The Crazy Killer Whale's Favourite Penguin Favorit Paus Pembunuh Gila

Bab 114

Terkejut, bibir Nikita bergetar.

“A-Apa maksudmu kau akan memanggil iblis dan membuat kontrak?”

“Tidak? Aku harus mendengarkan syarat dan ketentuan kontrak. Untuk saat ini, aku hanya akan memanggilnya.”

"…Sekarang?"

Aku mengangkat sebelah alisku karena tertarik.

“Ohh, sepertinya aku bisa memanggil iblis sekarang?”

Nikita menatapku dengan kebingungan di matanya, dan akhirnya, seolah dia sudah menyerah, bibirnya terbuka dan dia mulai menjelaskan.

“…Pemanggilannya mudah, kamu hanya perlu tahu mantranya. Namun, level iblis yang dipanggil berbeda-beda, tergantung pada penggunanya.”

“Iblis yang dipanggil berbeda-beda, tergantung pada siapa yang memanggil?”

“Kesungguhan sang penyihir dan kemurnian serta jumlah mana yang dimasukkan ke dalam mantra menentukan kelas iblis yang dipanggil.”

“Aku bisa mengerti sebagian tentang kemurnian dan jumlah mana, tapi mengapa kesungguhan?”

“Semakin sedikit mana yang dimiliki oleh penggunanya, semakin besar pula iblis yang dipanggil harus menggunakan kekuatannya sendiri untuk tetap berada di Middle-earth.”

“Maksudmu, jika seseorang tidak punya cukup mana untuk memanggil iblis tingkat tinggi, seseorang harus bersungguh-sungguh agar minatnya tergugah?”

"Kamu benar."

“Yah, itu mudah.”

'Iblis yang harus kutemui adalah iblis yang memiliki kekuatan cukup untuk memenuhi benua dengan makhluk setengah binatang.'

“Binatang serigala pertama terlahir sebagai serigala, jadi dia mungkin tidak punya banyak mana…”

Dia bisa memanggil iblis tingkat tinggi hanya dengan kesungguhannya.

Aku tidak tahu betapa besar keinginanku untuk mematahkan jejak Theodore, tetapi satu hal yang pasti.

Seketika mana milikku meluap hingga membusuk.

“Nikita. Aku akan kembali besok, jadi persiapkan mantra untuk memanggil iblis.”

Betapapun cerobohnya aku, aku tidak bisa memanggil iblis secara membabi buta. Persiapan sangat penting untuk menyerang dengan benar.

Mendengar kata-kata perintah itu, Nikita menangis tersedu-sedu.

“Apa kau pikir aku ini seorang pembantu? Lagipula, bagiku, seorang keturunan orang suci, membaca mantra untuk memanggil iblis… dengan tanganku sendiri! Aku tidak bisa melakukan hal seperti itu!”

Aku menatap kosong ke arah Nikita.

Lalu dia yang tadinya percaya diri, menatapku dan melangkah mundur.

Hmm. Lebih baik memberinya wortel daripada terus-terusan mencambuknya.

Dengan tenang aku bertepuk tangan seolah baru saja mengingatnya.

"Oh benar. Kalimat yang tertulis di buku catatanmu. Bukankah sudah kukatakan bahwa kalimat itu adalah 'Dunia berjalan sesuai takdirnya'?"

"…Apa?"

Sekali lagi, kebingungan tampak di wajah Nikita ketika aku tiba-tiba menafsirkan kalimat yang selama ini aku simpan dalam hati.

Dia bertanya-tanya apakah kata-kataku benar atau salah.

“Kalimat kedua sebenarnya lebih penting daripada yang pertama, tapi aku akan memberitahumu tentang hal itu setelah aku memanggil iblis itu dengan aman.”