38. ANAK KECIL

197 26 18
                                    

▬▬ VILLAIN ▬▬

.

.

.

"𝑶𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒔𝒊𝒎𝒊𝒔 𝒎𝒆𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒔𝒖𝒍𝒊𝒕𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒌𝒆𝒔𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏, 𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒐𝒑𝒕𝒊𝒎𝒊𝒔 𝒎𝒆𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒔𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒌𝒆𝒔𝒖𝒍𝒊𝒕𝒂𝒏." - 𝑨𝒍𝒊 𝒃𝒊𝒏 𝑨𝒃𝒊 𝑻𝒉𝒂𝒍𝒊𝒃

.

.

.

꧁ 亗 ꧂

Alas meja terbentang di bawah piring-piring. Ketukan sendok kayu menemani, melalaikan roman sang tamu yang diundang untuk menikmati.

"Marilah dicicip makanannya, Tuan-tuan."

Sang manik aquamarine melirik pada si pemilik rumah.

Di hadapannya, bersandar lelaki melankolis bermanik teduh lagi sayu. Gaya bicara pelan tetapi jelas, gestur bak air yang mengalir tenang.

Punca lelaki ini menarik perhatian. Irisnya mempersatukan dua rona halus dengan gradasi yang mempesona.

Tatapannya teramat sangat lembut, walaupun riaknya tampak lebih tegas.

"Umm! Enak! Makanan ini enak sekali! Kamu yang membuat semua ini?" seru si manik bara, menikmati hidangan di meja dengan hati gembira.

Sementara pemuda bernetra brown-aquamarine itu tersenyum dan menjawab dengan ramah, saudara kembar dari si lelaki sudah memiliki tonjolan urat-urat di kedua lengannya.

_________

Menjatuhkan rusanya, pemuda yang terpaut lebih muda menatap keduanya dengan begitu lekat.

Beserta kapak yang setia di genggaman, takkan mustahil baginya untuk melakukan sebuah serangan.

Netra aquamarine si kembaran tak lepas memandang waspada, begitu pula Blaze yang mengernyitkan alis seakan curiga.

Namun, lama waktu berlalu membuat kedua saudara kembar itu bertanya-tanya. Mengapa anak laki-laki ini tak kunjung maju untuk melawan?

"Tuan-tuan sekalian pasti datang dari tempat yang sangat jauh." Anak laki-laki itu tersenyum, sembari menyarungkan kapak kepunyaannya.

"Mari kita berbincang di meja makan, wahai Tuan-tuan, kalian pasti amat letih setelah menempuh perjalanan panjang."

Bukan perbantahan, bukan juga tipu muslihat. Laki-laki ini justru memperlihatkan diri yang ada di luar ekspektasi semua orang.

Sungguh, dia benar-benar menyambut mereka selayaknya tamu yang terhormat.

_________

Senyum si netra bara menipis. Sorot matanya mulai tenang, begitu pula gestur tubuhnya yang kian selaras.

Ais melirik gerak-gerik Kakaknya yang tiba-tiba kembali berubah. Maniknya seketika memicing.

"Luar biasa," puji Blaze sembari tersenyum. "Terima kasih telah menghidangkan masakan yang sangat lezat ini kepada kami."

VILLAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang