28 ; 𝘴𝘩𝘦 𝘬𝘪𝘴𝘴𝘦𝘥 𝘮𝘦

2.2K 152 21
                                    

Jayerssa mengusap air mata sebelah kiri Isana dengan jempolnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jayerssa mengusap air mata sebelah kiri Isana dengan jempolnya. "Gapapa, nangis dulu aja. Nanti bahagia, ya?"

Tangan gemetar Isana merambat naik, menggenggam kedua telapak Jayerssa yang bertengger di pipinya. "Gue mau bahagia sama lo."

Jayerssa mengangguk haru. "Ayo! Mulai hari ini?"

Senyum manis Isana terangkat. Jayerssa balas tersenyum sembari menghadiahi gadis kecil itu pelukan hangat.

"Perasaan gue hari ini masih sama. Gue jatuh cinta sama lo, Isana." Jayerssa membisiki, sembari mengusap rambut gadis itu lembut.

Isana menikmati pelukan hangat Jayerssa sebentar, lalu segera melepas tautan. Tak canggung gadis itu menunjukan wajah menangisnya yang berantakan.

Keduanya terdiam, hikmat beradu pandang mesra hingga sesuatu dari hidung Isana mendadak keluar.

"Eh!" Cepat-cepat Isana menutupi hidung dan mulutnya dengan tangan seraya balik badan menghadap jendela mobil di sisinya. "Ahhh, maluuu..." ungkap Isana terdengar kurang jelas seperti kumur-kumur.

Jayerssa melipat bibirnya ke dalam bersusah payah menahan tawanya. Jika ia harus mengingat lagi, memang konyol tiba-tiba ingus Isana keluar menyembur begitu saja.

Tak apa, Isana. Jayerssa tak merasa illfeel atau semacamnya. Baginya, gadis yang kini resmi menyandang sebagai kekasihnya itu tetap cantik apapun keadaannya.

"Nih, tisu." Jayerssa menyodorkan box tisu dari dashboard mobil lalu tangan Isana yang menganggur mengambilnya beberapa lembar. Bibir Jayerssa masih bergetar menahan tawanya agar tidak meledak keluar.

"Kita pulang, ya," ujar Jayerssa mengalihkan. Dengan gesit segera menjalankan mobilnya keluar dari basement supermarket.

Isana masih sibuk membersihkan ingus di hidungnya. Juga sekalian menyeka air mata sisa. Sepanjang jalan keduanya terdiam. Mendadak atmosfer dalam mobil itu menjadi canggung tak nyaman.

Isana mencuri lirik Jayerssa sekilas. "Aku malu. Masak hari pertama jadian udah gini," cicit Isana memecah keheningan.

"Emang masih ada urat malu? Dulu kamu udah pernah ngompolin aku, aku biasa aja. Yang tadi gak ada apa-apanya," ledek Jayerssa cekikikan.

Isana menyorotkan kilat tajam di matanya. Sontak gadis itu ringan tangan memukul lengan Jayerssa cukup keras. "Iih, nyebelin."

Tawanya mereda, sang lelaki berangsur tersenyum tipis. Tangan kirinya terangkat mengelus kepala Isana. "Gapapa, Sayang. Jangan dipikirin!" tutur Jayerssa tenang.

Mendapat beberapa kali usapan di kepala, Isana benar-benar merasa cukup tenang. Beralih dirinya menunduk kembali memerhatikan hadiah dari Jayerssa yang masih di pangkuan. Pupil matanya bergerak membaca teks produk, mulutnya bergumam dengan dahi berkerut samar. "Ini cara makenya gimana?" tanya Isana, cepat melupakan kejadian memalukan tadi.

l u s t j ä g e rTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang