05 ; 𝘩𝘦 𝘴𝘯𝘢𝘳𝘦𝘥 𝘮𝘦

6.6K 245 28
                                    

Setelah cahaya terang kendaraan itu redup, barulah tampak jelas mereka adalah personil polisi yang tengah berpatroli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah cahaya terang kendaraan itu redup, barulah tampak jelas mereka adalah personil polisi yang tengah berpatroli.

"Pada ngapain jam segini di sini? Kok belum pulang?" seru salah satu polisi. Mereka curiga anak-anak sekolah itu mungkin merencanakan sesuatu di parkiran yang cukup gelap itu.

Giri yang pertama kali menyadari bahwa di belakang satuan polisi itu diikuti beberapa kameraman yang sedang meliput mereka.

"Duh, Pak. Jangan disyuting dong, Pak! Gak mau masuk tv," ujar Giri langsung menutupi wajahnya dengan tangan begitu kamera menyorot ke wajahnya.

Duh, sial. Kena grebek 86.

"Ayo, jawab! Pada ngapain?" timpal polisi itu lagi tanpa mengindahkan permintaan Giri.

"Pak, kita cuma abis jajan tadi di Alfamart. Gak ngapa-ngapain, sumpah. Ini tadi juga rencana udah mau pulang," ucap Mada berani bersuara.

"Pada baris dulu yang rapi!"

Mau tak mau, Giri, Mada, Laskar, Dion, Yidan, Jayerssa dan Isana berdiri sejajar.

"Coba periksa!" ucap polisi pertama tadi.

"Siap, Ndan!"

Dua petugas polisi lain memeriksa para cowok satu persatu, sementara Isana dibiarkan saja.

"Ck, kalian tuh ya masih pelajar udah pada ngerokok," ucap sang Komandan begitu anak buahnya menemukan bungkus rokok di saku celana Laskar.

"Rokok doang anjing, bukan narkoba," kesal Laskar dalam hati.

"Ini apa ini?" Sang Komandan mengacungkan satu box produk kondom dari saku celana Jayerssa. Bahkan anak Rolasan lain juga terkejut melihatnya.

"Pak, sumpah, Pak. Itu titipan Bapak saya, serius," elak Jayerssa.

Giri dan Yidan sekuat tenaga menahan tawa mendengar alasan konyol Jayerssa barusan. Mana mungkin polisi pada percaya? Ya, kan?

"Aduh duh, anak jaman sekarang. Ini pacarmu?" kata sang polisi menunjuk Isana.

Sejak tadi gadis itu diam saja menunduk sambil berusaha menutupi wajahnya. Bagi Isana, kejadian hari itu adalah hal paling memalukan seumur hidupnya. Dia takut jika rekaman mereka ditayangkan, lalu ayahnya di luar kota mungkin menontonnya. Isana takut ayahnya berpikir dia sudah terlibat pergaulan bebas.

"Engga, Pak. Temen doang."

Mendengar itu, sang Komandan makin geleng-geleng kepala mengetahui anak jaman sekarang bisa saja terlibat pergaulan bebas tanpa adanya ikatan perasaan.

"Astaga. Makin liar anak muda sekarang. Ikut ke kantor, ya! Biar gak pada aneh-aneh, orang tua kalian harus tahu."

"Yah, Pak? Gak bisa gitu, dong! Masak gitu doang.." Belum selesai protesnya Laskar, mereka sudah lebih dulu didorong masuk ke mobil polisi.

l u s t j ä g e rTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang