Bab 17

548 59 8
                                    


Pagi itu, Nana terbangun dengan keadaan tanpa busana, seperti biasanya. Di sampingnya, ada Jeno yang masih betah terlelap dalam tidurnya.
Pria itu pasti sangat kelelahan setelah kegiatan mereka semalam.

Flashback

Jeno berada di atas Nana dan terus mencumbu bibir wanita itu dengan agresif. Sementara Nana hanya bisa pasrah saat Jeno terus menerus menyetubuhinya, membuatnya melayang sambil mengerang merasakan kenikmatan yang tak pernah bisa ia tolak dari suaminya.

"Oppa... aaghhh!" lirih Nana yang sudah cukup kelelahan karena melayani Jeno sudah lebih dari dua jam.
Tapi Jeno hanya membalas desahan Nana itu dengan ciuman panasnya di bibir sang istri.

Lidah pria itu bermain lebih dalam dan brutal menghisap lidah Nana di dalam sana. Sementara pinggulnya terus bergerak di bawah sana, memberikan rasa nikmat untuk Nananya tanpa henti.
"Aaghh... aagghh... inilah yang akan terjadi jika kita tidak melakukannya selama beberapa hari, kau... aaaghh... aku tidak tau betapa aku merindukan saat saat seperti ini kan. Aagghh... jadi nikmati saja malam ini sayang... aagghh..."

"Aagghh... oppa... emmhh..."

Flashback off

Nana tersenyum dengan pipi merona. Hanya karena sudah beberapa hari mereka tidak melakukannya, Jeno jadi sangat merindukannya dan tak membiarkan Nana tidur hingga jam dua pagi.
Dan sekarang Nana mengecup bibir Jeno yang masih tertidur sambil mengucapkan selamat lagi.

"Good morning, yeobbo..." bisik Nana, namun tiba-tiba rasa sakit yang teramat sangat menyerang kepalanya.

"Ahk!" rintih Nana sembari memegangi kepalanya yang sudah seperti dibentur-benturkan ke dinding yang keras.
Perlahan Nana mencoba untuk beranjak dari tempat tidur, namun kakinya terasa sangat lemas dan membuatnya terjatuh ke lantai.

Nana tak ingin menyerah sampai di situ, ia terus berusaha merangkak menuju ke sebuah lemari laci di dekat meja riasnya, dia harus mengambil obat pereda sakit yang dokter berikan padanya saat terakhir kali ia ke rumah sakit untuk check up.

Tapi alangkah malangnya Nana, karena sakit di kepalanya terlalu kuat, wanita itu tak bisa menahannya lagi, ia berusaha membangunkan Jeno, akan tetapi ia malah kesulitan mengeluarkan suaranya. Sekujur tubuhnya mendingin dan wajahnya memucat.

"Jeno oppa... to-loong... aahhkk! tolong aku... " bisik Nana dengan suara yang serak. Dan setelah itu Nana yang sudah tidak kuat lagi menahan sakit, akhirnya pingsan di lantai begitu saja.









•°•°•°○




Haechan terlihat tengah berdiri di depan meja dapurnya yang terbuat dari marmer. Meja dapur itu kelihatan mengkilap dan segala perabotan rumah tangga di sana pun masih terlihat baru lantaran selama ini semua itu hanyalah formalitas dari pernikahannya dengan Mark.

Kini Haechan tertegun menatap semua benda-benda dapur tersebut. Ia baru menyadari selama ini kalau sedang berada di rumah, dirinya dan Mark selalu memakan masakan yang pelayan siapkan, dan masakan itu dimasak di dapur lantai satu, karena pelayan tidak ingin mengganggu dapur nyonya besar mereka.

Namun, Haechan jadi merasa lucu, untuk apa dirinya menginginkan dapur pribadi sementara dirinya memasak pun tidak pernah? jika hanya formalitas, seharusnya cukup hanya satu dapur di lantai satu saja. Dan kini hal yang menurutnya menjadi formalitas itu mengingatkannya kembali pada dirinya setahun yang lalu. Ketika ia masih polos dan berpikir kalau memasak setelah menikah adalah hal yang menyenangkan, akan tetapi pemikiran iti segera berakhir ketika ia rasa akan sangat kesepian jika dirinya hanya memasak untuk dirinya sendiri.

SORRY HEART [NOMIN GS🔞]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang