Milik hyung

121 21 3
                                    

Malam itu Jin tak bisa tidur, tubuhnya lelah tapi pikirannya kalut.

Iya juga tak meminum obat pereda sakit untuk jahitan di dahinya. Ia merasa tak butuh itu

Dengan gelisah dia mencoba untuk tidur tapi benar-benar tak bisa.

Jin terus berpikir bahwa ternyata apa yang dilakukan papa nya sudah sangat merusak satu keluarga. Selama ini ia tahu bahwa dampaknya sangat buruk baik bagi Namjoon dan Jungkookie. Tapi dengan masalah mental yang kini di derita Namjoon dan Jungkookie yang lumpuh dia menjadi sadar bahwa apa yang ada dalam pikirannya selama ini tak seberapa.

Papa...apa yang kau lakukan ini ?? Oh Tuhan....

Jin bangun dari tidurnya, memakai jaket pada piama tidurnya, memasukkan beberapa baju ke dalam ransel lalu keluar kamar dan menuju mobilnya. Tak berapa lama kemudian ia meluncur di jalanan pada tengah malam untuk menuju satu tempat.

Tempat adik-adiknya berada. Dengan sebuah keputusan.

***

Setelah sekian lama perjalanan yang terasa begitu lama baginya, ia termangu di depan rumah pinggir pegunungan yang sangat sepi itu. Seluruh rumah gelap, hanya lampu depan dan lampu taman yang menyala.

Ia mengeluarkan kunci duplikat yang sempat Jungkookie selipkan di sakunya saat itu. Dan ia bersyukur memiliki kunci ini.

Dengan pelan ia turun dari mobil, menyambar tas ransel  lalu berdiri dengan ragu di depan itu. Tapi keraguannya itu langsung ditepisnya.

Saat masuk ke dalam ruang tamu yang gelap, ia merasakan masuk ke dalam dunia yang begitu asing dan menakutkan. Tapi lagi-lagi perasaan itu harus ditepisnya. Ia tak boleh merasakan perasaan hal ini, ini bagian dari hidup adik-adiknya.

Sesaat ia menyalakan lampu, menghilangkan semua keraguan dan melangkah masuk. Ruangan pertama yang ditujunya adalah kamar Jungkookie yang hanya diterangi oleh lampu kamar yang redup.

Dan ia terkejut ketika menemukan ranjang Jungkookie tidak hanya berisi pemuda itu tapi dua sosok tubuh, dimana salah satunya lebih besar. Mereka berdua tidur berdempetan seperti bayi kembar di dalam perut ibunya.

Jin melihat dengan seksama bagaimana Namjoon tertidur di dalam pelukan sang adik. Kepalanya ditumpangkan diatas bahu Jungkookie yang juga tertidur nyenyak. Kedua tangan Jungkookie merengkuh bahu dan kepala sang Hyung dengan begitu hangat.

Hati Jin hangat melihat pemandangan di depannya. Ia kemudian tahu darimana asal kekuatan Namjoon yang dibicarakan psikolog nya. Jungkookie itu adalah kekuatan Namjoon. Dan mendadak ia merasa seperti orang asing ditempat itu. Tapi ia memang orang asing.

Jin mundur beberapa langkah, duduk di sofa tak jauh dari ranjang besi berukuran sedang yang bisa di naik turunkan bagian kepalanya yang sedang ditiduri dua orang itu.

Ia juga duduk di sofa, membetulkan jaketnya dan berusaha duduk dengan nyaman.

***

"Hyung !! Hyung kau disini ??,"

Sesuatu melayang di dada Jin, sebuah kertas yang membangunkannya dari tidur dan panggilan yang berupa bisikan itu. Panggilan Jungkookie yang tak bisa bergerak karena tubuh besar Namjoon yang masih menghimpitnya diatas ranjang.

"Hei !! Ya Hyung disini,"

Jin bangun dari duduknya dan menyadari bahwa hari sudah pagi dan ia tertidur nyenyak tanpa mimpi di sofa kecil kamar itu. Ia tidur ?? Dengan duduk ??

"Masih pagi, tidurlah lagi," ujar Jin sambil mendekati Jungkookie yang matanya nampak berbinar melihat dirinya.

"Aku mau lihat dahi Hyung," ujar Jungkookie sambil menarik tangan Jin kearahnya. Sementara tangan satunya masih ada di bahu Namjoon yang tertidur dengan nyenyak. Jin tak bisa melihatnya, hatinya akan sakit melihatnya.

Step Brothers (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang