15 : Men In Love

3.5K 173 3
                                    

"Ini pertama kali kita makan malam bersama di luar rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini pertama kali kita makan malam bersama di luar rumah."

Eleanor tersenyum sambil membawa matanya berkeliling pada suasana restoran yang nyaman. Terasa hangat namun elegan. Lampu-lampu gantung kristal yang berkilauan menerangi ruangan dengan lembut, menciptakan suasana intim dan nyaman. Langit-langitnya tinggi, dihiasi dengan ornamen klasik, sementara dindingnya dilapisi kain beludru dengan warna-warna netral yang menambah nuansa mewah. Meja-meja ditata dengan sempurna, masing-masing dihiasi dengan taplak putih bersih, serbet yang dilipat dengan rapi, dan peralatan makan perak yang berkilauan. Vas bunga segar kecil menghiasi setiap meja, menambahkan sentuhan keindahan alami.

Sedangkan yang diajak bicara hanya menatap pada ponselnya tak menggubris sama sekali ucapan lembut mendayu yang keluar dari bibir istrinya.

"Selamat malam," sapan suara lembut namun jelas, menciptakan suasana yang ramah dan sopan. Seorang pelayan muncul dari sudut ruangan. Ia mengenakan seragam hitam-putih yang rapi, kemeja putih bersih, rompi hitam, dan dasi kupu-kupu yang sempurna terikat. "Apakah Anda sudah siap untuk memesan, atau masih ingin melihat-lihat menu?"

Eleanor lantas membawa matanya menuju kearah Albert yang sedang menatap menu di tangannya. "Bisakah kau merekomendasikan menu makanan terbaik di sini? Kau tahu, aku hanya ingin membuat sebuah perayaan kecil-kecilan." Ucap wanita itu sambil terkikik geli diujung kalimat. Diliriknya pada sang suami yang terlihat menaikkan satu alisnya.

"Venison blue cheese cocok untuk perayaan kecil anda Nyonya. Tapi saya sarankan juga untuk memesan sebuah Champagne sebagai pelengkap hidangan anda." Pelayan tersebut menawarkan dengan senyum yang hangat juga penjelasan yang detail.

Eleanor mengangguk. "Tentu. Terlihat sangat lezat," wanita itu kembali membolak balikkan menu. "Apa yang ingin kau pesan suamiku?"

Bola mata Albert membelalak dan nyaris tersedak oleh nafasnya sendiri. "Samakan saja."

Senyum Eleanor tertarik lebar. "Tolong dua Venison blue cheese dan satu botol champagne juga berikan dessert yang tidak terlalu manis."

"Tentu Nyonya. Jika anda membutuhkan yang lainnya jangan sungkan untuk memanggil saya. Terima kasih."

Seperginya pelayan itu, dua insan tersebut terjebak dalam keheningan yang mendalam. Eleanor sibuk menikmati keindahan Oxford dari jendela yang transparan sedang Albert lebih memilih untuk memfokuskan pandangannya pada ponsel digenggaman tangan. Entahlah, keduanya terlihat asyik tak menggubris satu sama lain. Keduanya diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Lagipula, Eleanor sedang tidak bernafsu untuk mengajak bicara suaminya itu, yang mana seringkali berakhir dengan gubrisan atau ketidakpedulian. Dan mereka sedang berada di ruang publik. Sosok Albert sebagai terpandang bisa saja mendapat jepretan kamera dari sembarang orang dan Eleanor sedang tidak mau orang lain mendengar perdebatan dengan suaminya.

"Aku sudah membeli tempat yang layak untuk barang-barangmu yang berserakan di toko."

Albert berbicara. Eleanor nyaris menjerit karena suaminya itu yang berbicara terlebih dahulu. Padahal sedari tadi lidahnya sudah gatal untuk mengajak lelaki itu berbicara—pembahasan apapun itu. "Apa? Kenapa begitu?," Yah meskipun akhirnya lelaki itu malah membawa pembicaraan yang mematik sedikit amarahnya. "Aku tidak pernah mengatakan aku setuju untuk pemindahan tokoku."

Men In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang