part 13

5.1K 58 4
                                    

Masih adakah yang menunggu? Maaf update lama, jangan bosen ya..

Jangan lupa tinggalkan jejaknya, vote dan komen.
Happy readinga, all ❤❤❤

🍂🍂🍂

"Kau—" Ara terkejut melihat Dominic, berada di sofa. Duduk sambil menikmati segelas vodka.

"Yeah, its me, apa kau lupa denganku gadis kecil?" Dominic bangun dari duduknya, berjalan mendekati Ara.

"Berhenti di sana! Jangan mendekat," ujarnya, menyuruh Dominic berhenti.

Dominic hanya mengulum senyum rendah mengabaikan Ara yang sudah pucat melihat kehadirannya.

Sementara Alvaro hanya bisa melihat keduanya, tanpa mau menimpali dan ikut campur.

"Siapa pria yang kau bawa, Aurora? Apa ini alasannya kau pergi dariku? Setelah apa yang kita lakukan, hu?"

"It's not your business! Sebaiknya kau pergi dari sini sekarang juga! Aku tidak ingin ibuku yang jalang mencari suaminya!" usir Ara, dengan nada sarkas.

Dominic hanya tersenyum simpul tanpa mengeluarkan suara, sampai tubuhnya benar-benar berada di depan tubuh Ara.

"Kau benar ingin mengusirku, Aurora? Apa kau ingin aku memberitahu pria itu tentang kita, dan apa yang sudah kita lakukan?" Dominic sedikit menggertak Ara dengan ancaman menyebarkan foto Ara dan Dominic yang tengah mencumbu.

"Maaf jika aku ikut—" Alvaro ingin menimpali ucapan Dominic tetapi Ara lebih dulu membungkam bibirnya, sehingga ia mematung di buat dengan tindakan Ara yang sangat tiba-tiba.

Ara mencium Alvaro di depan Dominic, bukan hanya bibirnya saja yang menempel. Tetapi, dengan sedikit lumatan yang ia berikan ke bibirnya.

Dominic yang tidak jauh posisinya dari Ara pun terlihat marah. Emosinya terbakar, tidak suka. Jika bibir Ara mencium lelaki lain selain dirinya. Lantas, Dominic pun menarik Ara agar ciuman mereka terlepas. Beberapa detik kemudian, Dominic berhasil memisahkan Ara dari ciuman sialan itu.

"Brengsek!" umpat Ara, marah.

"Jangan gila, Ara! Kau mencium pria lain di depanku," kata Dominic, napasnya naik turun. Amarahnya hampir tak terkendali.

"Ck, pria lain katamu? Dengarkan aku Daddy, Alvaro bukan pria lain, tapi dia adalah kekasihku." tekan Ara menyebut Alvaro kekasihnya. Kemudian, ia melanjutkan ucapannya. "Justru kau di sini pria lain, yang tidak tahu malu datang ke apartemen seorang gadis dan—" Ara menggantungkan ucapannya, menatap Dominic tajam. "Dan parahnya, kau marah tampa kejelasan membuat aku muak dengan sikap, perlakuanmu yang tidak mencerminkan sebagai seorang Ayah! Lebih baik kau pergi dari apartemenku, dan jangan menginjakan kaki ke sini lagi."

Napas Ara terlihat naik turun. Setelah lontaran kalimat penusirannya pada Dominic. Matanya pun terlihat merah, marah, bercampur rasa kebencian yang sudah begitu mendalam pada dirinya.

"Al, tunggulah di kamarku. Aku akan segera kesana setelah mengusir pria ini."

"Hm... Okay! Selesaikan masalahmu." Alvaro tersenyum lalu meninggalkan Ara bersama Dominic di ruang tengah apartemen.

****

Setelah kepergian Alvaro, Ara mengambil napas sebanyak-banyak sebelum ia mengatakan sesuatu pada Dominic. "Apa yang kau inginkan, hah?" tanya Ara, nadanya begitu pelan, tapi penuh penekanan.

"Tidak perlu aku jawab kau sudah paham, Ara."

"Ya, aku memang paham. Tetapi, aku bukanlah gadis seperti di luaran sana. Yang menjajakan harga diri demi kepuasan. Dan aku sadar, aku salah telah menggodamu di hari pernikahan dengan Baetrice—ibuku, dan menjadikanmu alat untuk membalas Baetrice. Tapi, aku sadar tindakanku yang menjadikanmu alat bukanlah suatu kebenaran agar kebencianku terbalaskan, justru kebencian itu semakin berlipat ganda padanya," ungkap Ara.

