13

94 16 3
                                    

Saat ini, Mingi sedang duduk santai di teras depan rumahnya, seraya menikmati malam yang tenang dengan senyum mengembang di wajahnya.

Tangan kirinya menempelkan ponsel di telinga, sementara tangan kanannya menggenggam rokok yang menyala.

Setiap kali dia menghisap dalam-dalam, asap rokok mengepul lembut ke udara malam.

"Hahaha kau pasti kelihatan lucu sekali saat itu," Mingi tertawa kecil, mendengar suara kesal Yunho di seberang telepon.

"Lucu apanya? Anak itu menabrakku sampai jatuh, dan aku malah menabrak pria tua yang sedang lewat!" Suara Yunho terdengar agak jengkel.

Mingi tertawa lebih keras kali ini, "Dan pria tua itu cuma bilang 'hati-hati' padamu? Kau beruntung dia bukan tipe yang mudah marah."

Yunho mendesah, "Iya, aku tahu... Tapi tetap saja, itu memalukan! Aku merasa seperti badut yang terguling-guling di jalanan."

Mingi mengambil hisapan panjang dari rokoknya, membiarkan nikotin memenuhi paru-parunya sebelum perlahan menghembuskannya keluar, membentuk kepulan asap tipis yang menyebar di udara.

Kalau Seonghwa tahu dia merokok, Mingi pasti sudah 'ditanam' di halaman belakang oleh kakaknya. Karena itulah, dia hanya merokok ketika Seonghwa tidak ada di rumah.

"Aku bisa membayangkan wajahmu yang merah padam, Yunnie."

"Aish! Kau malah menertawakanku!" Yunho merajuk, meski Mingi bisa mendengar tawa kecil di ujung kalimatnya.

"Jadi, apa yang sedang kau lakukan sekarang?" Mingi bertanya, senyumnya belum juga pudar.

"Sedang berusaha melupakan kejadian memalukan tadi," jawab Yunho."lalu, kalau kau sedang apa 'raksasa'?"

Mingi tersenyum lebar sampai matanya menyipit. Dia menghisap rokoknya lagi sebelum menjawab dengan suara rendah, "Aku sedang duduk di teras, mendengarkan pacarku yang lucu ini bercerita."

Yunho tertawa kecil, "Oh begitu ya? Bagaimana rasanya mendengar ceritaku yang 'lucu' ini?"

"Rasanya seperti mendapatkan terapi tertawa gratis," jawab Mingi, menggoda. "Aku bisa mendengar suaramu sepanjang malam tanpa bosan."

Yunho terdiam sejenak sebelum menjawab dengan menggoda.

"Dasar Mingming."

"Hei! Kenapa memanggilku seperti itu?" Suara Mingi terlihat sangat memprotes oleh panggilan tersebut.

Lagipula darimana Yunho tahu nama panggilan itu.

"Mingming, Mingming." Yunho mengulang-ngulang, menggoda Mingi.

Mereka melanjutkan obrolan ringan, berbagi cerita dan candaan, dengan sesekali tawa mengisi malam yang tenang itu.

Tetapi, dari seberang telepon terdengar suara terkejut Yunho, "Apa itu...?"

Mingi menyerngit mendengar nada aneh itu. "Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" tanyanya.

Agak lama sebelum Yunho menjawab, suaranya terdengar lebih cemas.

"Mingi... Di langit—"

Kalimatnya terpotong oleh suara ponsel yang terjatuh dan suara teriakan tertahan.

"Yunho? Yunho?! Apa yang terjadi?!" Mingi berdiri dari duduknya dengan panik, lalu panggilan tersebut terputus secara tiba-tiba.

Tepat saat itu, angin kencang menerpa, membuat pohon-pohon dan tanaman di sekitarnya bergoyang keras.

Mingi menyipitkan matanya, lalu menatap ke arah langit yang terlihat sangat tidak wajar. Perasaannya mulai diliputi ketakutan yang samar.

"Sial... Itu portal," gumamnya, kesadarannya mulai diselimuti kengerian saat langit di atasnya berputar seperti vortex gelap.

URBAN ARCANA [ Ateez BXB ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang