Bab 89

31 3 0
                                    

Setelah Ayah meninggalkan ruangan…

Aku perlahan mengangkat kelopak mataku yang tertutup.

Air mata mengalir deras.

Ayahku begitu mencintaiku, sehingga semua kekhawatiranku tidak berwarna.

Pada titik ini, saya bertanya-tanya apakah saya yang terobsesi dengan penampilan.

Banyak sekali pikiran yang muncul di benakku.

Aku menangis di pelukan Ayah tadi dan tertidur karena kelelahan. Bagaimana pesta ulang tahunku?

Juga banyak pertanyaan tentang ke mana Suradel pergi.

Aku tengah berbaring di tempat tidur dalam keadaan linglung ketika kudengar seseorang mengetuk jendela.

Aku tahu siapa yang dimaksud kedatangan suara ini.

Suradel.

Saat aku memikirkannya, jantungku berdetak dengan gembira.

Kira-!

Ketika aku memberi tanda boleh masuk, dengan bunyi berderak, Suradel dengan sendirinya masuk ke dalam ruangan lewat jendela yang terbuka.

“Lia, kamu belum tidur.”

Seolah bertanya mengapa dia datang, aku memiringkan kepala dan menggaruk pipiku dengan malu.

“Aku datang untuk melihat apakah Lia menangis sendirian…”

'Tidakkah kamu senang karena kekhawatiranmu tidak ada gunanya?'

Aku menatap kosong ke wajahnya yang tersenyum.

Sesuatu, sesuatu… 

Sesuatu bergemuruh di dadaku. Emosi yang kurasakan di teras tadi.

Saya tahu apa artinya ini.

'Kurasa aku suka Suradel.'

Itu adalah fakta yang baru saja kusadari. Tenang, seperti sesuatu yang sudah kuketahui. 

Aku mendekat padanya dan diam-diam mengembangkan sayapku.

“…Apakah kamu minta dipeluk?”

Begitu saya mengangguk tanda mengiyakan, Suradel sangat gembira dan mengangkat saya.

Aku menatap wajah Suradel yang semakin mendekat.

Dia tersipu malu, seolah dia senang dengan sikapku.

“Kamu aktif hari ini, Lia.”

Suradel telah berkata bahwa dia akan melakukan apa saja untuk ulang tahunku. 

Ia bahkan melangkah lebih jauh dengan mengatakan bahwa hal itu tidak apa-apa meskipun itu tidak harus berupa hal-hal yang bersifat materi.

Ulang tahunku belum berlalu, jadi kurasa tidak apa-apa aku melakukan apa pun yang kumau.

Setelah kupikir demikian, kudekatkan paruhku ke bibir merahnya.

Aku merasakan sentuhan lembut dan tubuhku tiba-tiba membesar dalam sekejap.

Dalam penglihatan terbalik itu, aku melihat wajah Suradel yang terkejut.

Aku tersenyum menggoda, mataku melengkung.

“Aku akan menerima ini sebagai hadiah ulang tahunku.”

Lalu aku mencium bibirnya dengan lembut sekali lagi.

—Terima kasih untuk hari ini, Su.

⋆﹥━━━━━━━━━━━━━━━﹤⋆

The Crazy Killer Whale's Favourite Penguin Favorit Paus Pembunuh GilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang