertemu sekarang?"
Jia menghela nafas panjang sebelum ikut bangkit dari duduknya. "You so weird, Maura"
Suara kekehan Maura terdengar. "Terima kasih"
"Jelas bukan sebuah pujian. Oh! apa kau mengenalnya? Laki-laki di sisi lapangan? Aku seperti pernah melihat dia disuatu tempat tapi dimana?" Jia memasang wajah berpikir
"Y-yah.. Dia teman SMA ku. Hm walaupun tidak bisa disebut sebagai teman jika hanya aku yang mengenalnya" tanpa sadar Maura menganggukkan kepala. "Kita satu tempat kursus saat SMA"
"Lalu kalian bertemu lagi di Universitas? Secara tidak sengaja"
"Mungkin. Aku juga baru tau dia kuliah di sini tadi pagi, kita bertemu saat melihat mading. Kau tau? Pengumuman beasiswa PKM yang diadakan dua minggu lalu"
"Oh, Aditya yang mendapatkannya kan?" Jia meletakkan tas di dalam loker perpustakaan. "Teman satu UKM ku itu, aku tidak tau jika dia pintar dalam membuat gagasan baru. Padahal di UKM, dia terkenal sebagai laki-laki yang anti–sosial, pendiam, nan lugu"
"Begitukah?"
Kedua bahu Jia terangkat. "Tidak tau juga. Siapa tau hanya sudut pandangku saja, lagipula dia memang tidak terlihat memiliki banyak teman. Hanya satu atau dua orang yang—Oh ya! sepertinya teman mu adalah salah satunya. Laki-laki tadi, aku ingat pernah melihat mereka pulang bersama kemarin"
"Kebetulan sekali, dunia sangat sempit"
"Kalian jodoh kali" ceplos Jia tanpa mengindahkan si hazel yang sudah melotot seakan ingin keluar dari tempat
"Bercanda. Pertemuan kalian pasti sudah direncanakan oleh Tuhan. Sudahlah, aku akan mencari bahan untuk tugas makalah kita, kau duduk saja. Anggap ini sebagai bonus karena aku tidak bisa menemanimu sampai selesai, ada jam kuliah dengan pak Andika" lanjutnya
"Itu memang tugasmu Jia, bukan bonus" sarkas Maura yang kemudian duduk di depan komputer dekat rak bertuliskan: 'Daftar Skripsi Program Studi Psikologi'
🎞
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURITY DAN PERTEMUAN HARI INI
Narrativa generaleInsecurity bukan hanya tentang kita yang mudah tidak percaya diri. Bukan hanya tentang kita yang melihat sesuatu lalu berpikir : Oh tidak! Aku tidak akan bisa lebih baik dari mereka. Tidak. Insecurity bisa menjadi lebih dari apa yang kita pikirkan. ...