PROLOG

1.9K 52 0
                                    

–HAPPY READING–

"Lo ga kasian sama gue?! lo udah renggut mahkota paling berharga di hidup gue secara cuma-cuma, dan setelah itu lo bisa-bisa nya nolak untuk mempertanggungjawabkan perbuatan lo? lo bener-bener bajingan!"

Pekikan miris itu, terdengar pilu di telinga nya yang sudah memanas, netra bagaikan pedang tajam itu ia layangkan pada gadis--- ralat, wanita yang meraung-raung di depannya.

Tak ada rasa bersalah dalam hati nya, tak ada rasa iba sedikit pun, yang ada hanya rasa sial karena sudah terjebak dengan perempuan yang belakangan ini selalu mengganggu ketenangan nya.

Tatapan nya masih sama, tajam, sinis, jijik.

Pemuda yang sering di sapa Jero itu menghela nafas kasar, kali ini ia tidak bisa lari-larian dari tuntutan perempuan yang sudah ia lecehkan--- Zelline, perempuan itu terus meminta pertanggungjawaban dari nya.

"Lo yang minta duluan malam itu, gue ngelakuin itu karena lo yang memulai, gue kira lo jalang". Balas Jero dengan santai nya.

Plak!

Dengan berani nya Zelline menampar pipi kanan Jero penuh emosi, hingga wajah Jero tertoleh kesamping. merasakan panas nya tamparan yang di layangkan Zelline kepadanya.

Jero mengepalkan tangannya kuat-kuat menahan untuk tidak membalas tamparan perempuan di depan nya, tapi, Jero kalau sudah di pancing tak akan pandang bulu untuk membalas perlakuan siapapun yang berani berurusan dengan nya.

Tangan putih pucat berurat nya mendorong bahu Zelline hingga ia mundur selangkah "Gue ga akan tanggung jawab, kasih tau gue berapa yang lo minta? 100 juta pun gue kasih" Ujar nya tanpa merasa bersalah.

Zelline semakin murka dengan tanggapan Jero yang apa-apa selalu mengandalkan uang untuk menyelesaikan masalah "Lo pikir harga diri gue semurah itu?! lo pikir 100 juta bisa ngembaliin keadaan semula, huh?!"

Plak!

Zelline kembali menampar pipi laki-laki yang menatap nya murahan itu, ia menatap nya penuh kebencian, bahkan saat ini ia ingin lebih dari menampar.

"Lo..." tunjuk Jero, menatap sengit pada Zelline yang tak kalah sengitnya.

"Ga usah memperpanjang masalah kecil, lo gugurin anak yang ada di kandungan lo, gue ga sudi punya anak dari lo!"

Zelline menggelengkan kepalanya, matanya berkaca-kaca, dada nya sesak menahan sakit. cowok itu benar-benar tidak punya hati.

***

ZELLINE AURORAE. Name tag yang bertengger manis pada seragam sekolah yang di kenakan sang pemilik, dilihat dari atas sampai bawah penampilan nya terlihat kusut, apalagi rambutnya yang acak-acakan karena terpaan angin dan matanya pula sembab karena lebih dari semalam tak bisa menahan diri untuk tidak menangis.

Perempuan itu Zelline, perempuan yang beberapa minggu lalu di renggut mahkota nya oleh seseorang yang Zelline kenal, ia adalah anak dari keluarga yang berada.

Zelline kembali teringat dengan kejadian beberapa jam lalu saat ia meminta pertanggungjawaban dari seorang laki-laki bernama JENARO EMPERATRIZA yang ternyata masih satu sekolah dengan nya.

Tak di sangka dengan balasan Jero yang menggampangkan segala hal dengan uang, zelline memang berniat akan menggugurkan kandungan nya, tapi ia tahan, ia kira Jero akan sedikit memiliki hati jika tentang menggugurkan kandungan nya.

Zelline kira, Jero akan melarang nya dan mau bertanggung jawab.

Tapi nyatanya itu hanya angan-angan, dan harapan nya sudah hancur lebur karena ucapan menyakitkan Jero.

"Ga usah memperpanjang masalah kecil, lo gugurin anak yang ada di kandungan lo, gue ga sudi punya anak dari lo!".

"Lo pikir gue mau punya anak dari bajingan kayak lo?" Gumam Zelline, membalas ucapan menyakitkan Jero waktu itu.

Tak terasa air matanya kembali mengalir di kedua pipi nya, dan tangannya kembali mengusap cairan itu. ia tak sanggup melewati ini sendirian.

Mata nya menatap sekeliling jembatan yang sepi, lalu beralih menatap ke bawah jembatan yang terdapat air sungai yang deras. otak nya kini seperti sudah diambil-alih oleh jiwa lain, seperti menyuruhnya untuk naik keatas jembatan itu, dan dengan bodohnya ia menurut.

Pikiran nya berkecamuk, hatinya sakit, tubuhnya lemah.

Jero yang kala itu sedang menyetir mobil nya melewati jembatan itu jadi mengerem laju mobilnya dengan mendadak, ia terbelalak melihat seorang perempuan yang masih menggunakan seragam sekolah berdiri dengan linu di atas jembatan. dari gestur tubuh nya Jero dapat mengenali perempuan itu.

Tanpa berlama-lama Jero pun keluar dari mobil lalu berlari kecil menuju Zelline yang sudah siap hendak terjun.

"Waras lo kayak gitu?" Suara Jero mampu membuat Zelline menghentikan aksinya, ia menoleh ke belakang.

"IYA, GUE GA WARAS! GUE GILA! GUE MAU MATI!!" jerit Saluna begitu pilu.

Jero melangkah lebih dekat, ia menarik paksa Zelline dengan menggendongnya "LEPASIN GUE BAJINGAN!" teriak nya tepat di telinga Jero, hingga Jero refleks melepaskan tangannya dari tubuh Zelline.

"Berisik!" ketusnya.

Zelline tak peduli, ia hendak naik lagi ke atas namun tertahan karena Jero yang membalikan badannya sehingga mereka jadi saling berhadapan "Lo bener-bener cewe gila, lo pikir setelah lo loncat ke bawah jembatan, hidup lo bakal tenang di akhirat?"

"Nggak! Hidup gue ga akan tenang di akhirat, gue bakal gentayangan sama anak gue! gue bakal hantuin lo sampe lo ikutan ke akhirat!"

Jero menggeleng-gelengkan kepalanya, bisa-bisanya Zelline berencana untuk meng-gentayangi nya jika mati. se niat itu?

"Lo boleh bunuh anak ini, tapi jangan pernah bunuh diri lo!" Tekan Jero.

"Untuk apa? Hidup gue ga akan tenang karena udah jadi pembunuh!" Balas Zelline kembali menangis.

Zelline menunjuk wajah Jero dengan tatapan tajam nya "Lo jahat, lo pecundang, bajingan, berengsek,,,," Zelline menunduk lalu menangis sejadi-jadinya.

"Gue minta maaf, walaupun bukan salah gue" Jero berucap dengan suara rendah nya, ia memalingkan wajahnya karena tak sanggup melihat perempuan yang sudah ia rusak menangis tanpa henti.

Zelline menelan ludah nya susah payah, tenggorokan nya terasa tercekat. tidakkah secuil saja Jero memiliki rasa bersalah? dia pikir Zelline menginginkan insiden ini terjadi?

Tak hanya tercekat, tenggorokan nya juga terasa kering karena bahkan dari pagi ia belum makan dan minum.

Zelline kembali menitihkan air matanya, rasa sakit di perut tak sebanding dengan hati nya yang bagaikan di tusuk-tusuk beribu pedang, ia hanya bisa menangis sekencang-kencangnya karena sudah tak mampu berkata-kata lagi untuk mencurahkan isi hatinya.

Terkadang ada sesuatu yang tidak bisa di ungkapkan melalui kata-kata, tetapi dengan menangis saja itu sudah mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.

***

Di awal-awal part emang agak ngebosenin, tapi kelanjutannya lumayann lahh☺️👍🏻

JENAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang