Bab 23

455 73 9
                                    


Malam itu terasa sangat dingin untuk Nana, sebab kondisi tubuhnya sedang tidak stabil dan membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Wanita itu merasakan sakit di sekujur tubuhnya lantaran belum ada satu pun makanan yang masuk sejak kejadian sore tadi. Kini dia baru menyadari bahwa dirinya tak bisa egois jika tak ingin seluruh tubuhnya sakit seperti sekarang, akan tetapi apa yang bisa ia lakukan selain merengek di dalam pejamana matanya. Dan ia harap di saat seperti ini ada pengawal atau pengurus rumah yang mendengar rintihannya.

Pandangannya berputar-putar, perutnya kembali bergejolak namun kali ini dengan rasa sakit yang luar biasa, membuatnya mau tak mau harus meneteskan air matanya.
Hingga sebuah tangan datang dan memegangi tangannya yang kurus dan dingin. Entah tangan siapa, yang jelas Nana kini memegangnya sangat erat.

Sementara itu, di posisi si pemegang tangan Nana, Jeno terlihat sangat khawatir, karena Nana hanya sedikit membuka matanya. Ia pun mengambil ponselnya dan menghubungi dokter secepatnya. Ini pukul dua pagi, dan Jeno memaksa dokter tersebut untuk segera datang ke rumahnya.

"Bertahanlah, Na..." lirihnya sembari merengkuh tubuh Nana yang begitu lemah.

Sadar dengan siapa sekarang ia berada, Nana sedikit membuka matanya dan melihat raut wajah Jeno yang kelihatan sangat khawatir, kemudian ia kembali memejamkan matanya dan bergumam dalam hati. Apa yang sedang Jeno lakukan di kamarnya? bukankah sejak sore tadi ia sudah mengusir pria itu? lalu kenapa pria itu tidak membiarkannya mati saja setelah pertengkaran tadi sore?
Itulah yang ada di benak Nana saat ini.

"Kau harus bertahan Na, sebentar lagi dokter datang, aku di sini, aku akan di sini menemanimu." racau Jeno yang pikirannya sudah melayang entah kemana, dia sangat tersiksa melihat keadaan istrinya sekarang, sesuatu yang baru kali ini Jeno rasakan selama ia mengenal Nana.

Nana hanya bisa pasrah dalam dekapan tubuh Jeno yang berusaha menghangatkan tubuhnya. Sejenak ia berpikir, apakah bisa seorang pria seperti Jeno melakukan hal seperti ini padanya? jika dia memang takut kehilangan Nana, haruskah Nana mulai percaya kalau cinta itu memang ada di dalam hati sang suami?









•°•°•°•

Singkat cerita, di keesokan paginya.
Nana tengah duduk di atas tempat tidur, di hadapannya ada sebuah meja kecil yang di atasnya terdapat berbagai macam hidangan sarapan yang Nana sukai. Sementara itu di samping tempat tidurnya, ada Jeno yang duduk sambil menatap wajah Nana yang baru saja bangun tidur.
Kemudian Nana menoleh ke arah Jeno.

"Makanlah, dokter bilang semalam kau sangat kelaparan dan dehidrasi, kau harus sembuh, minumlah teh hangat ini dulu agar kau lebih rileks," ucap Jeno santai sembari menuangkan teh di atas cangkir Nana.

Namun secara tiba-tiba Nana memotong ucapan Jeno.
"Kenapa kau melakukan ini padaku?"

"Apa lagi jawabannya, karena aku peduli padamu." sahut Jeno sembari beranjak dari kasur dan mengambil sesuatu dari atas meja rias Nana.

Itu sebuah dokumen yang Jeno minta dari bawahannya untuk diperlihatkan pada Nana.
"Setelah makan, kau bisa melihat apa isi dari semua dokumen asli ini. Aku tidak berharap kau akan terharu saat melihatnya, aku hanya ingin kau percaya padaku."

Tak menunggu sampai selesai makan, Nana lekas membuka berkas-berkas penting tersebut dan melihat ada beberapa helai kertas berisi tentang aset kekayaan yang kini menjadi atas nama dirinya, termasuk mansion yang saat ini mereka tinggali.

Kemudian Nana tersenyum singkat.
"Rupanya kau ingin segera menceraikanku, baguslah."

Jeno yang semula berharap kalau Nana akan sadar pun menghela napasnya berat. Rupanya Nana masih belum bisa memahami tindakannya.
"Cerai? apakah hanya itu yang ada di dalam kepalamu?" pekik Jeno.

SORRY HEART [NOMIN GS🔞]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang