7

127 21 1
                                    

Wooyoung kesal!

Benar-benar kesal!

Wajahnya cemberut melihat San dan ayahnya sedang asyik bermain gasing di halaman depan. Sedangkan Wooyoung duduk di kursi depan rumah, menatap dengan pandangan tak senang ke arah dua pria itu.

Harusnya sekarang dia bisa bermanja-manjaan dengan kekasihnya.

Namun, saat San datang ke rumahnya tadi, mereka hanya sempat berpelukan sebentar.

Tapi pelukan itu langsung terlepas ketika ayahnya–Nam-gil, dengan tiba-tiba menarik kerah bajunya dari belakang seperti mengangkat anak kucing.

"Tidak boleh peluk-peluk."

San yang tadinya siap untuk menikmati waktu bersama Wooyoung, mengenalkan dirinya pada sang ayah. Ayah Wooyoung mengangguk-angguk sambil terus memainkan gasing di tangannya.

Melihat mainan itu, mata San berbinar, dan ia berseru dengan penuh semangat, "Wah, gasingnya bagus sekali!"

Dan begitulah ceritanya, San yang seharusnya bermain dengannya malah teralihkan perhatiannya oleh gasing ayahnya. Sekarang mereka berdua asyik bermain di halaman, meninggalkan Wooyoung yang duduk dengan muka kusut.

Wooyoung menghentakkan kakinya dengan keras, mencoba menarik perhatian San.

Bukankah seharusnya San bermain dengannya? Pacarnya kan Wooyoung, bukan ayahnya!

Sementara itu, San dan ayah Wooyoung terus bermain gasing. Mereka bergantian meluncurkan gasing ke tanah, menyaksikan dengan penuh antusias bagaimana gasing itu berputar dengan cepat.

"Lihat San, kau harus meluncurkannya dengan kuat tapi tetap stabil," kata ayah Wooyoung dengan penuh semangat, menunjukkan teknik peluncuran yang sempurna.

San mencoba meniru, dan gasingnya berputar dengan kecepatan yang mengesankan. "Woahh!" seru San dengan tawa riang.

Ayah Wooyoung tertawa dan mengangguk. "Kau cepat belajar. Gasing memang memerlukan ketelitian, tapi juga kekuatan."

Wooyoung yang mendengar percakapan itu semakin kesal. Ia menghentakkan kakinya lagi, tapi kali ini lebih keras, berharap San akan sadar dan meninggalkan gasing itu.

Tak lama kemudian ibu Wooyoung–Hanee, muncul dari pintu depan rumah sambil membawa nampan berisi teh dan kue brownies. Saat Melihat anaknya yang cemberut, ia tak bisa menahan tawa kecilnya.

"Hei, kenapa bibirmu maju begitu?" tanya ibunya sambil meletakkan nampan di meja kecil di tengah kursi.

Wooyoung memandang ibunya dengan wajah merajuk. "Ayah mengganggu pacaran Uyong sama San!" adunya, menunjuk ke arah ayah dan San yang masih sibuk bermain gasing.

Ibu Wooyoung terkekeh dan duduk di kursi sebelahnya. "Ayahmu memang begitu, dia selalu suka bermain. Tapi kau jangan terlalu marah, sayang. Lihat betapa senangnya mereka."

Ayah Wooyoung menoleh sejenak ke arah mereka, tersenyum tanpa rasa bersalah sedikit pun dan kembali fokus ke gasingnya. San yang melihat raut muka Wooyoung yang kesal, merasa sedikit tidak enak. Namun, melihat kekasihnya cemberut seperti itu membuatnya sulit menahan tawa. Ada sesuatu yang lucu dari ekspresi cemberut Wooyoung yang menggemaskan.

URBAN ARCANA [ Ateez BXB ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang