Andi duduk di samping tempat tidur Reyna, matanya tak lepas dari wajah putrinya yang masih pucat. Pikirannya berkecamuk, berusaha mencerna semua yang telah terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Serangan terhadap Reyna, pengejaran yang menegangkan, dan akhirnya... keselamatan sementara ini.
"Reyna..."
bisiknya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.
"Maafkan ayah. Ayah seharusnya bisa melindungimu lebih baik."Namun, ada sesuatu yang lebih besar yang juga harus ia pertimbangkan. Andi menyadari bahwa serangan terhadap Reyna bukan hanya masalah pribadi, tapi bagian dari jaringan kejahatan yang jauh lebih besar.
"Tanaka,"
gumamnya, rahangnya mengeras saat mengucapkan nama itu."Kau bukan sekadar pengusaha korup. Kau adalah monster yang harus dihentikan."
Andi mengepalkan tangannya, tekadnya semakin kuat. Jika ia dan kelompok Peneror bisa menghancurkan Tanaka, mereka tidak hanya akan menyelamatkan Reyna dan keluarganya, tetapi juga mengakhiri mimpi buruk bagi banyak korban lainnya.
Saat Reyna mulai bergerak pelan di tempat tidurnya, Andi tersadar dari pikirannya. Putrinya membuka mata perlahan, masih terlihat lelah namun dengan sedikit cahaya di matanya.
"Ayah..."
Reyna berbisik, suaranya serak namun penuh harapan."Ayah di sini, sayang,"
Andi menjawab lembut, bergerak mendekat untuk duduk di tepi tempat tidur.Tangannya yang besar menggenggam tangan Reyna yang masih lemah.
"Bagaimana perasaanmu?"
Reyna berusaha duduk, meskipun tubuhnya masih terasa lemah.Andi dengan hati-hati membantunya, menumpuk bantal di belakang punggungnya.
"Aku... merasa lebih baik sekarang,"
jawab Reyna, suaranya masih lemah tapi ada keteguhan di dalamnya."Mimpi buruk itu... akhirnya berakhir, kan?"
Andi tersenyum tipis, meskipun hatinya masih berat dengan tanggung jawab yang harus ia pikul."Untuk saat ini, ya. Tapi kita harus tetap berhati-hati, Reyna. Masih ada banyak yang harus kita lakukan."
Reyna mengangguk pelan, menyadari kenyataan yang ada di depan mereka. Meskipun dia tidak sepenuhnya mengerti detailnya, Reyna tahu bahwa hidup mereka tidak akan pernah sama lagi setelah kejadian ini.
"Aku ingin membantu, Ayah,"
kata Reyna tiba-tiba, tatapannya penuh dengan tekad yang baru.Matanya yang biasanya lembut kini berkilat dengan determinasi.
"Aku tidak ingin menjadi beban. Aku ingin bisa melakukan sesuatu untuk melawan mereka."Andi menatap putrinya dengan campuran bangga dan kecemasan. Reyna adalah anak yang kuat, lebih kuat dari yang ia kira. Namun, Andi juga tahu bahwa dunia yang akan mereka hadapi bukanlah dunia yang mudah atau adil.
"Aku menghargai keberanianmu, Reyna,"
kata Andi dengan serius, tangannya menggenggam tangan putrinya lebih erat."Tapi biarkan Ayah yang mengurus ini. Kau sudah cukup mengalami banyak hal. Tugas Ayah adalah memastikan kau tetap aman."
Reyna menunduk, berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk.
"Aku mengerti, Ayah. Tapi kalau ada yang bisa kulakukan untuk membantu... aku ingin kau memberitahuku. Aku tidak ingin hanya duduk dan menunggu."
Andi mengusap kepala putrinya dengan lembut, merasakan betapa berharganya Reyna bagi hidupnya.
"Ayah janji, kalau ada yang bisa kau lakukan, Ayah akan memberitahumu. Tapi untuk sekarang, yang paling penting adalah kau pulih dan tetap aman."

KAMU SEDANG MEMBACA
Peneror
ActionSenja merambat perlahan di atas perbukitan, menyepuh sawah dengan semburat jingga. Di sebuah rumah sederhana di tepi desa, Andi Wijaya duduk termenung di beranda, matanya menerawang jauh ke cakrawala. Tangannya yang kasar menggenggam secangkir kopi...