16 : Men In Love

3.2K 155 1
                                    

Pagi ini terasa beda dari yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini terasa beda dari yang lain. Entahlah, sejak Esmeralda datang pagi-pagi buta ke mansion perasaannya semakin aneh. Seperti keadaan mansion sedang hangat dan berbahagia. Begitu dia masuk kedalam—tepatnya pada ruang tengah, Esmeralda memilih menyipir dan menuju taman. Menutup mata seolah tidak melihat keintiman dua insan yang sedang memejamkan mata.

Sinar matahari pertama perlahan merayap masuk melalui jendela-jendela besar yang menjulang dari lantai hingga langit-langit, memandikan ruangan dengan cahaya keemasan yang hangat. Tirai-tirai tebal yang terbuat dari kain mahal berayun lembut saat angin pagi yang segar menyelinap masuk dari balkon terbuka, membawa aroma segar dari taman yang terawat sempurna di luar.

Eleanor sudah terbangun sejak Albert terbatuk-batuk pagi tadi sambil merengek seperti anak-anak. Tapi tangannya masih senantiasa mengelus lembut anakan rambut milik Albert. Lelaki itu memeluk erat pinggangnya dengan satu kaki yang menimpa tubuh Eleanor. Menyembunyikan wajah pada ceruk leher yang beraroma mawar menenangkan.

Dalam diam, pikiran Eleanor terus menerawang jauh. Memikirkan tentang skenario yang Tuhan tulis dalam garis tangannya. Memiliki kesempatan hidup sekali lagi adalah hal yang sangat langka. Dan dia sangat bersyukur atas hal itu.

Hanya saja, Eleanor jelas tahu jika bagaimanapun, dia tetap akan mati. Dan mendapat perlindungan dari Albert seperti halnya omong kosong yang tidak bakalan terwujud. Wanita itu tidak tahu harus memulai seperti apa? Terus menggoda suaminya bukanlah hal terus menerus perlu untuk dia lakukan. Dan menjadi parasit yang acap kali mengikuti langkah kaki suaminya juga bukanlah hal yang perlu untuk dilakukan demi sebuah perlindungan semata. Mustahil sekali.

Eleanor benar-benar terperangkap dalam emosional yang membuncah pada dirinya. Mendapat raga Albert nyatanya tidak berhasil membuat Eleanor sedikit tenang. Albert masih bersikap ketus dan enggan untuk membantunya menjalani kehidupan rumah tangga yang sebenarnya. Memikirkan itu membuat perasaan sedih membekap dada dan pelan-pelan ia sudut matanya mengeluarkan air mata.

Sepertinya dia perlu untuk bicara pada seseorang mengenai hal ini.

Eughh

Albert meregangkan otot tubuhnya. Setengah tersadar, lelaki itu bisa melihat sebuah wajah familiar dengan senyum yang menghiasi bibirnya. Serta sapaan lembut dan kecupan lembut di pipi juga lehernya.

"Selamat pagi suamiku. Apakah tidurmu nyenyak?" Suara itu mendayu-dayu ditelinga.

Menghantarkan sengatan pada bagian bawah. Apalagi netranya tertuju pada bongkahan gunung kembar milik Eleanor, di nyaris melotot. Dia berdehem untuk menghilangkan kegugupan dalam diri. "Aku harus kekantor." Albert memperbaiki kondisi tubuh lalu beranjak dari tidurnya. Berdiri dan meninggalkan Eleanor yang diam dan terpaku memandang kearah punggung tegap milik suaminya itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Men In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang