23 : Men In Love

2.9K 132 7
                                    

Umm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Umm

Hah

Apa tadi?

Cengkeraman tangan pada kerah baju itu mengendur. Jemari yang semula kuat kini mulai gemetar, melepaskan tekanan yang tadi ia berikan. Eleanor mencoba memalingkan wajah, menjauhkan pandangannya dari mata suaminya. Namun, ia bisa merasakan tatapan Albert yang masih terarah padanya, seakan tak memberi ruang untuk bersembunyi.

"Wanita terhormat tidak membuang makanan baru ketempat sampah Eleanor."

Sumpah.

Eleanor selalu merasa ada sesuatu yang berbeda setiap kali Albert memanggilnya dengan nama lengkap. Nama itu, ketika terucap dari bibirnya, selalu membawa nuansa dingin yang merambat hingga ke tulang, membuatnya merasa terasing.
Wanita itu lebih suka jika Albert memanggilnya, Ell, Hei, kau. Itu lebih masuk di telinganya dan membuat Eleanor tidak gemetar setengah mati.

"Ya, aku hanya—pokoknya kau yang salah!" Alibi wanita memang tidak main. Dan Albert seratus persen mengakuinya.

Kaki Eleanor sungguh gatal ingin pergi dari sini.

Tapi si bangsat itu malah menahan pinggangnya sehingga Eleanor masih duduk diatas paha kuat nan kokoh itu.

Apakah dia tidak pegal?

"Seharusnya kau bilang jika memesan makanan! Aku jadi tidak harus repot-repot membawanya kesini," wanita itu mencebik dengan keras. Tangannya yang lentik mendorong dada Albert yang berusaha menubruk pada dadanya. Mengikis jarak setelah bibir lembut lelaki itu menyentuh lehernya. "Hei hei!"

"Kau tidak mengatakan kau akan datang," bibir lelaki itu menjelajahi leher Eleanor yang wangi. Menghirup rakus aroma lavender menenangkan saraf-sarafnya. Tangannya tidak tinggal diam dengan mengelus sekitaran pinggang lalu turun pada pahanya yang tertutup kain.

Eleanor mencegah tangan nakal Albert yang nyaris menyentuh payudaranya. Jika dibiarkan maka lelaki itu pasti akan menyetubuhinya di atas meja kerja ini. Di atas dokumen yang berceceran. "Albert," suaranya tercekat, menahan desahan yang nyaris lolos. Suara lembutnya bisa-bisa memancing libido lelaki itu semakin naik dan tak terkendali.

"Berhentilah mengacau Eleanor, apa yang kau lakukan dengan mobilku?"

Oh sial!

Eleanor tidak bisa mengucapkan apapun lagi saat bibir lelaki itu mengecup pipinya dengan sangat lembut. Kepalanya kosong dan hawa  kemarahan pada tubuh Albert membuat nyali Eleanor seketika menciut. Dia tahu jika Range Rover itu adalah kesayangan suaminya. Hanya saja dia terlalu kesal setengah mati karena si bangsat itu lebih memilih tidur daripada pulang bersama dengannya.

"Jangan pernah melakukannya lagi atau aku akan mengikat kakimu dan tanganmu." Perintah itu mutlak dan tak dapat terelakkan. Emosinya benar-benar tidak stabil dalam menghadapi Albert belakangan ini. Mungkin, dia harus melakukan meditasi sepulang dari bekerja agar tidak membuat emosi dalam tubuhnya mengambil alih. Jika itu terjadi, Julius tidak akan mengabulkan permintaan perceraiannya.

Men In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang