Maaf, update lama, RL aku gak bisa di tinggal.
Selamat malam semuanya, semoga suka.Playlist ~ Chris Grey ~ Let the world burn.
⛔⛔⛔
"Apa yang ingin kau lakukan, Dome?" tanya Ara, suaranya gemetar meski ia berusaha terdengar tegas. Matanya membesar, sementara kakinya bergerak mundur selangkah demi selangkah, seolah mencari jarak aman dari Dominic yang semakin mendekat.
Dominic tak berhenti. Bibirnya menyunggingkan senyum samar yang membuat udara di sekitar mereka terasa menegang. "Apa menurutmu?" balasnya, suaranya rendah, nyaris seperti bisikan maut yang merayap di telinga Ara. Mata gelapnya mengunci pandangan gadis itu, seakan memenjarakannya dalam ketakutan yang perlahan menyusup ke setiap inci tubuhnya.
Ara bisa merasakan punggungnya menyentuh dinding dingin di belakangnya. Tak ada lagi tempat untuk melarikan diri. Detak jantungnya semakin cepat, dan napasnya mulai tersengal. Dominic sekarang sudah begitu dekat hingga Ara bisa mencium aroma khasnya—campuran maskulin dan sesuatu yang berbahaya.
"Ara, kau tahu? Aku sangat merindukanmu, sangat merindukanmu. Bahkan saking rindunya aku padamu, aku hampir gila, tidak waras, Ara," ucap Dominic, langkahnya berhenti tepat di depan Ara dengan pandangan yang terus menatap wajah cantik di depannya, tak ingin melepas, atau berpindah ke objek lain.
"Dome, ingat aku putrimu. Kau tidak seharusnya seperti ini padaku, sebaiknya kau kembali ke istrimu dan biarkan aku..."
"Kembali pada istriku?" Dominic menatap serius bola mata Ara, dengan kekehan khasnya, seakan itu hanya sebuah ucapan yang tak penting.
"Dengar, Ara," suara Dominic terdengar pelan namun jelas, ada nada dingin yang menggantung di antara setiap kata. "Aku memang menikah dengan Beatrice—ibumu, tetapi aku menginginkanmu, bukan dia yang berstatus istriku." Tatapan matanya penuh intensitas, tak lepas dari wajah Ara yang membeku di tempatnya.
Ara menelan ludah, tubuhnya tegang seolah terkurung dalam ruangan yang semakin menyempit. "Dome..." suaranya lirih, tak lebih dari bisikan terbata, tercekik oleh perasaan yang tak bisa ia kendalikan. Ia memalingkan wajah, menolak tatapan Dominic yang begitu menguasai.
Dominic maju selangkah, jaraknya kian menipis. Tangannya terulur, hampir menyentuh dagu Ara, tapi tertahan di udara, seakan mempermainkan jarak itu dengan sengaja. "Kau tahu, aku tidak pernah main-main soal ini." Ada ketegangan dalam nadanya, ancaman tersirat di balik suara tenangnya.
Perkataan Dominic sukses membuat pandangan Ara kembali menatapnya matanya yang teduh, terlihat jelas ada rasa keputus asaan, kecewa, sedih, dan gairah yang bercampur satu di balik bola mata itu. Ingin sekali Ara merengkuh pria yang status ayah—tirinya tetapi dia mengingat isi pesan itu yang membuat kekecewaan Ara semakin besar dan benci terhadap Dominic.
"Ara..."
"Dome, sebaiknya kau pulang." Ara menyambar ucapan Dominic yang belum selesai. Mengusir Dominic dari apartemennya.
Namun, pria itu tidak peduli dengan pengusiran Ara. Ia tetap berdiri tegap di hadapan gadis itu, seolah-olah tidak ada yang bisa mengusirnya pergi. Tatapan matanya tajam, masih fokus pada wajah cantik Ara, seakan mencatat setiap detail dari raut ketakutan yang berusaha disembunyikannya.
Ara menahan napas, merasa terperangkap dalam bayang-bayang tubuh pria itu. Jarak yang begitu dekat membuatnya semakin sulit untuk mengalihkan perhatian. Namun, pria itu hanya tersenyum tipis, senyum yang tak pernah sampai ke matanya—senyum dingin yang membuat darah Ara seolah membeku.
"Kau tidak bisa mengusirku, Aurora Park. Karena aku tidak akan pergi sebelum mendapatkan apa yang aku mau."
Tubuh Dominic menghimpit Ara tanpa jarak yang memisahkan, kepalanya mulai dicodongkan, mencium aroma yang selalu di rindukan dari gadis yang sedang di kukungnya, mengendus seperti serigala yang tengah kelaparan, sampai Dominic mendengar helaan napas Ara yang sedikit tersendat. Namun, tak membuat Dominic menyudahi semua ini, dia belum melakukan apapun pada Ara, bahkan untuk sekedar mencicipi bibir ranum putri tirinya pun belum Dominic lakukan.
"You're driving me crazy, babe. The way you're breathin' all shaky just gets me more fired up, and I can't wait to taste every inch of you." kata Dominic, tepat di daun telinga Ara.
Kemudian, Dominic menunduk lidahnya mulai bermain di daun telinga Ara, menjilat lembut sehingga membuat Ara tertegun, mematung, tak bisa berkata. Napas Ara semakin tercekat saat lidah itu menjalar turun ke arah pipinya.
Tubuh Ara pun menegang sempurna, pikirannya pun tak bisa berpikir jernih hanya untuk mempertahankan kewarasannya. Darah dalam tubuh Ara pun berdesir bagaikan gunung berapi yang siap menyemburkan lava panas ke atas puncaknya, sama hal dengan Ara gairah dibuat bangkit oleh Dominic yang mencumbu wajahnya saat ini, menjilat daun telinga merambat turun hingga menjilat bibir ranum miliknya.
"Your body ain’t foolin' me, Ara." kata Dominic memerasakan tubuh Ara tegang dengan napas yang tercekat.
Lalu, Dominic tanpa ragu meraup bibir Ara yang sudah lama dirindukannya. Sentuhan bibirnya kasar, penuh hasrat yang terpendam, sementara ia menyesap rasa manis yang seolah telah lama ia nantikan.
Ara terkesiap, tubuhnya kaku, namun ada tarikan tak terduga yang membuatnya tak bisa sepenuhnya menolak. Bibirnya terperangkap dalam ciuman Dominic yang mendominasi, seakan ia tidak memberi ruang untuk perlawanan. Jantungnya berdetak cepat, tapi otaknya seolah membeku, tak tahu harus bertindak bagaimana.
Dominic memperdalam ciumannya, tangan besar itu menahan tengkuk Ara, memastikan gadis itu tak bisa menghindar. Ada kepuasan yang terpancar dari tatapannya—sebuah kemenangan yang akhirnya ia raih.
Ciuman itu terus berlangsung seolah Dominic enggan melepaskan setiap detik sesapan di bibir Ara yang begitu berarti dan memabukkan jiwanya. Hasratnya pun ikut terbakar di sela-sela ciuman yang penuh akan gairah terpendam, yang tidak bisa Dominic rasakan dengan wanita lain. Tetapi dengan Ara, hasrat dan gairah selalu terbakar seperti sebuah mantra yang terucap, yang menariknya ke dalam sebuah dosa terindah yang terus ingin di lakukan, dan di rasakan tanpa ingin berhenti.
Dan di sela sesapan Dominic, napas Ara mulai tersengal menandakan gadis itu membutuhkan oksigen yang sempat terbuang.
"Kau gila, Dome!" ucap Ara, tetapi Dominic tidak menghiraukan, dia menatap bibir bengkak Ara karena ulahnya.
"Apa kau ingin membuatku, mati, hah?"
Dominic mengulum senyuman rendah, melihat wajah Ara yang sangat menggemaskan. Sungguh, Dominic tidak bisa berpaling dari wajah Ara yang seksi bercampur wajah gemasnya, dengan bibir yang bengkak dan pipi merona bagaikan sebuah tomat yang siap disantap.
"Kau sangat menggemaskan, Ara. Dan aku tidak sabar membawamu berada di bawahku," ucapnya, suaranya lembut tersirat sarat dengan ketegangan yang mendebarkan.
Ara merasa hatinya berdesir mendengar pernyataan itu. Rasa canggung dan berdebar yang bercampur aduk membuatnya sulit bernapas. "D-Dome..." Ia ingin menyampaikan keberatannya, tetapi kata-katanya tersangkut di tenggorokan.
Dominic mendekat, membiarkan napasnya hangat menyentuh kulit Ara. "Jangan katakan bahwa kau tidak ingin ini," bisiknya, wajahnya semakin mendekat, menciptakan jarak yang hampir tak ada.
Dunia seakan berhenti sejenak bagi Ara. Ia merasakan ketegangan yang meluap-luap di antara mereka, sebuah magnet tak terlihat yang menariknya semakin dekat dengan Dominic. "I——ini tidak benar, Dome..." suaranya bergetar, mencoba berpegang pada akal sehat meski hatinya berteriak lain.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
The seductive step daddy
Lãng mạn⚠️Mature content⚠️ Area 18+ 21+ Bijak dalam memilih bacaan Follow dulu sebelum baca... Anak kecil dilarang baca!!! Aurora Park, memang mendambakan seorang pria yang tidak pernah ia rasakan sejak kecil. Tumbuh bersama seorang Mommy yang selalu berg...