14. Bintang atau Semesta

9 3 0
                                    

Part yang di tulis miring adalah POV dari diary Sisilia)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part yang di tulis miring adalah
POV dari diary Sisilia)


-Selamat membaca-




-----






09 November 2018

Semenjak aku dan Bintang berbaikan, laki-laki itu bersikap semakin aneh. Kami memang sering bersama, tetapi kali ini Bintang sudah seperti ekorku. Selalu ada dia di mana-mana. Bahkan ketika aku dan Flo pergi berdua, Bintang akan tiba-tiba datang dan mengikuti kemanapun kami pergi.

"Aku mau ke toilet. Kau mau mengikutiku ke sana juga?" ketus Sisi.

Dengan santai Bintang menjawab, "Aku akan tunggu di koridor."

Sisi sudah memerintahkan laki-laki tinggi itu untuk tetap diam di kantin bersama Flora. Tapi dia tetap mengikutiku. Ia benar-benar menunggu di lorong dekat toilet. Bersandar di tembok sambil melipas kedua tangannya di depan dada. Sudah seperti penguntit saja. Hanya saja penguntit satu ini sangat terang-terangan. Sampai-sampai waktu Sisi baru beberapa langkah keluar dari toilet pun, Bintang langsung datang menghampiri.

"Kau ini kenapa?" tanya Sisi.

"Aku hanya mau menjagamu. Takut jika nanti ada yang mau menculikmu dan membawamu pergi dariku," tutur Bintang.

Katanya takut jika aku diculik. Karena itu, ia selalu membuntutiku kemana-mana. Memangnya siapa yang mau menculikku?

Entah apa yang ada dipikiran seorang Bintang Pradipta akhir-akhir ini. Mungkinkah  kepalanya habis terbentur sesuatu, sehingga otaknya menjadi berpikir sedikit melenceng.

Sisi menghentikan langkah dan menatap manusia di sebelahnya. Bintang juga melakukan hal yang sama. Sepasang matanya memandang Sisi dengan satu alis yang terangkat. Tanda bahwa dia penasaran dengan apa yang ingin Sisi sampaikan. Hingga gadis itu mendadak berhenti di tengah lorong. "Memangnya siapa yang mau menculikku, Bintang. Lagipula ini di sekolah," tutur Sisi.

"Meskipun tidak di sekolah, jika kau mau pergi kemana pun, aku akan ikut."

Sisi semakin merasa terheran-heran dengan tingkah Bintang. "Kau sudah seperti seorang ayah yang overprotektif kepada anak gadisnya."

"Kau bisa menganggapku begitu." Bintang memang selalu saja punya jawaban saat beradu argumen. Laki-laki itu menaruh jari telunjuknya di dagu. Layaknya seseorang yang sedang berpikir keras. "Kau juga bisa memanggilku ayah. Jika kau mau," canda Bintang.

"Sisi," panggilnya.

"Hm. Apa?"

"Jika aku dan Semesta dalam bahaya, siapa yang akan kau selamatkan lebih dulu?"

Semesta dan Sisinya [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang