.・゜゜・.・゜゜・
Pagi telah tiba. Setelah pemeriksaan selesai, para murid berkumpul di ruang makan untuk menyantap sarapan mereka. Setelah sarapan, para murid menuju ke kelas masing-masing. Saat hendak menuju ke ruang kelasnya, Bu Diana mendekati Arunika dan tersenyum kecil.
"Apa ini milikmu?" tanya Bu Diana sambil menunjukkan sebuah anting kecil.
Arunika menatap anting itu dengan terkejut. Itu memang anting miliknya, yang entah bagaimana bisa ada pada Bu Diana.
Arunika merasa jantungnya berdetak lebih cepat. "Ya, Bu. Itu anting saya. Terima kasih sudah menemukannya," jawab Arunika.
Bu Diana mengamati Arunika sejenak sebelum menyerahkan anting itu kepadanya. "Hati-hati lain kali. Jangan sampai ada barang-barangmu yang tertinggal di tempat yang tidak seharusnya," kata Bu Diana dengan senyum tipis sebelum pergi meninggalkan Arunika yang masih berdiri di depan kelasnya.
Arunika menelan ludah, merasakan ada makna terselubung di balik kata-kata Bu Diana. Dia melihat anting kecil itu di tangannya sambil berusaha menenangkan diri.
"Ketahuan?"
Arunika menoleh kaget saat mendengar suara Alex di belakangnya. Alex berdiri di sana dengan tatapannya yang serius. Arunika menghela napas dengan jengkel dan berbalik memasuki kelas, mengabaikan pertanyaan Alex.
Dia duduk di kursinya dan mencoba fokus pada pelajaran yang akan dimulai. Alex mengikuti Arunika masuk ke dalam kelas dan duduk di kursinya sendiri, yang terletak tepat di belakang Arunika.
Ketika bel tanda istirahat berbunyi, Arunika dengan cepat berdiri dari kursinya dan menuju ke luar kelas. Hari ini ada perkumpulan dengan OSIS mengenai pameran seni yang akan diadakan minggu depan.
Arunika mengetuk pintu ruang OSIS dan memasuki ruangan tersebut. Di dalam, Lionel sedang memimpin rapat bersama beberapa anggota OSIS lainnya.
"Arunika, kau datang tepat waktu," kata Lionel sambil tersenyum. "Kami sedang membahas karyamu yang akan dipamerkan. Apa kau sudah menyiapkannya?"
Arunika mengangguk sambil mengambil tempat duduk. "Ya, aku sudah menyiapkannya. Akan kubawa lukisanku besok untuk diperiksa."
Lionel mengangguk puas. "Bagus. Kami juga perlu bantuanmu untuk menata ruang pameran nanti."
"Aku juga membawa sample salah satu lukisan yang akan kubuat. Coba diperiksa."
"Ya. Ini bagus sekali. Kau bisa melukisnya di canvas nanti."
Saat Lionel menjelaskan rencana dan persiapan yang sudah dilakukan, pikiran Arunika kembali ke pertemuannya dengan Bu Diana pagi tadi dan kegelisahan masih mengganjal di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arcanum Academy
Mystery / ThrillerDi tengah desa terpencil, Arcanum Academy berdiri megah sebagai sekolah eksklusif yang terpisah antara murid dari kalangan atas dan murid penerima beasiswa. Ketika seorang siswi beasiswa menghilang, Alex, seorang detektif muda yang baru dipindahkan...