29 ; 𝘴𝘩𝘦 𝘱𝘳𝘰𝘵𝘦𝘤𝘵𝘦𝘥 𝘮𝘦

2.1K 121 6
                                    

Isana tersenyum samar melihat Jayerssa sudah memejamkan mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Isana tersenyum samar melihat Jayerssa sudah memejamkan mata. Entah sungguh tidur atau pura-pura, Isana masa bodo dan memilih ganti baju terlebih dahulu.

Di tengah aktivitas ganti bajunya, sesekali Isana melirik Jayerssa, jaga-jaga lelaki itu diam-diam mengintipnya. Benar saja. Matanya kontan melotot mendapati kelopak mata Jayerssa setengah membuka.

"Heh! Jangan ngintip!" jerit Isana, lekas menutupi dada.

Tak ada respon. Isana kembali bersuara. "Jay!! Balik badan dulu sana!"

Masih tak ada respon, Isana beranikan mendekat. Tangannya melambai-lambai di depan muka Jayerssa. "Lah, beneran tidur? Masa tidur melek, sih?" gumam Isana terheran.

"Isana." Terdengar suara pria paruh baya menggema dari luar.

"Hah? Ayah pulang."

Panik, Isana segera menyambar kaos rumahannya. Lekas memakainya asal lalu tangannya bergerak mengguncang tubuh Jayerssa.

"Jay. Jay. Bangun! Ayahku pulang," bisiknya gelisah.

Dengan cepat, Jayerssa membuka mata gelagapan dan kaget. "Hah?" Cowok itu clueless.

Isana menempelkan jari telunjuk pada bibirnya. "Sttt! Cepet sembunyi di kolong!" Gadis itu tergesa membantu Jayerssa bangun padahal sang lelaki baru saja mengumpulkan nyawa.

Merapikan penampilannya sebentar juga helaan napas kasar, Isana membawa kakinya melangkah keluar.

"Eh, Ayah pulang. Tumben pulang siang-siang?" sambutnya berusaha netral seperti tak terjadi apa-apa. Memang benar tak terjadi apapun, hanya saja Isana tak mau ayahnya salah paham mengapa ada lelaki asing tidur di kamarnya.

Budiman tersenyum sembari melepas topi kesayangannya yang sudah mulai luntur. Pria tua berusia lebih dari setengah abad itu duduk menyandar di ruang tamu, menghela napas lelahnya. "Iya. Harusnya pulang tadi pagi tapi masih ada urusan tadi. Hari ini Ayah gak bawain kiwi. Gapapa, ya?"

"Gapapa, kok. Ayah udah makan siang? Tadi aku masak sop ayam."

"Wah. Siang-siang nge-sop seger, nih." Baru duduk sebentar, Budiman lekas bangkit menuju dapur. Isana pun membuntutinya di belakang.

"Tapi agak benyek, sih, Yah. Kelamaan masaknya tadi. Aku ambilin, ya, Yah." Dengan gesit, Isana mendahului langkah ayahnya. Mengambil mangkok di rak, kemudian menyiduk beberapa centong nasi dari magicom.

"Ini hape siapa?" tanya Budiman sembari mengangkat ponsel yang tak pernah ia lihat tergeletak begitu saja di meja makan.

Isana menoleh. Bola matanya mencuat kaget mengetahui ponsel Jayerssa tertinggal. "Eh? Itu..." Pikiran Isana berputar cepat mencari alasan masuk akal.

"Bukannya hape iphone-iphone itu, ya? Hape mahal ini."

Seukuran Budiman yang setia memakai ponsel Nokia jadul, Isana cukup terkejut ayahnya mengetahui jenis ponsel modern itu. "Kok tahu, Yah?"

l u s t j ä g e rTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang