22 : Men In Love

2.9K 135 8
                                    

"Suamiku sayang, ayo bangun," kecupan bertubi-tubi itu membuat lelaki yang sedang pulasnya tidur menggeliatkan badan dibawah selimut membungkus tubuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Suamiku sayang, ayo bangun," kecupan bertubi-tubi itu membuat lelaki yang sedang pulasnya tidur menggeliatkan badan dibawah selimut membungkus tubuh. Matanya yang lengket disuguhkan oleh pemandangan menyenangkan mata. Senyum manis Eleanor yang sukses membuat Albert mendengus. Lelaki itu membalikkan badan, memunggungi istrinya yang cantik.

Tubuh Albert berdesir tatkala merasakan bongkahan kenyal menyentuh punggung telanjangnya. Juga tangan nakal yang bermain-main pada perutnya. "Aku lupa jika harus melakukan pengecekkan keuangan pagi nanti, seharusnya kita pulang saja semalam," wanita itu terdengar berdecak kesal. Kemudian mengelus-elus lagi perut Albert yang keras.

Udara di kamar terasa dingin. Dengan gerakan pelan, wanita itu melangkah turun dari ranjang, kaki telanjangnya menyentuh lantai dingin yang terasa menusuk. Pandangannya tertuju pada gaun tidur yang tergeletak sembarangan di lantai, seakan menunggu untuk dikenakan.

Dia membungkuk, memungut gaun tidur itu dengan tangan gemetar tipis, lalu mengenakannya dengan tenang tanpa menambahkan pakaian apapun di baliknya. Kain lembut itu menyentuh kulitnya, namun tak memberikan kehangatan.

"Albert," panggilnya lagi sambil menghentak-hentakkan kaki diatas lantai. "Ayolaah, kita harus segera pergi sebelum kakekmu menahan kita untuk sarapan bersama. Kurasa aku akan sibuk hari ini," wanita itu menarik-narik lengan kokoh Albert yang terasa keras. Dia bahkan kesulitan menarik tubuh lelaki yang tak mau sekali untuk turun dari ranjang.

Eleanor menghela nafas panjang. Memang waktu masih sangat pagi. Apalagi mereka gila-gilaan semalam. Albert benar-benar liar dan tak terkendali. Membayangkan itu membuat pahanya terasa keram dan kepalanya berkunang.

"Albert! Aku tidak main-main!" Gertak Eleanor kehabisan akal. Wanita itu memukul lengan sang suami sebagai pelampiasan lalu beranjak pergi dari sana. Lebih baik dia segera mandi. Sisa berganti pakaian dan mengambil beberapa barang ketika sampai di rumah nanti.

Albert menguap lebar, mulutnya terbuka tanpa sadar saat suara pintu kamar mandi yang tertutup dengan keras terdengar di seluruh ruangan. Kepalanya terasa berat, dan pikirannya masih tersangkut antara tidur dan bangun, nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Ia berusaha meraih selimut untuk menutupi dirinya lagi, berharap bisa mencuri beberapa menit tambahan untuk tidur.

Namun, baru saja matanya nyaris tertutup kembali, langkah Eleanor terdengar mendekat. Dengan suara yang sudah dikenalnya, Eleanor mulai mengomel lagi, memecah keheningan kamar.

"Jangan menggangguku," Albert menyodorkan kunci mobilnya kepada sang istri, "Aku akan pulang nanti."

Sialan!

Eleanor nyaris meledakkan seluruh isi rumah dengan amarahnya yang berada di ubun-ubun. Si bangsat itu bahkan tidak peduli meskipun Eleanor sudah seperti orang kesetanan untuk membangunkannya. Bukankah seharusnya mereka pulang bersama? Kalian tahu, seperti suami istri kebanyakan yang pulang bersama ketika menginap di rumah keluarga.

Men In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang