Setelah turun dari taksi, Wooyoung akhirnya sampai di rumahnya. Rumah sederhana berwarna hijau itu tampak hangat. Dari jendela, dia bisa melihat ibunya yang sedang sibuk menyiapkan makanan di atas meja. Senyum merekah di wajah Wooyoung saat melihat pemandangan yang sangat dirindukannya selama ini.
"IBUU!!" teriaknya dengan penuh semangat. Suaranya menggema di halaman depan rumah.
Ayah Wooyoung yang sedang duduk di ruang tamu terlonjak mendengar teriakan itu.
Padahal dari dulu Wooyoung memang suka berteriak, tetapi sepertinya setelah ditinggal selama tiga tahun, ayahnya sudah tidak terbiasa lagi.
"WUYOOO," seru ayahnya yang langsung bangun dari kursinya dan ikut berlari menyambut anaknya.
Mereka bertemu di tengah jalan menuju rumah dan berpelukan sambil melompat-lompat.
Ayah dan anak itu sebenarnya sangat mirip, baik dalam sifat maupun kegembiraan mereka.
Ibunya yang melihat anaknya akhirnya pulang, segera menghampiri. "Akhirnya kau sampai juga," katanya dengan nada penuh haru.
Wooyoung langsung berlari menghampiri ibunya dan memeluknya erat. Ibunya tidak bisa menahan tangisnya.
"Anak ini! Kau tahu ibumu sangat merindukanmu, huh! Aku sudah bosan melihat ayahmu saja!" kata ibunya sambil tertawa di sela-sela tangisnya.
Ayah Wooyoung langsung tidak terima mendengar itu. "Hei! Apa maksudmu bosan melihatku?"
Wooyoung tertawa melihat kedua orang tuanya. "Ayah, Ibu, aku sangat merindukan kalian. Aku senang bisa pulang," katanya dengan senyum lebar.
Rumah Wooyoung adalah sebuah rumah sederhana. Di halaman depan, terdapat beberapa tanaman bunga yang dirawat dengan baik oleh ibunya. Jendela-jendela rumah itu besar, memungkinkan sinar matahari masuk dengan leluasa, membuat ruangan di dalam terasa terang dan menyenangkan.
Di ruang tamu, terdapat sofa empuk berwarna krem yang diletakkan menghadap televisi. Meja kopi kecil di depan sofa sering kali menjadi tempat berkumpul keluarga untuk menikmati camilan sambil menonton acara favorit mereka. Di sudut ruang tamu, ada rak buku yang penuh dengan koleksi buku-buku dan majalah yang beragam.
Dapur dan ruang makan terletak bersebelahan, dipisahkan oleh meja bar kecil yang sering digunakan untuk sarapan pagi.
Di atas meja makan, ibu Wooyoung sudah menyiapkan makanan-makanan favorit anaknya.
"Aku akan bantu Ibu di dapur," kata Wooyoung sambil melepaskan pelukan ibunya.
"Tidak perlu, sayang. Kau pasti lelah setelah perjalanan panjang. Duduklah dan nikmati makanan yang sudah Ibu siapkan," kata ibunya sambil tersenyum.
"Tapi aku ingin membantu, Bu. Setidaknya, biarkan aku menyiapkan meja," balas Wooyoung dengan antusias.
Akhirnya, Wooyoung membantu ibunya menyiapkan meja makan. Ayahnya hanya bisa tersenyum bahagia melihat kehangatan dan kebahagiaan yang kembali memenuhi rumah mereka. Setelah semua siap, mereka duduk bersama di meja makan dan mulai menikmati hidangan yang telah disiapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
URBAN ARCANA [ Ateez BXB ]
HorrorDi kota yang penuh dengan kejanggalan, delapan jiwa terpilih berkumpul, masing-masing menguasai elemen yang memancar dalam kegelapan. Di antara bayang-bayang, mereka mencari harapan, bertarung melawan takdir yang tak terlihat dalam labirin yang meme...