Oh Joon....

171 26 8
                                    

Beberapa hari Jin memilih diam, tapi tak bisa berkonsentrasi bekerja. Kasus-kasus yang ditanganinya langsung dilimpahkan sepenuhnya pada anak-anak buahnya.

Baiklah aku harus membuktikan ini.

Dengan tangan gemetar, Jin membuka ponselnya dan kembali membuka aplikasi yang dikirimkan detektif swasta profesional yang di sewanya.

Jin memejamkan mata ketika wajah itu tertampang di depan matanya.

Wajah itu sangat dikenalnya, tubuh bugar itu juga sangat dikenalnya.

Tuhan bagaimana mungkin dia melakukan ini pada dirinya dan pada orang-orang yang mencintainya ??

Jin sudah mencari tahu bagaimana cara menggunakan aplikasi itu namun ia menggunakan nama samaran, seorang perempuan.

***

Ketika semakin mendekati jam yang ditentukan, hati Jin berdebar tak karuan. Tapi ia tetap berharap bukan dia yang nanti akan muncul didepannya. Berharap hanya ada orang lain yang menggunakan gambar wajah dan tubuh pemuda itu. Dan Jin berjanji, orang yang menggunakan gambar wajah dan tubuh itu akan berakhir dipenjara.

Jin terperanjat ketika bel pintu hotel berbintang yang disewanya itu berbunyi.

Tuhan tolong, jangan dia yang muncul didepanku, buatlah ia orang lain....

Jin melemparkan jas ditubuhnya yang sejak tadi lupa dia lepaskan. Hatinya terus berdoa berharap wajah orang lain yang muncul. Untuk itu ia tak melihat lubang pengintip di pintu tapi langsung membukanya.

Seperti ada bongkahan batu besar jatuh diatas kepalanya. Jin mendekati tembok kamar dan berpegangan disana.

Sementara sosok yang berdiri di depannya juga pias wajahnya seketika.

"Tutup pintunya....tutup !!," seru Jin sambil memegangi perutnya yang tiba-tiba kaku dan mual seketika.

Jin lari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya. Dengan tangan gemetar Jin membasuh wajahnya dan melihat bagaimana pucatnya wajahnya saat ini. Ia tak peduli kemeja sutra putihnya yang melekat erat ditubuhnya juga ikut basah.

Ia lalu keluar dan menemukan sosok yang membuatnya syok setengah mati itu berdiri didepannya dengan tubuh telanjang tak mengenakan apapun lagi.

Jin terpaku sesaat....

"Anda hanya menyewa saya selama 2 jam, maka cepatlah, waktu anda tak banyak untuk menikmati saya...nyonya,"

Jin mengangkat wajahnya sesaat lalu langsung memandang pada mata naga didepannya. Nafasnya memburu....

"Sialan kau Joon !! Apa yang kau lakukan hah ?? Kau....!!,"

Tangan Jin melayang keras pada dimpel di pipi pemuda yang telanjang di depannya. Suara tamparannya terdengar nyaring di dalam kamar yang dirancang kedap suara tersebut.

Pemuda itu tetap tak bereaksi, ia tetap berdiri telanjang dengan tegap di depan Jin yang tampak marah sekali. Wajah Jin yang awalnya pucat pasi kini merah karena marah.

"Kau...."

Jin maju lagi ke depan dan mendorong tubuh pemuda itu ke tembok dan membenturkannya dengan keras.

"Sialan kau Joon !! Ini yang kau berikan pada mama ? Jungkookie dan padaku ?? Bagaimana mungkin kau melakukan ini pada kami ??,"

Jin berkali-kali berteriak sambil mendorong tubuh Namjoon mendorong ke tembok keras-keras hingga Jin kelelahan sendiri dengan nafas memburu.

"Oh Tuhan Joon, kau tak tahu bagaimana kecewanya hyung padamu ?? Coba kau bayangkan jika adikmu sampai tahu apa yang kau lakukan disini, coba kau bayangkan,"

Jin tak dapat menahan dirinya untuk tak menangis membayangkan Jungkookie dan Miss Haarin tahu bagaimana putra kesayangannya menjual diri secara online.

"Bukankan ini bukan urusanmu ??,"

"Tentu saja ini urusanku !! Kau adikku sialan !! Kau bayangkan kau jadi aku....kau adikku...kau adikku Joon, tak akan kubiarkan adikku seperti ini.....,"

Jin tak sanggup lagi berdiri, ia syok setengah mati, 5 tahun ia menghilang demi kebaikan bersama. Tak mengganggu dua bersaudara ini dianggapnya langkah tepat saat itu. Tapi melihat ini....

"Apa Minji yang membuatmu begini ?? Untuk apa kau melakukan ini ??,"

Dengan tangan gemetar Jin mengambil jas kamar dan memakaikannya pada pemuda itu.

"Waktumu semakin sedikit,"

"Aku akan membelimu seumur hidupmu, jadi tenang saja. Dan kau....berapa selama ini Minji memberimu uang hingga ia bisa membuatmu seperti ini ?? Aku akan membelimu kembali darinya, aku akan kembalikan semua yang telah diberikan olehnya kepadamu....,"

Jin tak bisa meneruskan ucapannya lagi ketika tiba-tiba saja badannya melayang keatas kasur. Tubuhnya langsung terasa dingin, ketika Jin mengerjapkan matanya untuk mengambil nafas karena terkejut.

Rupanya kemeja sutra putihnya sudah melayang terlepas dari tubuhnya. Jin tersentak ketika tiba-tiba tubuh panas diatasnya itu sudah tak memakai baju lagi, jin dihimpit dibawahnya hingga tak bisa bergerak dan memandang Namjoon dengan ngeri.

"Joon....!!,"

Jin memejamkan matanya saat merasakan mulut panas meraup leher kirinya. Jin ingin berontak, tapi tak bisa, apalagi tubuh diatasnya menekan tubuhnya dengan keras diatas kasur empuk itu.

"Joon !! Jangan !!,"

Celana panjang Jin juga akhirnya melayang menyisakan celana dalam putih yang dikenakannya.

Jin kembali berteriak ketika merasakan mulut panas itu sudah membungkus sesuatu yang awalnya berada didalam celana dalam Jin.

Antara terhina dan kesenangan berhamburan diatas kepalanya, ketika Jin tiba-tiba merasa ada diantara awang-awang saat merasakan nikmat tak tertangguhkan sekaligus sakit hati dan kesedihan yang menyayat.

Kedua kaki Jin terpisah menjauh, Dejavu langsung menguasai kepala Jin. Ia pernah merasakan ini, antara kegilaan dan kenikmatan yang seolah tak tertangguhkan olehnya.

"Joon......,"

Jin benci dengan suaranya karena yang ia keluarkan bukanlah suara protes lagi namun lenguhan kenikmatan saat lidah dan mulut Namjoon menelan penisnya dalam-dalam dan lidahnya bergerak meremasnya.

"Joon....nnhhhgggghhh...Joon....sayang.....mmmmhh....Joon lepaskan....Hyung mau.....aaaaggkkhhhh ....!!!,"

Hanya beberapa menit, saat lidah Namjoon berputar diujung penisnya kemudian kembali menelan semuanya masuk ke dalam mulutnya, tubuhnya tersentak ketika nikmatnya serasa berpusat di satu titik kemudian seperti bohlam lampu meledak diatas kepalanya. Jin mengangkat dadanya, kepala mengdongak ke langit-langit kamar sambil terpejam rapat saat merasakan pelepasan yang begitu nikmat tak terkira yang tak pernah dirasakan lagi selama sekian tahun.

Tubuh Jin tersentak-sentak beberapa kali saat, melepaskan cairan ke dalam mulut Namjoon. Dan pemuda itu tak pernah melepaskan penisnya.

Lalu setelah itu Jin kembali terkejut saat mulut panas dengan aroma cairannya sendiri itu menciumnya, menggulung lidah Jin dengan rakus, menghisapnya dalam-dalam seolah ingin berbagi aroma dan rasa sperma Jin sendiri.

Jin tanpa sadar melenguh, membuka mulutnya, menerima ciuman yang sudah lima tahun tak pernah lagi dirasakannya. Kedua tanggannya terangkat, tanpa sadar membelai bahunya dan satu tangannya lagi membelai leher dan pipi sosok yang begitu dicintainya pada masa lalu.

"Semoga anda puas dengan service saya, selamat tinggal,"

*****


Step Brothers (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang