30 ; 𝘴𝘩𝘦 𝘴𝘢𝘵𝘪𝘴𝘧𝘪𝘦𝘥 𝘮𝘦 🔞

2.2K 127 14
                                    

WARNING
sensitive topic, erotic,
disgusting, fetish.

Urat wajah Isana memerah gugup, secara tak terkendali terus membayangkan apa yang setelah ini akan ia lakukan dengan Jayerssa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Urat wajah Isana memerah gugup, secara tak terkendali terus membayangkan apa yang setelah ini akan ia lakukan dengan Jayerssa. Mata bulatnya tak henti melirik jemari Jayerssa yang cukup tebal dan panjang, begitu lihai menggerakan stir mobil. Bagaimana jika jemari lelaki itu nantinya akan menjamah liangnya, menyusuri kedalamannya, membelai kelembutannya. Isana menggeleng keras lantas mengusak dahinya kasar, berusaha menghilangkan imajinasi kotornya dalam pikiran.

Peka ada hal yang tak beres pada Isana, Jayerssa membuka suara. "Kenapa, Sayang? Kamu sakit?"

Isana segera menurunkan tangannya dari dahi, bersamaan kedua pahanya merapat. "Engga. Nggak papa."

"ACnya kedinginan, ya? Mau aku naikin?" tanya Jayerssa lagi. Kini tangannya bergerak mengatur suhu AC mobil.

"Nggak usah," jawab sang puan.

Setelah itu mereka terdiam. Isana memilih memainkan ponselnya meski hanya scroll tidak jelas tanpa tujuan.

Memakan sedikit waktu, keduanya pun sampai di tempat tujuan. Ini kedua kalinya Isana datang ke rumah Jayerssa. Taman depan yang dulu dibangun, sekarang sudah rampung dengan hasil yang menakjubkan. Isana tak henti melihat-lihat berbagai koleksi tanaman bunga yang menyegarkan mata.

"Ayo masuk, Sayang!" ajak Jayerssa lembut.

Isana mengangguk singkat lantas membuntuti Jayerssa yang tengah membuka pintu utama rumah.

"Nggak ada orang?" tanya Isana, mengedar pandangan interior rumah Jayerssa yang masih sama seperti dulu. Rapi dan luas.

"Iya. Seperti biasa mama di RS, papa di rumah dinas. Makanya, lebih aman di sini daripada di rumahmu, kan."

"Papa kamu nggak pernah pulang? Kenapa misah? Bukan cerai, kan?"

"Nggaklah. Mamaku aja yang males pindah soalnya jauh. Aku juga milih di sinilah deket sama sekolah."

Keduanya mengobrol sembari terus berjalan menapaki tangga rumah menuju lantai dua. Di ujung kanan Jayerssa berhenti tepat di depan kamarnya.

Daun pintu tunggal bercat putih itu dibuka. Seketika kamar luas bernuansa abu gelap menyapa. Isana melongo menyaksikan pertama kali kamar Jayerssa yang berantakan penuh barang berserakan di lantainya.

"Duduk dulu, Sayang. Hehe, tadi pagi belom sempet diberesin," ujar Jayerssa seraya menyingkirkan beberapa helai pakaian berserakan.

"I-iya." Isana mengambil posisi di bibir ranjang queen size dengan sprei putih tanpa selimut di atasnya. Setelah duduk, matanya tak lepas pada Jayerssa yang sepertinya sedang mencari sesuatu di laci meja belajar.

Begitu barang yang Jayerssa cari ketemu, ia melangkah santai mendekati Isana sembari menggenggam sebuah botol tube berwarna bening. Lantas lututnya menekuk di lantai, duduk bersimpuh di depan kaki Isana.

l u s t j ä g e rTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang