14 ; 𝘩𝘦 𝘳𝘶𝘪𝘯𝘦𝘥 𝘮𝘦

7.2K 189 15
                                    

"Jay?" lirih Isana begitu langkahnya sampai di luar kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jay?" lirih Isana begitu langkahnya sampai di luar kelas.

"Apa lagi?" Jayerssa menoleh menatap Isana yang berdiri membeku di depan pintu.

"Ini jam berapa? Udah gelap banget," tanya Isana gemetar.

"Jam sebelas."

"Hah?" Isana membelalakan mata tak menyangka.

"Hah?" Jayerssa menirukan gaya terkejut Isana. "Kaget lo udah semalem itu sekarang? Lo sih pingsannya kelamaan. Mau gue tinggal juga takut jadi kasus besok. Terpaksa gue tungguin," jelas Jayerssa ceriwis meski Isana tak menggubris.

"Jay, siniiiii!" panggil Isana terdengar menuntut.

Jayerssa beranjak berdiri seraya memutar bola matanya malas. Menyambar tas ranselnya gontai lalu membalas. "Apa sih?"

"Aku lihat pocong," lirih Isana terus mengikuti pergerakan Jayerssa sampai akhirnya cowok itu berdiri di sampingnya.

Jayerssa menoleh ke arah lorong koridor sekilas lalu balik menatap Isana seolah tidak ada apa-apa. "Lo takut?" Jayerssa mengangkat sudut bibirnya sedikit.

Raut ketakutan Isana jelas tak bisa disembunyikan lagi. Selama hidupnya meski kerap sendirian di rumah, Isana berani saja sebab tak pernah sekalipun menghadapi sosok-sosok gentayangan. Baru kali ini ia alami. Rasanya jauh lebih menegangkan dari bayangan.

"BWAAAA!!" Selarut itu, dengan jahil Jayerssa mengerjai Isana habis-habisan. Jayerssa tega lari duluan meninggalkan Isana yang sedang ketakutan.

"AAAA~ JAY TUNGGUIIIIINNN!" rengek Isana hampir menangis.

Untung saja mode kaku Isana sudah usai. Gadis itu ikut lari terbirit hingga suara langkah kakinya begitu berisik di lantai.

Jayerssa tak kuat menahan tawanya. Ia berhenti lari lalu balik badan dan terpingkal-pingkal melihat Isana tersiksa. Jayerssa sampai lemas tertawa. Kedua tangannya bertumpu di lutut, sedang mulutnya sampai mengeluarkan batuk karena tersedak saliva.

Reflek saja Isana menggeplak bahu Jayerssa kala cowok itu sudah sampai jangkauannya. Bibirnya maju cemberut dengan tatapan tak suka. Namun, hatinya merasa lega Jayerssa tak benar-benar meninggalkannya.

"Itu boongan, Sa. Standee doang," jelas Jayerssa saat batuknya sudah lega.

"Kok tahu?"

Jayerssa menegakkan tubuhnya kembali sebelum menjawab. "Gue tadi juga sempet kaget waktu lagi nyari pel-pelan buat bersihin pipis lo."

Mendengar itu, Isana meraba bokongnya yang memang masih lembab kena pipisnya sendiri. Kalau diteliti, lama-lama bau pesingnya makin menguar buat Isana tak percaya diri.

Tanpa mengucap sepatah kata. Hanya memasang wajah penuh kesalnya, Isana beranikan diri menuruni tangga sekolah begitu saja. Langkahnya makin cepat ketika ujung bawah tangga semakin dekat.

l u s t j ä g e rTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang