Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan mati. Namun, kapan dan bagaimana jalan mautnya, tak semua orang tahu. Ada yang meninggal ketika baru lahir, kanak-kanak, atau remaja, tetapi ada juga yang sampai renta belum juga dicabut nyawanya meskipun raganya tak lagi kuat menopang. Ada yang meninggal karena sakit keras, tapi banyak pula yang meninggal tanpa sakit sebelumnya. Mungkin karena kecelakaan, terkena bencana, bahkan karena tersedak pun bisa meninggal.
Meskipun mati adalah sebuah keniscayaan, tak semua orang mengingatnya. Mereka asyik berlomba untuk mengejar kehidupan dunia sehingga banyak yang melupakan urusan akhirat. Dan sakit merupakan pengingat bahwa kehidupan duniawi itu hanyalah sementara. Ada kehidupan lain yang mesti kita persiapkan sejak kita masih hidup di dunia.
Nastiti menyadari bahwa sakitnya adalah pengingat bahwa selama ini dia terlalu larut mengejar kehidupan duniawi yang sejatinya sangat melelahkan. Sejak kecil ia dituntut sempurna oleh kedua orang tuanya karena ialah satu-satunya anak ayahnya dari jalur istri utama. Bapaknya, KRMT Wangsaguna, memiliki beberapa anak dari istri-istrinya yang lain. Mereka dibesarkan dalam lingkungan yang sama. Seperti harem dalam istana raja.
Persaingan antarsaudara tiri terasa begitu kental di lingkungan tempat Nastiti dibesarkan. Meskipun pada akhirnya ia yang menjadi pemenangnya, ada banyak hal yang mesti ia korbankan. Ia harus belajar keras untuk selalu menjadi yang terbaik. Di sisi lain, ia juga harus aktif dalam semua kegiatan sosial sehingga orang mengenalnya sebagai Nastiti yang baik hati. Nastiti yang berprestasi. Nastiti yang paling santun tata kramanya.
Sayangnya, tak pernah ada sebutan Nastiti yang cantik. Benar, Nastiti memang tidak cantik bagi sebagian besar orang yang menganggap kecantikan identik dengan hidung mancung, wajah oval, dan kulit kuning langsat. Wajah Nastiti memang panjang, tapi sedikit terlalu panjang. Hidungnya juga tidak bisa dibilang mancung, justru sedikit lebar. Dan kulitnya, orang Eropa bilang eksotik, tapi orang Jawa mengatakan sawo matang yang sedikit terlalu matang.
Nasiti tidak cantik. Tak pernah ada seorang lelaki pun yang menatapnya dengan pandangan memuja. Tapi ia memang ditakdirkan untuk menjadi pemenang. Selain karena privilege anak garwa padmi, ia juga ditakdirkan memiliki nasib baik. Nasib baik yang kemudian membawanya bertemu dan menolong ibu Suryadiningrat yang ketika itu terpisah dari anaknya di tengah keramaian Sekatenan. Lalu, ibu yang baik hati itu menjodohkan anaknya yang tampan dengan Nastiti. Bagi mertuanya, memiliki menantu yang baik hati lebih baik daripada memiliki menantu yang cantik fisiknya saja, seperti yang selama ini mengejar-ngejar anak lelakinya.
Mereka menikah dalam hubungan saling menghormati. Ia tak pernah mengetahui apakah Suryo mencintainya, tetapi yang ia tahu Suryo menghargainya. Sementara itu, Nastiti sudah mencintai Suryo pertama kali mereka bertemu. Mereka tidak pernah bertengkar. Mereka saling mendukung. Saling menghormati. Layaknya sebuah rumah tangga kaum bangsawan pada umumnya.
Seperti itulah hubungan rumah tangganya. Sampai suatu hari ia mandapati suaminya berubah perangai. Lebih mesra dan lebih perhatian, sekaligus lebih rapi dan perlente. Ia terlena, namun kemudian tersadar bahwa hal itu adalah pertanda hadirnya orang ketiga dalam rumah tangga mereka. Arini namanya. Guru tari yang disewanya untuk melatih menari anak-anak di sanggar tari miliknya.
Gadis itu tidak tahu kalau Suryo telah beristri. Suryolah pihak yang sebetulnya paling bersalah di sini. Namun, Nastiti tidak terima. Ia tidak terima bahwa suaminya telah bertemu dengan cinta lain—mungkin lebih tepat dibilang cinta saja karena ia tak tahu apakah Suryo pernah mencintainya atau tidak—yang membuat Suryo berani berpaling darinya.
Nastiti marah. Apa yang terjadi pada ibunya, terulang lagi padanya. Sayangnya, tak seperti ibunya, ia tak memiliki anak yang bisa membuat kedudukannya kuat di hati suaminya. Sepuluh tahun menikah, belum ada seorang bayi pun yang meramaikan rumah besar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melukat Sekat
ChickLitMereka pernah saling mencinta. Menjadi sejoli yang tak terpisahkan. Berada dalam satu lingkaran bernama darah biru. Lalu semua rahasia terbuka. Dan jarak mereka kini sejauh barat dengan timur. Membentang tak terhadang, tapi ada pertemuan yang kembal...