"Dan sekarang, aku tidak ingin menjadi duri di antara hubungan kalian, karena aku masih memiliki hati, dan pikiran. Nalarku masih bisa aku gunakan untuk tidak bermain kotor dengan cara kampungan seperti itu, sekarang silahkan kau pergi dari sini. Jangan pernah mengganggu kehidupanku yang sudah tenang tanpa bayangan kau dan istrimu yang jalang," lanjut Ara lagi, mengutarakan isi hatinya yang selama ini pendam, semenjak pernikahan Beatrice.

"A—Ara..."

"Keluarlah, Dom," usir Ara.

"Ck... Tidak! Aku tidak akan keluar dari apartemenmu. Dan aku ingatkan sekali lagi, aku tidak peduli seberapa besar kebencianmu pada Beatrice—ibumu," tegas Dominic, menolak pengusiran Ara pada dirinya.

Kemudian, Dominic masuk ke dalam kamar Ara yang terdapat Alvaro di dalam sana. Dan setelah ia masuk ke dalam kamar Ara, Dominic menatap tajam Alvaro yang sedang duduk di ranjang Queen size.

"Aku tidak paham maksud tujuanmu mendekati, Ara. Tapi, ketahuilah satu hal, kau salah mencari musuh, Sebastian," ucap Dominic. Menyebut nama tengah Alvaro.

"Apa maksudmu? Kenapa kau berbicara seperti itu? Apa kita saling mengenal? Dan dari mana kau tahu nama tengahku? Dan siapa kau?" tanya Alvaro, sebisa mungkin ia menenangkan dirinya dari terkejutan.

"Siapa aku itu tidak penting! Aku hanya memperingatimu, bocah tengik. Jika kau masih menyayangi nyawamu dan masih ingin melihat dunia, lupakan niat busukmu itu!"

"Ck... Niat busuk apa yang kau maksud, dude? Aku sama sekali tidak mengerti." Alvaro tetap berusaha untuk tidak terpancing dengan kalimat Dominic yang mengintimidasinya.

"Oh, ya? Kau pura-pura tidak tahu, atau memang sengaja tidak tahu, hum?"

"Dengar baik-baik, dan pasang pendengaranmu yang besar. Aku tahu siapa kau? Aku tahu apa yang kau rencanakan Sebastian, tapi aku di sini tidak akan membiarkan rencanamu berjalan lancar. Dan aku pastikan kau tidak akan bisa menyentuh gadis—ku," sahut Dominic, dengan gigi di gerletukan.

Alvaro hanya tersenyum menanggapi Dominic, setelah itu ia bangun dari duduknya di atas ranjang, menghampiri Dominic yang berdiri di tengah kamar.

"Well, ternyata kau banyak tahu tentangku. Tapi, sayangnya aku bukanlah pria penurut yang langsung mengiyakan ucapan dari  lawannya, dan aku tidak takut dengan semua ucapanmu, tuan," balasnya, menepuk pundak Dominic.

"Dan kau tidak bisa mencegahku. Karena aku—" kalimat yang belum tuntas terhenti dengan kehadiran Ara masuk ke dalam kamar.

"Al," panggilnya.

"Untung kau datang, Ara. Jika kau tidak masuk kemungkinan aku sudah di hajar oleh pria itu," timpalnya, mengulum senyuman simpul tepat di depan Dominic.

"Di hajar? Memangnya kau salah apa, Al? Sampai Dominic ingin menghajarmu?" tanya Ara, termakan omongan Alvaro.

"Karena tadi kau menciumku, dan sepertinya Daddy mu cemburu. Tapi, tidak apa-apa. Aku memakluminya, mungkin karena dia sayang padamu, jadi dia tidak ingin putrinya di sentuh oleh lelaki," sahut Alvaro, masih tetap dengan senyuman liciknya.

"Ck... Cemburu? Terdengar sangat menggelikan! Dan untuk kau—" Ara menunjuk Dominic. "Berapa kali aku peringatkan agar segera angkat kaki dari apartemku, tapi kau malah mengabaikan. Baik, jika kau masih ingin berada di sini, silahkan. Biarkan aku yang pergi," lanjutnya lagi.

Dominic pun sedikit menurunkan ego—nya, ia mengalah. Tidak ingin melihat Ara semakin membencinya. Lantas ia pun keluar dari kamar Ara dan meninggalkan apartemennya, tanpa menoleh atau membalas ucapan sarkas Ara.

Aku suka pertikaian ini, dan akan aku buat Ara semakin membencimu, dan dengan begitu akan mempermudahku untuk menghancur Ara. Batin Alvaro

🍂🍂🍂🍂

TBC.

The seductive step daddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang