Bab 20

520 76 10
                                    


Kekesalan telah bercokol di dalam dada Nana, membuat wanita itu tidak pandang lagi siapa saja yang saat ini ia lewati semasa berjalan menuju kantor Jeno. Di tangannya ada paper bag berisi bekal konyol yang Jeno buatkan untuknya tadi pagi, Nana benar-benar akan menghajar Jeno sungguhan.

Namun saat ia nyaris membuka knop pintu, Hwang Rena menahan tangannya. "Depyonim sedang mengadakan pertemuan penting di dalam ruang rapat, ada apa?"

Nana menghela napas sembari menatap remeh pada Ren. "Apa kau asisten Hwang?"

"Ne?"

"Katakan kalau Na Jaena ingin bertemu dengannya sekarang," tegas Nana dingin. Dari gelagat Nana, Ren mencoba membaca situasi, hingga wanita itu menghela napas.

"Jadi anda sudah mendapatkan ingatan anda kembali?" tanya Ren sembari menatap isi paper bag yang ada di tangan Nana.

"Jadi kau juga tahu?" pekik Nana tak menyangka. "Tapi, kalau dipikir lagi tentu saja kau bisa tahu, kau kan orang kepercayaan si bedebah itu. Sekarang cepat katakan padanya kalau aku ingin bertemu."

Ren menggelengkan kepalanya.
"Tidak bisa Jaena-ssi."

"Mwo? Jaena-ssi? kau pikir kau sedang bicara dengan siapa hm?"

"Nugu? Na Jaena? atau Lee Jaena?" tantang Ren, wanita itu memang hanya memiliki rasa takut yang sangat sedikit terhadap orang-orang yang mencoba mengintimidasinya.

"Mwo? kau berani menjawabku?" Nana mulai tersulut.

"Tentu saja, bukankah kau baru saja bertanya padaku, Jaena-ssi. Sebenarnya kau itu lebih muda dariku, jadi aku rasa panggilan Jaena-ssi sudah pas denganmu."

Nana mengangakan mulutnya sedikit sembari terkekeh kesal. "Mwo? apakah kau benar-benar seorang asisten? kau berani menjawabku?"

"Ne, kau bukan atasanku, yang atasanku adalah suamimu, jadi apakah kau ingin aku memanggilmu nyonya Lee?"

"Anni."

"Lalu? kau ingin aku memanggilmu apa hm?"

Nana terkekeh, ia pikir ini sangat menyebalkan karena dia tak pernah mengira kalau Jeno punya asisten yang sama menyebalkannya dengan pria itu.
"Baiklah, terserah kau. Yang jelas sekarang panggilkan Jeno untuk menemuiku! Katakan Na Jaena kemari untuk membunuhnya."

Ren terkekeh, dia merasa Nana dan Jeno punya kepribadian yang agak mirip di saat seperti ini. Kemudian ia melirik ke arah paper bag di tangan Nana lagi. "Apakah kau ingin memberikan bekal makan siang untuk suamimu?"

"Anni! aku ingin melempar bekal ini ke wajahnya, wae?!" solot Nana dengan mata melebar.

Ren terkekeh. "Jadi kalian kembali ke setelan semula? bertengkar lagi?"

Nana mengerutkan dahinya.
"Seberapa banyak yang kau tahu tentang kami hm? apakah kau juga ikut membantunya untuk membodohiku selama aku amnesia? heu."

Ren mengangguk agak ragu.
"Entahlah, mungkin saja iya, karena aku membiarkannya menipumu."

"Yak!" teriak Nana.

"Mwo? aku bukan siapa-siapa, bagaimana mungkin aku berhak memberitahumu tentang hubungan asli kalian seperti apa. Aku masih sayang pekerjaanku, aku tak ingin Jeno memecatku hanya karena buka mulut padamu tentang apa yang sebenarnya terjadi. Lagipula kalian masih suami istri, jadi mungkin tidak ada salahnya kalau kalian berbaikan walaupun hanya sebentar."

Nana menghela napas sembari menatap dingin pada Ren.
"Heu, berbaikan kau bilang? memangnya kau tau apa? dasar wanita lancang. Sudahlah! aku malas berdebat denganmu, berikan bekal sialan ini padanya, dan katakan kalu aku menunggunya di rumah. Aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri." Nana yang sudah malas berdebat dengan Ren pun akhirnya memilih mengakhirinya saja.

SORRY HEART [NOMIN GS🔞]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang