23

60 12 3
                                    

"Kim..."

Hongjoong berbalik saat mendengar suara yang memanggilnya dan dari kejauhan ia melihat Mingi berjalan keluar dari penginapan.

"Apa yang kau lakukan sendir—apa yang terjadi pada kolam ini?" Mingi bertanya, matanya kini teralih pada kolam di belakang Hongjoong yang airnya berubah menjadi hitam pekat.

Hongjoong menghela napas berat. "Aku... tidak sengaja mengubahnya."

Mingi hanya mengangguk kecil, tidak terlalu memedulikannya. Suasana di antara mereka terasa canggung, terutama setelah tiga tahun sejak insiden antara Hongjoong dan Seonghwa yang membuat hubungan mereka renggang.

Walau waktu telah berlalu, rasa tidak suka Mingi terhadap Hongjoong masih tersisa. Namun saat ini, ia tampak tidak terlalu memikirkannya.

"Seonghwa dan Wooyoung masih belum kembali," kata Mingi akhirnya, memecah keheningan. "Matahari sudah terbenam, dan mereka masih di luar."

Hongjoong mengangguk. "Aku sedang menunggu mereka."

Dia menunduk sebentar, kemudian memutuskan untuk angkat bicara. "Mingi... apakah kau masih belum memaafkanku?"

Mingi terdiam, berpura-pura tidak mendengar pertanyaan itu. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan nada datar, meski dalam hatinya ia tahu persis apa yang dimaksud Hongjoong.

"Sudah tiga tahun," desah Hongjoong. "Apakah kau masih marah?"

Mingi menghela nafas panjang, tidak menjawab langsung. Ia menatap jauh ke depan, ke arah gerbang yang terpampang di hadapan mereka.

"Aku tidak mau membahasnya sekarang," jawabnya dengan datar.

Keheningan turun sejenak sebelum Mingi akhirnya bertanya, "Jadi, apa pendapatmu tentang semua ini?"

Hongjoong menjilat bibirnya, berpikir sejenak sebelum menjawab. Matanya tetap terarah ke gerbang yang menjulang di depan mereka.

"Aku bertemu seseorang tadi malam. Sebenarnya, dua kali."

"Orang?" Mingi menoleh sekilas dengan alis yang menyerngit.

"Ya, namanya Alexander." Hongjoong menarik napas dalam-dalam, lalu melanjutkan. "Dia bilang kita sedang diawasi."

"Si pesulap itu maksudnya?"

Hongjoong terdiam sejenak. "Aku tidak yakin dia hanya pesulap biasa. Ini berhubungan dengan sihir yang jauh lebih kuat... Warlock."

Warlock = pengguna sihir yang sering kali melakukan perjanjian dengan entitas kuat (seperti iblis atau dewa gelap) untuk mendapatkan kekuatan. Mereka bisa menjadi licik dan memiliki kemampuan untuk menyerap atau mencuri kekuatan dari orang lain.

Mingi mendengus, "Apakah seorang warlock tidak cukup dengan kekuatannya sendiri? Lalu memaksa mengambil kekuatan kita? Sungguh menyebalkan."

"Kita bisa membunuhnya bersama-sama jika itu yang dia inginkan," lanjut Mingi.

Keheningan kembali melingkupi mereka. Hongjoong menimbang-nimbang sebelum akhirnya membuka suara lagi.

"Apa kau percaya pada nasib?"

Pertanyaan itu membuat Mingi menoleh, menatap Hongjoong dengan alis terangkat. "Maksudmu? Jika yang kau maksudkan nasib yang ditentukan oleh Tuhan, tentu saja aku percaya. Hei, jangan bilang kau goyah—"

"Nasib yang telah disusun oleh warlock itu," potong Hongjoong dengan nada datar.

Mingi terdiam sesaat, lalu tertawa kecil. "Dia bukan Tuhan. Untuk apa aku percaya pada omong kosong seperti itu?"

URBAN ARCANA [ Ateez BXB ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang